2

311 30 4
                                    

Sudah 2 minggu berlalu sejak Brunei bertemu Tara.

"Selama 2 minggu terakhir, Brunei sering langsung pergi setelah pulang sekolah dan tak ikut makan malam. Bahkan terkadang ia pulang larut. Apa kamu tahu kenapa?" tanya Singa.

"Entah, tapi ia terlihat lebih ceria. Jadi aku rasa tak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Malay.

"Tapi tugasnya menumpuk. Banyak laporan yang terbengkalai. Ia juga sempat bolos rapat mingguan dan sering begadang untuk mengejar tugasnya. Padahal dia bukan anak seperti itu," ujar Singa.

"Tenang saja, aku yakin Brunei pasti bisa menyelesaikan pekerjaannya. Ia bukan workaholic seperti dirimu. Dia bisa mengatur waktunya," ujar Malay.

Dan besoknya, Brunei terkena demam. WHO pun datang untuk mengecek Brunei. Tapi karena harus ada yang menjaga Brunei sementara ASEAN sibuk, Malay pun mendapat tugas itu karena hasil hom pim pa.

"Brunei hanya kelelahan. Apa akhir-akhir ini ia kurang tidur? Apa makannya teratur?" tanya WHO.

"Mungkin? Kami tak terlalu mengawasinya. Aku pun tak tahu kapan ia tidur, kapan ia bangun, atau apa dia makan malam atau tidak," jawab Malay.

"Baiklah, aku akan memberi obat demam dan vitamin. Nanti akan ada orang yang mengantarkan obatnya. Pastikan ia beristirahat," ujar WHO sambil menuliskan resep.

"Baik, nona," ujar Malay.

Setelah selesai, WHO pun hendak pergi dan Malay mengantar kepergiannya hingga depan. Tepat sebelum pergi, WHO pun berhenti sejenak dan menoleh ke arah Malay.

"Karena kamu tak ikut rapat nanti sore, mungkin akan kuberi tahu. Kak UN kembali merasakan keberadaan Indo," ujar WHO.

"Hah? Rapat? Tunggu, Indo? Apa maksud-"

"Aku pergi dulu," ujar WHO yang kemudian pergi.

Berkat perkataan WHO, Malay pun jadi terus kepikiran dan tak bisa menikmati waktu santainya di rumah. Brunei hanya bangun untuk makan, minum obat, juga ke kamar mandi. Jadi Malay cukup senggang.

Malay membersihkan sekitar mansion juga mengecek surat-surat yang datang. Ia harus membersihkan bangkai yang entah muncul dari mana dan menyeleksi beberapa kertas berisi ancaman. Sudah 3 minggu kejadian ini terus berulang dan baru dia juga Singa yang mengetahuinya.

Saat jam pulang sekolah, benar saja ada pemberitahuan mendadak untuk anggota ASEAN dan tak ada yang pulang ke mansion. Malay ingin sekali ke world center dan ikut rapat ini karena penasaran dengan perkataan WHO. Tapi ia tak bisa meninggalkan Brunei. Untuk memperbaiki moodnya, Malay pun membuat Milo dan berusaha menikmatinya hingga...

Tok tok tok

"Ish, baru je nak minum," gumam Malay kesal.

Malay pun membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Kalau orang tak dikenal, pasti akan ditahan di gerbang depan. Apalagi sejak kasus itu, ASEAN memperketat penjagaan sekitar mansion.

"Ya?"

"Ah, halo! Apa kak Brunei ada?"

Saat melihat sosok yang baru datang itu, Malay terdiam sejenak. Ia pun langsung berlari dan memeluknya.

"Indo! Kamu darimana saja?!" seru Malay. "Kenapa kamu jadi makin pendek? Suaramu juga kenapa jadi imut gini?" lanjutnya.

"A-aku tak tahu siapa Indo! Tolong lepas!" serunya kesal sambil berusaha memberontak.

"... ndo, kok ada yang empuk?"

Mendengar pertanyaan itu, orang yang Malay peluk tadi pun langsung mendorong Malay dan menjauh sambil menutup dadanya.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang