11. Rencana picik

2.6K 360 13
                                    

Vanilla begitu lekat menandangi ponselnya sejak tadi. Dia tengah menunggu pesan dari siapa saja yang mungkin akan menghubunginya untuk bergabung dengan club Jemanjing. Bukannya pesan yang Vanilla harapkan, dia malah mendapat notifikasi dari aplikasi jual beli online dan beberapa pesan dari grup Whatsapp yang dia ikuti.

"Pada mau gabung gak sih?!" Vanilla menggerutu dengan tanpa melepaskan pandangannya pada ponsel ber-case hijau tosca itu. Kalau Vanilla bisa beli ponsel baru, ingin sekali dia banting ponsel bututnya itu. Padahal, bukan karena poselnya butut, tapi memang gaka ada pesan aja yang masuk.

Sani yang duduk di depan Vanilla hanya bisa menggulirkan matanya dengan malas. "Udah gue bilang, gak ada yang mau gabung sama club lo itu!" ketusnya. Perempuan berbadan sintal itu malah asyik menyeruput es kopi miliknya.

"Lo musuh dalam selimut ya, San!" balas Vanilla.

"Biar anget di dalam selimut hahahaha," gelak Sani. Dia rebut ponsel yang Vanilla pegang. "Kalau lo mau merintis sebuah club atau perkumpulan. Harusnya lo berguru sama gue! Sayangnya, kalau club anti-Jema seperti Jemanjing punya lo ini. Mau gue bantuin sampe koprol sekalipun, gak akan berhasil. Karena, cuma lo yang gak suka sama Ayang Jema!"

Brak!

Vanilla menggebrak meja di depan mereka dengan bukunya sendiri. "Jangan sembarang! Gue udah catat mahasiswa yang mau gabung dengan Jemanjing!" dengusnya. Dia buka lembar pertama dari buku catatan berukuran kecil itu. "Tuh--" Vanilla tidak bisa melanjutkan ucapannya saat buku kecil itu masih kosong dan hanya ada satu nama yang baru dia tulis di sana.

Sani terkekeh melihat wajah putus asa Vanilla. Dia ikut melongok untuk melihat nama siapa yang Vanilla tulis untuk gabung ke club Jemanjing-nya itu. "HAHAHAHAHA! Baru satu dan itu Si Freak Surya! Hahahaha!" Sani tak bisa menahan gelak tawanya. Dia pandangi buku kecil itu dengan air mata yang menetes karena tawanya sendiri.

"Dari segi kuantitas aja, Jemanjing udah kalah jauh sama Jemalicious! Apalagi ini anggotanya si Surya! Anjir! Gak ada kualitas-kualitasnya!" Sani tak henti untuk melontarkan ejekannya pada Vanilla.

"Namanya juga merintis! Ya, dari nol lah. Gak mungkin di langkah pertama langsung meraup kesuksesan! Dude, everything needs a process!" Vanilla masih mau mencoba untuk optimis dengan club anti-Jema yang akan dia buat.

"Jadi, lo mau merintis club gak berguna punya lo itu berdua sama si Surya?" tanya Sani.

Pertanyaan Sani sukses membuat Vanilla bergidik ngeri. Pikiran Vanilla langsung tertuju pada sosok Surya yang dengan kacamatanya yang tebal dan senyuman aneh yang tak pudar, selalu menjadi pusat perhatian semua penghuni kampus.

Sebenarnya, Surya gak buruk-buruk amat. Hanya saja kebiasaan anehnya yang selalu tersenyum tanpa sebab dan kadang melontarkan ucapan-ucapan nonsense pada siapa saja, membuat Surya dilabeli sebagai manusia paling freak seantero UBB.

Tiba-tiba, Vanilla berfantasi. Dia langsung membayangkan bagaimana nantinya dia dan Surya duduk berdua di sebuah ruangan tertutup untuk membahas kinerja club dan merencakan proker yang akan mereka lakukan untuk Jemanjing

"Bebeb Vanilla tersayang... Meski harus dengan bercucuran keringat dan berderai air mata, aku sudah menyelesaikan anggaran biayanya. Nanti, kamu yang menyusun proposal kerjasamanya ya, cantik. Bagaikan si punduk yang merindukan rembulan, aku akan tetap setia menanti proposal kerja sama yang Bebeb Vanilla tersayang buat. Jadi, gak perlu memaksakan diri, karena bahu milikku akan selalu menopang semua keluh dan kesah kamu."

Mungkin begitu kurang lebih ucapan Surya yang akan Vanilla dengar nantinya. Membayangkannya saja, membuat Vanilla merinding sekaligus ngeri.

"Ih anjir! Sinting!" pekik Vanilla. Dia menggelengkan kepalanya, berharap bisa menghapus bayangan mengerikan itu. Tapi, bayangan wajah Surya makin jelas di pelupuk matanya. Vanilla buru-buru mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemudian, Vanilla memilih untuk melempar pandangannya pada seisi cafe yang kini menjadi tempat nongkrong dia dan Sani.

TYPOLOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang