15. Sebagai Gantinya

2.7K 386 26
                                    

Vanilla hampir saja menjatuhkan dagunya saat melihat keadaan motor kesayangannya saat ini. Gadis itu terperangah sambil menatap setiap jengkal dari motor di depannya.

"Saya sudah bertanggung jawab," ucap Jema.

Refleks, Vanilla menganggukkan kepalanya. Kalau boleh jujur, si Cimoy memang sudah diperbaiki dengan benar. Bahkan, motor kesayangannya itu juga dimodif jadi motor racing. Jok motornya sedikit lebih cunging dan tipis. Kedua bannya juga diganti ke ban yang lebih kecil. Jangan lupakan dengan kenalpot dan shockbreaker racing impian Vanilla sejak dulu. Belum lagi dengan stiker lucu yang menghiasi setiap body motor matic itu.

Anyiiinggg... Kok jadi bagus sih! batin Vanilla menjerit. Tapi, dia tetap berusaha untuk mengatur ekpresi wajahnya. Dia tak mau menujukkan wajah bahaginya pada Jema.

"Gimana? Bagus kan? Tapi, maaf ... saya tidak menerima ucapan terima kasih," ucap Jema.

"Tunggu sebentar, Pak. Kok motornya jadi Pink?" tanya Vanilla sewot. Dia begitu mencintai warna kuning dari motornya. Meski sekarang model motornya jauh lebih baik, tapi dia tak terima saat Cimoy jadi merah jambu.

Jema mengedikkan bahunya tak acuh. "Sebagian dari proses perbaikan! Lagian warna kuning bikin orang sakit mata!"

Sebetulnya, warna merah muda adalah maha karya Naka. Pria itu tak segan merubah hampir seluruh bagian dari motor Vanilla. Sampai-sampai pentil kuning dari ban motor itu pun dia ganti dengan pentil warna merah muda.

"Pak Jema memang bertanggung jawab. Tapi, mengganti warna motor, harusnya tidak perlu dilakukan. Saya ingin motor saya kembali kuning!"

Jema hanya diam. Pria itu seakan peduli dan tidak peduli dengan celotehan Vanilla yang berdiri di sampingnya. Jema hanya berpangku tangan di tempatnya.

Vanilla yang kesal karena tak mendapat respon apa-apa, dia mendesisi kesal. "Baiklah. Saya akan membiarkan si Cimoy dengan warna merah jambunya. Tapi ... sebagai gantinya, Bapak harus meluluskan saya dari matkul Bapak."

Jema menggulirkan bola matanya. Dia melirik Vanilla melalui sudut matanya. "Sebagai gantinya! Sebagai gantinya! Sebagai gantinya, kamu harus ganti rugi karena saya harus bayar goput kiriman kamu! Mana mahal, buburnya gak enak, dan teh manisnya juga gak hangat tuh. Dan lagi saya ingatkan! SAYA GAK SUKA KUE MATCHA!" sewotnya.

Jema sempat heran kenapa harga semangkuk bubur dan segelas teh manis bisa semahal itu. Ternyata, Vanilla juga memesan sepotong cake matcha lengkap dengan toping makaron rasa teh hijau. Meski semua makanan itu tak bisa dia nikmati, Jema tetap membayar makanan itu.

"Heheheh ... " Vanilla nyengir watados. "Demi Tuhan, Pak. Itu tuh gak sengaja. Saya lupa. Saya kira saya udah bayar pake gopay. Taunya belum, hehehe. Nanti, saya ulangi lagi kirim goputnya. Kali ini saya yang bayar."

Raut wajah Jema langsung berubah. Pria itu lagi-lagi memasang wajah julidnya. "Tidak, terima kasih. Lebih baik saya tidak mendapat kiriman dari kamu!"

"Padahal niat saya baik loh, Pak."

"Kamu mau lulus matkul saya, kan?" tanya Jema tiba-tiba.

Vanilla langsung menganggukkan kepalanya dengan antusias. Kedua mata bulatnya langsung berbinar seperti anak anjing.

"Baiklah! Sebagai gantinya, kamu harus jadi asisten saya. Saya sudah merekomendasikan kamu sebagai asisten dosen dan Bu Vera sudah menyetujui. Mulai sekarang kamu harus bantu saya melaksanakan proses belajar mengajar mata kuliah Drama & Theater. Dan untuk kali ini, project drama yang sempat digagalkan karena ketikan Typo kamu, sekarang kita garap lagi. Jadi, tugas kamu sekarang adalah menyiapkan jadwal latihan drama, jadwal latihan fisik, peminjaman ruangan, peminjaman teater kampus, seleksi naskah drama, pembentukan kepanitiaan dan poster casting pemeran," jelas Jema.

TYPOLOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang