15

144 20 7
                                    

Paginya, seperti biasa semua sarapan bersama di mansion ASEAN. Sejak pagi ASEAN sudah bangun untuk memasakkan makanan.

"Malay mana? Apa belum bangun?" tanya ASEAN.

"Kayanya belum," jawab Thai.

"Biar Tara yang bangunkan," ujar Tara yang langsung pergi ke kamar Malay.

Tok tok tok

"Kak Malay? Ayo bangun. Papa sudah bikin nasi goreng untuk sarapan," ujar Tara.

"... Aku tak nafsu makan. Kalian saja sarapan," ujar Malay dari kamarnya.

Setelah mendengar jawaban Malay, Tara kembali ke ruang makan.

"Sepertinya kak Malay kurang enak enak badan. Nanti tara bawakan saja makanannya ke kamarnya," ujar Tara yang kemudian melahap nasi gorengnya.

"Baiklah," ucap ASEAN.

"Hari ini papa ke sekolah?" tanya Singa.

"Ya, orang tua anak-anak itu sudah dipanggil. USA harusnya sudah mengaturnya agar mereka sampai secepatnya. Katanya siang nanti mereka pasti sudah sampai,"jawab ASEAN.

"... pa, buku Tara ada yang hilang. Apa bisa tanyakan sekalian?" pinta Tara.

"Buku?"

"Emm, ya, buku itu semacam jurnal pribadi. Jadi Tara harap tak ada yang melihatnya," ujar Tara.

"Baiklah."

"Oh ya, bagaimana kalau hari ini kita adakan latih tanding?" usul Thai.

"Sudah lama juga kita tak latihan. Apa latihan menembak juga perlu?" tanya Laos.

"Ayo latihan menembak juga. Aku ingin mencoba pistolku," ujar Myan.

Setelah selesai makan, Tara langsung mengambil sarapan untuk Malay dan pergi ke kamarnya.

"Kak, ini Tara bawakan makanan," ujar Tara.

"..."

"Kak."

"..."

"Kak, buka pintunya. Tara bakal tunggu disini sampe kak Malay makan," ujar Tara.

Cklek

"Aku sudah bilang aku tak ingin makan," ujar Malay yang kemudian kembali ke kasurnya. "Taruh saja makannya di meja."

Tara pun menurut dan menaruh nampan makanannya di meja. Ia lalu duduk di samping Malay.

"Kak, apa kakak seperti ini karena tuan Indo?" tanya Tara.

"..."

"Kak Malay masih tak ingin percaya kalau itu tuan Indo kan?" tanya Tara.

"Apa urusannya denganmu," ujar Malay.

"Tentu saja ada. Orang itu ingin membunuh Tara, kan?" ujar Tara.

"Itu... bukan Indo. Pasti bukan," ujar Malay.

"Kalau begitu cari buktinya. Kalau hanya diam merajuk seperti ini, kak Malay takkan pernah tahu kebenarannya. Takkan ada yang berubah," ujar Tara.

"..."

"Hari ini yang lain ingin mengadakan latihan. Kak Malay juga, ayo ikut," ujar Tara.

"Tara, apa kamu tak marah? Atau... takut?" tanya Malay.

"Marah? Takut? Kenapa?"

"Kamu hampir mati semalam. Kalau pelurunya meleset sedikit saja, atau kalau kalungmu tak bisa menahannya..." ujar Malay.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang