11

141 17 9
                                    

Saat pulang sekolah di hari yang sama, ASEAN mengantar Tara ke rumah sakit. Hari itu adalah jadwal rehabilitasi Tara.

WHO terlihat tak percaya dengan hasil rontgennya. "Ini... tulang Tara terlihat sudah baik-baik saja..."

"Kalau begitu Tara tak perlu pakai arm sling?" tanya Tara.

Gipsnya memang sudah dilepas sejak minggu lalu. Tapi WHO menyarankan untuk tetap menggunakan arm sling dan membatasi pergerakan Tara.

"Ya. Keadaan tulang tanganmu benar-benar sudah sembuh. Untuk dislokasi kakimu juga, hanya perlu dibiasakan berjalan lagi," jawab WHO.

"Syukurlah. Terimakasih nona," ujar Tara.

"... karena pemeriksaannya sudah selesai, Tara bisa keluar duluan dan belikan papa kopi di cafetaria? Papa mau urus yang lainnya dulu" pinta ASEAN.

"Oke pa," jawab Tara yang kemudian pergi.

"Kenapa wajahmu seperti itu? Bukankah bagus kalau Tara pulih?" tanya ASEAN heran.

"Memang bagus! Sebagai dokter aku sangat senang pasienku pulih. Tapi kecepatan pemulihannya terlalu cepat hingga rasanya aneh!" ujar WHO.

"Bukankah itu karena Tara masih remaja? Kamu pernah menjelaskan kalau kemampuan penyembuhan manusia remaja jauh lebih cepat dari manusia dewasa," ujar ASEAN.

"Apa kamu tak lihat? Tulangnya benar-benar tersambung sempurna seolah tak pernah mengalami cedera apapun!" seru WHO sambil menunjuk hasil rontgen Tara.

"Tenanglah. Kurasa tak ada yang aneh. Kamu cuman terlalu sensitif. Bisa saja memang pemulihan Tara cepat kan?" ujar ASEAN.

Setelah itu ASEAN pun pergi dari ruangan WHO.

"Secepat apapun itu, tidak normal untuk tulang patah pulih sepenuhnya hanya dalam 1 bulan Sean..."

Esoknya Tara kembali bersekolah seperti biasa. Kebetulan hari itu akan ada kelas gabungan dengan kelas dari CHS. Semuanya sangat bersemangat meski beberapa terlihat sedikit lesu.

"Ini kenapa banyak yang lesu?" tanya Tara.

"Kamu dah liat pengumuman hasil tes bulanan? Kebetulan aku sudah memfotonya. Mereka yang seperti itu karena kecewa dengan hasilnya," ujar Vanya sambil memperlihatkan foto di handphonenya dimana murid dengan nilai terendah 60.

Di LIH, setiap bulan diadakan ujian bulanan. Dari hasil ujian itu akan diberikan peringkat pada tiap kelasnya. Peringkat 1-3 akan mendapat uang jajan tambahan dan bintang. Penerima bintang akan dapat keistimewaan di bulan selanjutnya.

"Mereka lesu karena nilainya tak sampai 85 ya? Eh, kamu peringkat 1 Vanya! Keren!" seru Tara.

"Kamu juga yang baru masuk dapat peringkat 10 di kelas. Itu bagus sekali!" seru Vanya.

"Peringkat 10 dari 20 aja bangga," ujar Jenny.

"Apa harusnya aku tak memilih nilai segitu ya?" gumam Tara dalam hati.

"Sudahlah, kelas olahraga hari ini akan digabung dengan CH kan? Sebaiknya kita bergegas," ujar Vanya.

Anak-anak kelas yang sudah mengenakan baju olahraga pun langsung ke lapang yang ada di wilayah CHS dan bertemu para Country yang sudah menunggu disana.

"Kak Malay! Kak Phil!" sapa Tara yang langsung melompat dan memeluk Malay dari belakang.

"Astaga! Kalau aku jatuh gimana?!" seru Malay.

"Kalau jatuh ya ke bawah. Mau gimana lagi Mal?" ujar Phil.

"Mungkin kak Malay bakal salto kalau jatuh," ujar Tara.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang