Chapter 10

26 6 0
                                    

Kedatangan Amalie di kediaman itu membawa kebahagiaan baru bagi Nox. Dia selalu pergi menemui Amalie tiap hari, memberi salam, lalu Amalie akan mengajaknya ke taman untuk mencicipi makanan-makanan khas Kerajaan Gordon yang sudah ia masak sebelumnya. Menjelang siang, Amalie akan membawa Nox berkeliling kediaman, sesekali akan menceritakan kenangannya selama tinggal di kediaman ini. Saat sore, Morgance telah kembali dari pekerjaannya di kerajaan dan ikut bergabung dengan mereka. Walau sebenarnya, Nox memaksa Morgance untuk ikut dan selebihnya wanita itu hanya diam melihat interaksi mereka.

Pagi ini, seperti biasa, Nox pergi menemui Amalie yang tengah duduk di taman sembari menikmati beberapa manisan. Melihat Nox datang, Amalie langsung melambaikan tangannya dan menyuruh Nox untuk duduk. Dengan segera ia percepat langkahnya. Arthur pun cukup kewalahan mengikuti tuan kecilnya. Bagaimanapun ia sudah lama tidak berolahraga sehingga diajak berjalan cepat saja bisa membuatnya lelah. Kegembiraan Nox lenyap dan berganti kebingungan ketika melihat seorang anak kecil yang sedikit lebih dewasa darinya tengah duduk berharapan dengan Amalie. Di belakang anak itu, ada seorang pemuda-- yang tampaknya adalah pengawalnya-- tengah menata barang bawaan si anak perempuan.

Amalie membawa Nox untuk mendekat dan menghadapkannya kepada anak perempuan itu. "Nox, dia adalah Minerva."

Minerva memiliki wajah yang ayu dan gemulai. Tatapan matanya begitu tenang dan meneduhkan, bisa membuat orang terlena untuk menatapnya. Rambutnya yang hitam arang dan tebal jatuh di antara lehernya sampai sedada. Begitu indah netranya yang berwarna biru keabuan dengan bulu mata yang lentik. Bibirnya begitu mungil dan kemerahan. Wajahnya juga mungil dan berbentuk oval. Caranya bertingkah begitu sopan seperti bangsawan pada umumnya. Poin inilah yang membuat Nox merasa iri, sebab dirinya tak bisa sesantun anak perempuan itu.

Ketika Minerva menatapnya, Nox merasakan desiran yang menyejukan pada hatinya. Pada tatap matanya, tersimpan kesedihan yang berusaha disembunyikan dengan rapi diantara kelembutannya. Minerva memberinya senyum kecil yang membekas di memori. Nox terpesona dengan senyum manis yang Minerva miliki. Dia merasa dirinya tengah berada di ladang bunga di tengah musim semi, lalu Minerva berdiri di depannya dengan bunga-bunga berguguran yang menimpa tubuh. Sampai tahunan pun Nox tidak akan melupakan senyum manis itu. Ia bersumpah!

"Hei, jangan melamun saja." Amalie menepuk pundaknya pelan lalu terkekeh. "Perkenalkan dirimu siapa, Nox."

"Eum," Nox mengangguk dan terlihat gugup, "a-aku Nox Oxley, salam kenal!"

"Minerva," jawab anak perempuan itu dengan suara yang sangat lembut dan menyejukkan. Nox terpukau mendengarnya.

"Ayo, Nox, duduklah di samping Nenek! Nikmati camilan yang sudah kusiapkan untukmu ini. Ey, Minerva, ayo santaplah juga, jangan malu-malu. Mari kita menikmati camilan bersama sambil mengobrol, pasti seru, kan?" Amalie memberi isyarat kepada Nox untuk segera duduk di sebelahnya.

"Nyonya begitu baik," sahut Minerva dengan semburat kemerahan di pipinya.

"Jangan panggil dengan sebutan 'nyonya', tapi nenek."

Minerva kembali tersenyum. "Baik, terima kasih, Nenek."

Nox mengerutkan dahinya. Mengapa tiba-tiba Minerva diminta menanggil dengan sebutan nenek juga? Memangnya siapa anak perempuan ini sampai bisa seakrab itu dengan neneknya?

"Nenek," Nox memanggil dengan berbisik. Sedikit lebih mendekat kepada neneknya, ia kembali berbisik, "mengapa Minerva itu harus memanggil 'Nenek' juga?"

Amalie tersenyum. "Nox, mulai sekarang Minerva akan tinggal bersama kita. Dia akan menjadi saudarimu."

Tampaknya Nox masih kebingungan. Minerva mengangkat pandangnya dan memandang Nox dengan tenang. "Aku adalah anak angkat Nona Morgance. Mulai sekarang kita adalah sauadara."

The Marchioness' Bad RumorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang