3

346 35 7
                                    

Setelah hari itu, ASEAN terus menyibukkan diri dengan pekerjaan. Ia berangkat pagi dan pulang larut, lalu mengurung diri di ruang kerjanya meski sedang weekend. Malay yang khawatir pun mengantarkan makanan ke ruangan papanya itu karena ASEAN sering kali melewatkan makan.

Tok tok tok

"Pa, Malay bawa sarapan papa. Malay masuk ya," ujar Malay.

Namun setelah ditunggu beberapa lama, tak ada jawaban dari dalam. Malay pun berinisiatif masuk untuk memastikan apa ASEAN di dalam atau tidak.

Prang

Malay langsung menjatuhkan nampan yang ia bawa dan menghampiri ASEAN yang sudah tergeletak di lantai.

"PAPA!!!"

Mendengar teriakan Malay, semua anggota ASEAN pun langsung datang dan melihat kondisi ASEAN. Thai, Singa, dan Malay langsung bergegas membawa ASEAN ke RS sementara yang lain membereskan ruangan ASEAN juga pekerjaannya.

Di siang hari, akhirnya ASEAN bangun dan langsung diperiksa WHO.

"Kamu cuman kelelahan. Apa kamu terus kepikiran perkataan kak UN?" tanya WHO.

"Huh?"

"Maksudku soal Indo. Terakhir kamu seperti ini kan tahun lalu. Tepat setelah Indo..."

"..."

Melihat reaksi ASEAN, WHO pun menghela napasnya. "Tahun lalu kamu seperti ini hingga sebulan. Setidaknya pikirkan anak-anakmu. Mereka semua mengkhawatirkanmu," ujar WHO sambil melihat ke Thai, Singa, dan Malay yang tertidur di sofa karena menunggu ASEAN bangun.

"Beberapa hari lalu, aku bertemu Indo," ujar ASEAN.

"?!"

"Begitu melihatnya aku langsung takut ia akan melukai mereka lagi. Secara refleks aku melepaskan tembakan padanya dan berusaha menyerangnya meski mereka berusaha menghentikanku," ujar ASEAN.

"Kamu serius? Indo muncul?" tanya WHO.

ASEAN hanya mengangguk. WHO pun menepuk bahu ASEAN.

"Untuk sekarang kamu pikirkan saja kondisimu. Aku akan resepkan vitamin. Kamu harus makan dan tidur yang cukup. Meski kita bukan manusia, kita juga bisa kelelahan. Ambilah cuti beberapa hari dan istirahat. Kamu bisa pulang setelah infusnya habis," ujar WHO.

Setelah itu WHO pun pergi. Meninggalkan ASEAN yang kembali terlarut dalam pikirannya. Semua penyesalan, takut, juga amarahnya terus muncul.

"Ukh, aku tak bisa terus begini..." gumam ASEAN sambil mengacak-acak rambutnya.

"Papa?" panggil Singa yang terbangun.

"Oh, Singa. Maaf ya papa merepotkan kalian," ujar ASEAN.

Singa pun menggelengkan kepalanya. "Daripada itu, apa papa tak apa-apa?"

"Tenang saja, WHO bilang papa bisa pulang setelah infusnya habis. Kalian pulang saja duluan ya," ujar ASEAN.

"Mana bisa..." ujar Malay yang juga terbangun dan menghampiri ASEAN.

ASEAN pun mengelus kepala Malay sambil tersenyum lembut. "Papa ga apa-apa. Papa cuman mau mampir ke beberapa tempat dulu. Lalu, papa juga ingin memakai mobilnya."

"Tidak, biar salah satu dari kami menemani papa. Kalau terjadi sesuatu bagaimana?" ujar Thai.

"Tidak akan. Papa akan berhati-hati," ujar ASEAN.

Karena ASEAN keras kepala, mereka pun menuruti perkataan ASEAN dan pulang dengan taksi setelah memastikan ASEAN memakan makan siangnya.

Sorenya, ASEAN pun bisa pulang. Ia mengendarai mobilnya ke kantor untuk mengambil pekerjaannya. Setelah itu ia pergi ke cafe dekat taman dan membeli kopi. Ia pun pergi ke taman untuk menikmati kopi dan semilir angin yang menerpanya.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang