Tujuh hari setelahnya, hari yang ditentukan telah tiba. Morgance yang telah membereskan semua persiapannya, kini menghadap lukisan mendiang ayahnya yang gagah dalam balutan baju formal istana. Sebentar lagi akan tiba waktunya meninggalkan Kediaman Oxley. Dia tidak tahu akan seberapa lama, seberapa melelahkan, seberapa bahaya, dan seberapa sulit untuk dilakukan. Yang ia tahu saat ini adalah bahwa kewajibannya terhadap Clivia harus ditunaikan sampai tuntas, pulang membawa kabar bahagia, dan tidak mempermalukan nama keluarganya.
Morgance melepas kedua anting yang ia kenakan. Anting itu memiliki memori yang berharga baginya sebab diberikan oleh Ibu Suri pada hari ulangtahunnya kesebelas. Morgance masih sering mengenakannya, tetapi merasa takut kehilangan benda yang begitu berharga itu. Ibu Suri adalah orang yang dingin dan kaku, tak pernah mencoba mengakrabkan diri dengan Morgance atau keluarganya, sehingga segala pemberiannya akan terasa bermakna. Dia harus berusaha keras dengan menghafalkan wilayah teritori Kerajaan Clivia untuk mendapatkan hadiah itu dari Ibu Suri.
Anting itu mungkin tak seberapa mahal daripada perhiasan-perhiasan yang pernah ia dapatkan. Namun tetap saja, Morgance lebih menyayangi kedua anting itu. Rasa sayangnya mendorong tekad Morgance untuk meninggalkan benda itu di kediamannya alih-alih dibawa serta ke Granitel. Akan tiba waktunya ia kembali ke kediaman dan menemukan anting-anting ini di antara tumpukan waktu yang berlari cepat.
Pandangan Morgance berubah sendu. "Aku akan kembali untuk mengambilnya di kemudian hari. Ayah, tolong jaga benda yang berharga ini." Morgance membuka laci meja dan menyimpan anting-antingnya di sana. Meja yang diletakkan di bawah lukisan ayahnya jarang dijamah orang lain, Morgance yakin benda itu akan aman di sana.
Memandang ke lorong, Morgance melihat Arthur memandu putra-putrinya sembari menjelaskan larangan dan anjuran selama di Granitel. Arthur sengaja tidak diikutsertakan dalam misi ini sebab Kediaman Oxley membutuhkan pengelola yang baik. Morgance mempercayai Arthur. Ia tahu kapasitas dan integritas orang itu. Meskipun nanti akan sedikit merepotkan tanpa Arthur di sisi mereka.
Arthur tersentak kecil ketika mendapati Morgance berada di sana. Ia tersenyum kepada Morgance. "Anda masih di sini."
"Iya." Morgance menyilangkan kedua tangannya dan menghela napas. Beban yang menggantung di bahunya seakan sirna seketika. "Tempat ini terasa menenangkan, aku akan merindukannya ketika di Granitel."
"Ibu, lihatlah! Aku membawa pakaian-pakaian yang baru Ibu belikan pekan lalu." Nox dengan seru menunjuk koper yang dibawa Arthur.
Minerva tak ingin kalah. Ia menyimpan anak rambutnya di belakang telinga. "Kakak, aku juga mengenakan anting pemberian Kakak!"
"Panggil dengan sebutan Ibu, Kakak!" seru Nox gemas.
"Iya, maksudku-- Ibu. Sulit membiasakannya, ya." Minerva menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Seakan teringat akan sesuatu, Minerva menunjukkan keranjang kue yang ia bawa. "Ibu, aku juga membawa beberapa kue kering untuk dimakan selama di perjalanan. Aku yakin nanti Ibu dan Nox akan kelaparan."
Morgance tersenyum simpul mendapati celotehan lucu anak-anaknya. Ia berjalan mendekati mereka dan memeriksa lebih lekat barang-barang bawaan mereka. "Lakukan apapun yang membuat kalian senang. Tapi, Minerva, aku mohon padamu untuk menyimpan anting-anting itu ke dalam koper. Takutnya anting itu akan rusak. Saat sudah tiba di Granitel, kamu bisa mengenakannya sepuas hati. Bagaimana?"
"Baik, Ibu!"
Morgance merendahkan tubuhnya dan membantu Minerva melepas anting-anting. "Arthur, tolong masukkan anting-anting ini ke dalam koper."
Periksa dulu, apakah semua barang yang kalian butuhkan sudah dibawa?"
"Sudah!" jawab Nox dan Minerva dengan kompak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Marchioness' Bad Rumors
FantasyMorgance Oxley memiliki banyak rumor miring di kumpulan bangsawan. Ada yang mengatakan bahwa dia adalah kekasih gelap bangsawan kaya raya. Itu sebabnya Morgance memiliki Nox, putranya, yang dilahirkan tanpa melalui hubungan pernikahan. Selain itu, k...