Chapter 21

17 5 0
                                    

Suasana arena begitu riuh. Kedatangan Hebron disambut teriakan penuh semangat oleh para kesatria. Lelaki itu datang menggunakan kaos putih dan celana katun setengah lutut. Pada tangannya, tergenggam sebuah pedang yang tampak mengilap bermandi sinar mentari. Pengambilan posisi kuda-kuda Hebron kembali mendapat apresiasi dari para kesatria.

"Hebron yang akan menang!"

"Hebron, kalahkan dia!"

"Hei, Nak, jangan terlalu kasar terhadap wanita!"

Melihat lawannya telah siap, Morgance segera mungkin mengambil kuda-kuda. Morgance menggenggam pedang bergagang emas milik Ingo. Pria itu juga hadir bersama dengan anak-anak. Ia menyemangati Morgance sembari mengangkat tinggi-tinggi sarung pedang.

"Nona, jangan sampai merusakan pedang itu!" teriak Ingo sembari melambai-lambaikan sarung pedangnya di udara. Nox mengangguk semangat. Mengetahui Nox juga menyetujui pemikirannya, Ingo lalu memeluk pundaknya. "Anakmu saja setuju! Jangan sampai rusak, ya! Hahahahaha!"

Morgance tidak mengidahkan gurauan Ingo. Konsentrasi sudah sepenuhnya terpusat pada lawan yang usianya jauh di bawahnya ini. Sekilas, dengan perawakannya yang kecil dan tubuh yang ringkih, orang-orang akan meremehkan. Namun jangan lupa bahwa anak kecil yang terlihat tidak berbahaya ini hampir menang melawan Lucifer. Morgance tahu lawannya sangat tangguh. Sebab itu sedari awal Morgance tidak mencuri pandang ke lain-lain.

Sebagai pengaba-aba adalah Dino. Lelaki itu dengan semangat membawa bendera tinggi-tinggi ke udara. Ditatapnya dahulu dua orang yang akan saling melawan itu. Memang di luar dugaan. Anak kecil melawan wanita bangsawan.

"Arena ini akan menjadi saksi bahwa Hebron dan Nona Morgance pernah bertanding. Kepada yang kuatlah Sang Dewa akan memihak. Dengan demikian, kami pula menjadi saksi kemenangan hari ini." Dino mengentakkan benderanya ke bawah. "Pertandingan dimulai!"

Seluruh penonton berseru kesenangan.

Hebron mengambil langkah terlebih dahulu. Ia menyerang dengan kekuatan penuh. Morgance masih bergeming. Ketika pedang itu hampir mendekati areanya, Morgance langsung memindahkan tubuhnya ke samping, dan menyodok punggung Hebron menggunakan pangkal pedangnya. Penonton berteriak ricuh melihatnya.

Keseimbangan lelaki itu belum terganggu. Kembali ia menegakkan tubuh dan menjadikan kaki belakangnya sebagai poros putar. Tangannya ditarik ke belakang lalu didorong dengan sekuat tenaga ke arah depan. Morgance langsung menghindar dan menangkis serangan Hebron menggunakan pedangnya. Mereka beradu ketahanan untuk sementara waktu sebelum memundurkan langkah masing-masing. Morgance kembali melaju dengan cepat dan mengentakkan pedangnya ke arah Hebron, menuntut pria itu untuk mundur.

Hebron menghalau keringat yang hendak menetes membasahi matanya. "Marchioness sangat hebat! Saya merasa senang bisa melawan Anda!" kekehnya. Hebron menyeringai, lalu membalas serangan dengan memberikan satu pukulan pada tangan sehingga pedang Morgance terjatuh.

KRANG! DUAK!

Morgance berdecih ketika merasakan tangannya menggenggam angin kosong. Ia lalu berguling ke samping untuk menghindari serangan Hebron yang mulai membabi buta. Tinggal sedikit lagi maka ia dapat mencapai pedangnya, tetapi dengan nafsu membara-bara, Hebron kembali mengerahkan serangan.

"HIAHH!" Morgance menghadang pedang Hebron menggunakan kedua tangannya sendiri. Hal itu menyebabkan sisi pedang mulai menggores telapak tangannya, menciptakan aliran darah yang membasahi lengan bajunya.

"Hebron, hentikan!" Lucifer berteriak panik ketika melihat kemeja putih Morgance berubah menjadi merah.

Langkah kakinya menuju arena terhenti ketika Aga menahan tubuhnya. Aga membawa mundur Lucifer dengan susah payah sebab tenaga lelaki itu terlalu kuat. "Tuan, hentikan! Bila situasi berbahaya, Dino yang akan menghentikannya!"

The Marchioness' Bad RumorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang