Semua yang ada di pandangannya saat ini adalah api yang terus berkobar meluluhlantahkan segala yang ada di desa itu. Seorang anak lelaki bersurai gelap berdiri memunggunginya, membawa sebuah pedang berdiameter lebar yang diliputi sihir kegelapan. Tatapan dinginnya menyapu gelimpangan mayat yang berserakan di sekitar kakinya.
"Apa yang kamu lakukan?!"
Lelaki itu menoleh ketika menyadari ada seseorang tengah berdiri di belakangnya. Pedang yang terus meneteskan darah segar dan aura gelap yang menguar-nguar dari sana membuat seluruh tubuh bergetar. Di tengah gelapnya malam tanpa sinar rembulan, lelaki itu mengayunkan pedang ke arahnya, dan...
"NOX! NOX!"
Keringat bercucuran dari wajah Morgance Oxley. Debar jantungnya begitu cepat, bergemuruh bagai ritme cepat dari gesekan biola. Kedua netranya berkedut dan bergerak menggerayangi seluruh isi ruangan. Ikatan pada surainya mengendur sebab kepalanya ikut bergerak gelisah karena mimpi mengerikan itu. Tiba-tiba saja pintu kamarnya dibuka. Terlihat seorang anak lelaki bersurai gelap mengusap-usap matanya sembari memandangnya dengan cemas.
"Apa Ibu bermimpi buruk?"
Tanpa menunggu waktu lama Morgance langsung menyibakkan selimutnya, meloncat turun dari kasur, dan memeluk anak kecil itu dengan tangisan yang tidak dapat lagi dibendung.
Anak lelaki itu kebingungan. Dia tahu ibunya bersedih, dari getar bahu ibunya yang tak menentu pun ia sudah tahu. Namun Nox, nama anak kecil itu, tidak mengetahui apa yang menjadi kegelisahan ibunya saat ini.
"Nox tidak boleh meninggalkan Ibu. Berjanjilah Nox akan selalu berada di sisi Ibu dan tetap menjadi anak yang penurut." Morgance melepas pelukannya. Memandang lekat-lekat netra Nox yang polos.
"Nox janji, Ibu."
Jawaban Nox membuat Morgance menjadi lega. Dia mengusap surai Nox dengan penuh kasih kemudian menghapus jejak air matanya. "Baiklah, terima kasih sudah berjanji. Sekarang apakah Nox ingin tidur dengan Ibu?"
"Eum," jawab Nox sembari mengangguk kecil.
Dia tidak bisa meninggalkan ibunya yang masih ketakutan sendirian di kamar yang begitu luas itu. Tidak buruk juga menghabiskan malam yang dingin di dalam dekapan ibunya.
Nox selalu berpikir bahwa malam itu adalah malam terindah dalam hidupnya. Ia tak pernah menyangka Morgance menawarkannya tidur bersama. Ibunya itu tidak senang diganggu ketika sedang beristirahat apalagi beberapa malam ini Nox tahu ibunya kesulitan menghadapi beberapa orang yang terus mengeluh akan keberadaannya.
Ah, rasanya semakin tidak tega bila bertanya tentang mimpi ibunya. Nox memilih untuk melupakannya. Dia berharap ibunya tidak pernah bermimpi buruk lagi dan ketakutan seperti itu.
•••
"Jadi Ibu akan meninggalkan rumah selama beberapa hari?"
Nox melihat seorang pelayan membawakan peti kemas ibunya dan bersiap mengangkutnya ke kereta kuda. Tidak biasanya Morgance tampil rapi dengan setelan formalnya. Setelah kelahiran Nox, mereka memutuskan untuk tinggal di rumah musim panas Keluarga Oxley di pinggiran kota. Kepergian mendadak seperti ini pasti karena panggilan ke ibukota. Beberapa hari lalu Nox juga melihat seorang kesatria misterius mendatangi rumah mereka dan membawakan sebuah surat, entah dari siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Marchioness' Bad Rumors
FantasyMorgance Oxley memiliki banyak rumor miring di kumpulan bangsawan. Ada yang mengatakan bahwa dia adalah kekasih gelap bangsawan kaya raya. Itu sebabnya Morgance memiliki Nox, putranya, yang dilahirkan tanpa melalui hubungan pernikahan. Selain itu, k...