12. Berbaik Hati

2.7K 385 53
                                    

Suara angin yang keluar dari ban mobil Jema begitu memenuhi area parkiran saat ini. Di sana, Vanilla, sang pelaku pembocoran ban itu malah cekikikan. Dia celingak-celinguk, memastikan bahwa kelakuannya saat ini tidak terlihat siapapun. Ternyata, parkiran kampus yang berada di basement gedung itu begitu sepi. Di sana hanya ada Vanilla dan jejeran mobil-motor yang terparkir rapi.

Tiba-tiba, mata bulat Vanilla langsung mendelik saat mendengar langkah kaki seseorang. Dia buru-buru bersembunyi di balik badan mobil ber-flat nomor F itu.

Vanilla mengusap dadanya saat orang yang dia kira akan masuk ke area parkir, ternyata malah belok ke toilet samping basement.

Setelah memastikan semua keadaan aman, Vanilla kembali melancarkan aksinya untuk menyabotase mobil dosen kulkasnya itu. Tak tanggung-tanggung, Vanilla berhasil membuat keempat ban mobil Jema kempes dengan sempurna. Dia pandangi sebentar maha karya itu. Senyuman psikotanya langsung terukir di wajah mungil itu.

Tak lama, gadis itu berjalan ke area lain menuju motornya sendiri. Vanilla sungguh tak sabar menunggu reaksi Jema nantinya. Dia penasaran akan seperti apa wajah Jema saat mengetahui ban mobilnya sudah tak berbentuk.

Sambil membenarkan dandanan melalui kaca spion motor matic-nya, Vanilla tak lepas memandangi mobil Jema. Dia kembali memeriksa setiap orang yang masuk ke area parkiran. Hampir setengah jam, Vanilla menunggu. Tapi, Jema yang menjadi targetnya belum terlihat sama sekali.

Bosan menunggu Jema yang tak kunjung datang, Vanilla memutuskan untuk duduk di atas motor sambil menyeruput minuman rasa vanilla yang sengaja dia beli.

Sudah berulang kali Vanilla memeriksa jam tangannya. "Dia gak lembur kan?" tanyanya entah pada siapa.

Akan menjadi lumut parkiran, kalau Vanilla terus menunggu Jema sampai larut. Sekarang, hampir jam empat sore. Harusnya, hari ini Jema sudah selesai ngajar.

Vanilla kembali memeriksa catatan-catatan informasi yang dia dapat dari Jemalicios. Benar, berdasarkan catatan itu, hari ini jadwal Jema hanya sampai jam tiga sore. Mestinya, pria itu sudah pulang setengah jam yang lalu

Tapi, seketika Vanilla terdiam saat melihat Bu Vera dan Jema berjalan ke area parkiran. Dua dosen beda usia dan jenis kelamin itu sepertinya tengah mengobrolkan hal penting.

Diam-diam, Vanilla menajamkan pendengarannya untuk nguping.

"Terima kasih Pak Jema karena sudah mau menggantikan saya hari ini. Anak saya masih di rumah sakit, jadi saya gak bisa untuk mengikuti seminar itu." Begitu ucapan Bu Vera yang sayup-sayup terdengar di telinga Vanilla.

Jema terlihat meneganggukkan kepalanya. "Saya juga tertarik dengan materi dari seminar itu, Bu. Jadi tak masalah," ucapnya.

"Syukurlah, nanti saya email-kan surat tugas dan rundown acaranya."

"Terima kasih dan semoga anaknya segera sembuh ya, Bu."

"Aamiin," sahut Bu Vera, "kalau begitu saya duluan. Selamat menikmati seminar hari ini, Pak Jema." Bu Vera menutup obrolannya bersama Jema. Dosen yang hari berjilbab merah muda itu berjalan ke sudut lain dari parkiran, menuju tempat di mana mobilnya terparkir.

Jema hanya mengangguk. Dia juga berjalan menuju mobilnya sendiri. Inilah moment yang Vanilla tunggu-tunggu sejak tadi. Gadis itu buru-buru memakai helm dan menyalakan motornya. Dia begitu antusias melihat ekpresi wajah Jema.

Sesuai dengan harapan Vanilla, Jema benar-benar terkejut setengah mati karena seluruh ban mobilnya kempes. Pria itu terlihat membungkuk, memeriksa setiap ban dari mobilnya. Sampai-sampai kening Jema ikut mengkerut karena tak mengerti mengapa semua ban mobilnya bisa kempes seperti ini. Padahal, sore ini Jema harus mengikuti seminar untuk menggantikan Bu Vera.

TYPOLOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang