19. Latihan Jadi Ayang

3.5K 395 71
                                    

Vanilla tak henti komat-kamit. Bibirnya mencang-mencong, menggumamkan setiap do'a yang bisa dia hapal, mulai dari do'a makan hingga do'a salamat dunia akhirat.

Sudah tak terhitung gadis bermata bulat itu melirik Jema yang duduk di sampingnya. Namun, pria itu masih duduk tenang di depan kemudi mobil tanpa mengubris kepanikan Vanilla.

"Ya Tuhan, lindungi hamba dan godaan Jemanjing yang terkutuk ini." Vanilla bergumam pelan.

Hanya dehaman kecil yang Vanilla dengar dari Jema. Sampai akhirnya, pria itu menolehkan kepalanya dan menatap Vanilla dengan senyuman kecil.

"Mau ke mana kita?" tanya Jema.

Vanilla menggelengkan kepalanya. Sebetulnya, mobil Jema masih terparkir di basement kampus. Bahkan, Vanilla masih bisa melihat si Cimoy yang juga masih bertengger di sudut parkiran.

"Pak ... saya bisa pulang sendiri. Lagipula, saya bawa motor. Terima kasih atas tawaran tumpangannya." Vanilla berusaha untuk keluar dari mobil Jema, tapi pria itu sengaja menguncinya sejak tadi.

Jema menatap Vanilla dengan kedua mata sipitnya. "Lho, kenapa? Saya gak pernah membiarkan P.A.C.A.R saya pulang sendirian," ucapnya.

Seakan tertohok, Vanilla tersedak oleh ucapan Jema. Gadis itu terbatuk-batuk sambil memegangi dadanya yang serasa akan copot.

Memang menggali kuburan sendiri jika menantang seorang Jema. Pria itu seolah melahap pancingan Vanilla dengan senang hati.

Tiba-tiba, Jema mendekatkan wajahnya pada Vanilla. Dia usap lengan Vanilla hingga pemiliknya bergidik ngeri sekaligus geli. Bahkan, Vanilla bisa merasakan hawa panas tubuh Jema.

Setelah membenarkan kacamata di hidungnya, Jema menggenggam tangan Vanilla."Bukankah kita harus melakukan apa yang orang pacaran lakukan?" tanyanya.

Vanilla kembali menggelengkan kepala, sedangkan Jema terus mendekatkan wajahnya hingga tak ada jarak lagi antara mereka berdua. Gadis itu yakin satu milyar persen kalau ini bukan cinta, tapi tidak tahu dengan alasan apa jantung Vanilla jedag jedug layaknya suara sound system konser musik idol korea. 

Dengan suara yang serak terdengar mendayu-dayu, Jema kembali mengecapkan kalimat menjijikkan di depan wajah Vanilla,  "Vanilla ... kita mau memulai dari mana? Pegangan tangan? Pelukan?" Jema sengaja menggantungkan ucapannya. Dia menatap bibir dan tubuh Vanilla begitu dalam. "Atau langsung aja ...."

"STOP!"

Vanilla memekik dengan suara menjelengking yang mungkin bisa memecahkan gendang seluruh gendang telinga. Gadis itu mendorong tubuh besar Jema hingga punggung pria itu teebentur pada dashboard mobil.

"Argh!" Jema menggeram, merasakan punggungnya yang sakit karena benturan kecil.

Sambil merapatkan kedua tangannya, Vanilla menunduk. "Nyerah, Pak. Ampun. Janji gak akan ayang lagi," celetuknya.

Jema tersenyum penuh kemenangan. Dia kembali duduk di kursinya dengan tenang. Sekali lagi Jema membenarkan posisi kacamatanya.

"Padahal, ini baru hari pertama kita loh, Vanilla. Masih ada dua puluh sembilan hari lagi menuju satu bulan."

Vanilla benar-benar bergidik ngeri. Padahal, malam tadi Vanilla hanya bermimpi dapat duit satu karung penuh, tapi kenapa malah berakhir dengan terjebak di lubang buaya darat seperti Jema.

"Demi, Pak. Saya bercanda." Vanilla merogoh saku celananya. Dia ambil ponsel hitam dari saku itu. "Saya hapus lagi rekaman suara tadi. Sumpah! Demi tuhan dan alam semesta ini. Saya hapus sekarang juga."

Vanilla menujukkan layar ponselnya pada Jema. "Tuh, udah saya hapus!" pekiknya.

Jema tak mengatakan apa-apa lagi. Pria itu tersenyum miring sambil membuka seluruh kunci pintu mobil. Memang itu yang sejak tadi Jema inginkan.

Seimbang dengan kecepatan cahaya, Vanilla terbirit dan keluar dari mobil Jema saat pintu di sampingnya bisa terbuka. Jujurly, jantung Vanilla sudah sejak tadi ketar-ketir bagaikan petir di siang bolong. Gadis itu menormalkan deru napasnya dan berjalan ke tempat parkiran motornya sendiri.

Di dalam mobil, Jema melongok. Dia mengeluarkan kepalanya melalui jendela pintu yang terbuka. "Vanilla!" panggilnya.

Vanilla menoleh. Tak mau lagi dia cari perkara pada Jema. Gadis itu memandang Jema dari kejauhan dengan was-was.

Namun, di sana, Jema malah memamerkan senyumannya. Pria sipit itu tetap menatap Vanilla. "Lain kali, latihan dulu kalau mau jadi pacar saya. Tapi ... not bad untuk kesan pertama. Sampai ketemu di kelas, Ayang."

BERSUMBANG 😭


_____________________________________
Kurang gak?
Kependekan ya?
Sengaja, biar ada yang nungguin hehehe.

TYPOLOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang