13

139 16 7
                                    

Beberapa menit sebelum Malay mendapat balasan dari Tara...

"Ini sudah jam 5. Seharusnya rapatnya sudah selesai. Sepertinya ada perubahan jadwal atau diskusinya cukup panas..." gumam Rusia.

Tara pun terbangun dan bangkit dari pangkuan Rusia. Ia tak sadar posisinya saat tertidur berubah.

"Uh, sudah jam segini. Apa kita masih harus menunggu tuan?" tanya Tara.

"... tidak. Kita sudah menunggu terlalu lama," ujar Rusia yang kemudian bangkit dan mendekat ke pintu. "Apa disini ada sesuatu yang bisa dipakai ya?"

"Disini hanya ada alat olahraga kan?" tanya Tara sambil melihat ke sekitar.

"Haah, sepertinya terpaksa..." gumam Rusia.

Rusia pun memunculkan sebuah palu emas yang sangat tak asing.

Bug

Rusia langsung berbalik dan melihat Tara memegang kepalanya sambil bersandar.

"Kamu tak apa?!"

"Uh, yah. Hanya sedikit pusing. Saya tak apa. Anda lanjutkan saja," ujar Tara.

Rusia pun kembali mendekati pintu dan memukul bagian bawahnya beberapakali dengan cukup keras hingga bengkok dan membuat lubang yang cukup untuk Tara lewati. Begitu keluar, Tara melepaskan besi panjang yang menghalangi pintu dan membiarkan Rusia keluar.

"Apa tak masalah merusak pintunya?" tanya Tara.

"Tidak, kamu tak perlu khawatir soal itu. Ini sudah mau jam 5. Sebaiknya kamu segera pulang. Jaketnya kamu pakai saja," jawab Rusia. "Kenapa disini bisa ada besi semacam ini ya?" gumamnya.

"Uh, saya belum mencari seragam saya."

"Seragam masih bisa dibeli. Memangnya orang rumah tak khawatir padamu kalau kamu pulang telat? Atau kamu tinggal di asrama?" ujar Rusia.

"Kalau begitu saya akan hubungi mereka dulu baru mencari. Terimakasih atas bantuannya Tuan Rusia," ujar Tara.

"... Apa ada alasan kenapa kamu harus mencari seragam itu?" tanya Rusia.

"Itu... kalung dan pin saya ada di jas. Tuan ASEAN sudah berpesan untuk tak menghilangkan pin nya. Sementara kalungnya, itu peninggalan mendiang ayah saya..." jawab Tara.

Rusia pun terdiam dan memandang Tara sejenak. "Kalau begitu ayo. Aku akan mengantarmu ke Gedung Lycia. Tunjukkan seperti apa kalung dan pin nya. Biar kucari," ujar Rusia yang kemudian berjalan ke arah Gedung Lycia.

"Eh, tak perlu tuan. Biar saya cari sendiri," ujar Tara yang langsung mengekor Rusia.

"Berbahaya kalau kamu diam disekolah sendirian. Lalu mendengar nama tuan ASEAN, apa kamu tinggal dengannya? Kamu juga lumayan dekat dengan anak-anak ASEAN," tanya Rusia.

"Ya, sudah lebih dari sebulan saya tinggal dengan mereka," jawab Tara.

"Kalau begitu aku semakin tak bisa membiarkanmu. Bukankah anggota ASEAN kembali diserang sebulan terakhir ini?" ujar Rusia.

"Eh, bagaimana tuan tahu soal penyerangan itu?" tanya Tara.

"... sudahlah, ayo cepat," ujar Rusia.

Mereka pun berjalan bersama ke gedung Lycia yang sudah sepi. Untung saja satpam yang mengunci ruangan belum selesai mengunci semuanya. Jadi mereka bisa meminta izin untuk dibukakan pintu ruang kelas dan loker.

"Tas ku dimana ya..." gumam Tara saat tak bisa menemukan tasnya di kelas.

"Apa mereka menyembunyikan tas mu juga?" tanya Rusia.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang