Chapter 3

52 8 0
                                    

Demi pernikahan yang diimpikan oleh Dimitrius Oxley, Morgance harus mengikuti acara Keluarga Seilyanth. Hari ini Keluarga Seilyanth mengadakan pertarungan arena untuk menyeleksi kesatria. Peserta dibebaskan dari kalangan bangsawan maupun kalangan rakyat biasa. Dirinya duduk di bangku penonton utama bersama dengan para anggota Keluarga Seilyanth, diantaranya adalah Helion Seilyanth calon tunangannya, Nyonya dan Tuan Seilyanth, serta Minerva Seilyanth adik dari Helion. Morgance diberikan bangku tepat di samping Tuan Seilyanth dan Helion. Mereka berada di balkon yang terbuat dari marmer-marmer terbaik, dimana para pelayan di samping-samping mereka bertugas mengipasi dan menunggui masing-masing tuannya.

Riuh tepukan dari para penonton menarik perhatian Morgance. Pintu besi berat diantara kedua sisi terbuka, yang muncul dari sana adalah gajah terbesar dan terbaik di seluruh benua yang ditunggangi oleh dua pemenang turnamen yang lalu. Seorang pemandu acara memasuki tengah arena. Dia memberikan hormat pertamanya kepada para Seilyanth, kemudian barulah para tetua dan perwakilan kesatria istana yang mendapatkannya.

"Selamat datang ke ajang arena terbesar di seluruh penjuru benua, yakni Arena Heliseis! Tempat dimana yang terbaik akan mendapatkan kehormatan tertingginya setelah mengalahkan seluruh pesaing dari berbagai penjuru negeri. Berikan tepuk tangan terbaik untuk para petarung sejati kita!" Semua orang bertepuk tangan dan bersiul-siul gembira. Dari antara Keluarga Seilyanth, Tuan Seilyanth terlihat paling semangat.

Suara bisik-bisik dari sisi kirinya membuat Morgance sontak melirik. Helion tengah berbisik kepada pelayan pribadinya.

"Baik, Tuan," jawab pelayan pribadi Helion dengan pelan.

Helion mengangguk kecil, lantas menengok ke arah Morgance. "Morgance, aku harus meninggalkan tempat ini karena ada urusan mendadak. Tidak apa-apa, kah?"

Morgance mengangguk. "Bukan suatu masalah, Helion."

Tersenyum kecil Helion mendapati jawaban itu, lalu ia berlanjut kepada ayah dan ibunya. Setelah mendapatkan persetujuan dari mereka, Helion meninggalkan balkon bersama pelayannya. Morgance merasa terpanggil untuk mengikuti Helion. Rasanya bukan perkara suatu pekerjaan yang teramat mendesak, tetapi lebih pribadi daripada itu. Sayangnya Morgance tidak bisa menebak dengan benar apa yang akan dilakukan oleh Helion.

"Morgance putriku, lihatlah! Di final kali ini, peserta yang berhasil lolos keduanya bukanlah kesatria, tetapi mereka memiliki keahlian yang sangat hebat! Mereka mampu mengalahkan banyak kesatria terhebat, juga kesatria-kesatria Keluarga Seilyanth. Ini tamparan keras untukku, tetapi juga kebahagiaanku!" Tuan Seilyanth mengarahkan pandangnya kepada seorang lelaki bertelanjang dada yang membawa pedang pendek di kedua tangannya. "Pria itu berasal dari daerah Thean. Dia putra seorang pemahat, tetapi keterampilan berpedangnya begitu luar biasa. Aku bertaruh dialah pemenangnya!"

Morgance tersenyum menanggapinya. Sungguh seperti yang dikatakan Tuan Seilyanth, pria dari Thean itu terlihat begitu percaya diri saat memegang pedang di tangannya. Sebelum masuk ke tengah arena, pria itu menggesekan ujung pedangnya ke tanah sehingga debu tanah beterbaran dan menutupi wajahnya. Semua orang bertepuk meriah untuk itu. Mereka menyukai tatapan tegas dan kepercayaan diri pria dari Thean itu.

"Sayangku, jangan membuat Morgance merasa tidak nyaman seperti itu," komentar Nyonya Seilyanth. Melihat antusiasme suaminya menceritakan pertarungan arena takut membuat Morgance merasa tak nyaman.

"Bukan masalah, Ibu," senyum Morgance sebagai pamungkas.

"Lagipula mengapa harus mempermasalahkannya, Istriku? Tidak seperti Helion yang mudah bosan mendengar ceritaku, Morgance akan selalu mendengarkannya. Ah, tapi bila merasa bosan, lebih baik utarakan kepadaku, ya. Aku tidak ingin kehilangan kawan mengobrol."

Morgance tersenyum kecil. "Tidak, Ayah, aku tidak merasa bosan sedikitpun."

"Syukurlah bila demikian. Semakin tua seseorang, ia akan membutuhkan teman untuk mengobrol dan menghabiskan waktu."

The Marchioness' Bad RumorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang