10

125 15 7
                                    

Rapat darurat...

"Papa ingin membicarakan ini," ujar ASEAN sambil memperlihatkan layar berisi beberapa scene CCTV.

Semuanya langsung terkejut dengan itu.

"Jadi Indo benar-benar kembali?" gumam Singa.

"Apa kali ini... dia akan membunuh kita?" tanya Viet.

"Kak Viet jangan bilang begitu!" seru Laos.

"Itu benar. Lagipula tak ada kerusakan atau korban kan?" ujar Cam.

"Memang tak ada kerusakan ataupun korban. Tapi kita belum tahu tujuannya apa," ujar Thai.

"Tak ada korban? Bukankah dua minggu lalu abang Malay diserang? Laos dan Cam juga hampir celaka," ujar Viet.

"Apa itu benar-benar Indo pa?" tanya Malay.

ASEAN pun memperbesar salah satu scene yang memperlihatkan wajahnya Indo dengan jelas. Membuat semuanya semakin yakin. Apalagi Phil dan ASEAN sempat memergoki dan mengejarnya di waktu yang berbeda.

"Tapi bagaimana bisa? Bukankah kita sudah meningkatkan keamanan sekitar mansion?" tanya Myan.

"Itu yang harus kita caritahu. Jadi..." ujar ASEAN yang kemudian menjelaskan rencana untuk kedepannya.

"Pa, aku paham rencana tadi. Tapi jika seandainya kita bertemu Indo, apa kita... harus membunuhnya?" tanya Malay.

"Malay!" seru Phil tak percaya dengan pertanyaan Malay.

ASEAN pun diam sejenak. "Sebisa mungkin kita menangkapnya hidup-hidup. Tapi jika nyawa kalian terancam dan hal itu tak memungkinkan, mau tak mau kita tak boleh ragu membunuhnya," ujar ASEAN.

Begitu rapat selesai, mereka pun keluar. Tara yang menunggu di ruang keluarga pun ketiduran hingga harus dipindahkan oleh ASEAN ke kamar.

Di malam itu, Viet terbangun dan tak bisa kembali tidur. Ia kepikiran rapat tadi. Ia pergi ke balkon untuk menenangkan diri. Terlalu banyak masalah akhir-akhir ini.

Saat ia sedang menikmati semilir angin malam, ia mendengar sedikit suara dari bawah dan melihat seseorang berhoodie hitam sedang menyelinap di dekat kolam renang. Viet langsung turun dan pergi ke halaman belakang. Namun sosok itu sudah tak ada.

"Jelas-jelas tadi dia disini..." gumam Viet sambil mengangkat pistolnya.

Viet pun melihat sekeliling dan menemukan sosok itu di depan kandang Komodo. Melihat sedikit surai merah putih yang keluar dari hoodienya, Viet langsung mengarahkan pistolnya dan...

dor

Tepat sebelum Viet menarik pelatuknya, Komodo yang melihatnya bereaksi dan membuat sosok itu sadar hingga bisa menghindar. Sekarang Viet mau tak mau harus melawannya.

"Kamu Indo kan? Kenapa kamu muncul lagi? Setelah setahun... kenapa?! Apa kamu mau membalas dendam pada kami?" tanya Viet.

Sosok itu hanya diam dan memiringkan kepalanya.

"Atau... kamu mau memulai semua itu lagi? Sebenarnya kenapa?! Kenapa kamu ingin sekali melukai kami?! Apa salah kami hah?!" seru Viet.

"..."

"Jawab sialan!!" seru Viet sembari mulai menembakkan pistolnya.

Sosok itu menghindar dengan cukup gesit dan menjauh dari kandang-kandang peliharaan. Pergerakannya yang gesit membuat hoodienya terlepas dan kini menampakkan surai merah putih juga wajahnya dengan jelas.

Begitu Viet kehabisan peluru dan hendak mengambil senjata lain, tiba-tiba sosok itu sudah di belakangnya.

"Sayang sekali, Vietnam," ujarnya yang kemudian memukul tengkuk Vietnam dengan keras.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang