~~~°°°~~~Bagi Aji yang dulunya seorang anggota geng, perkelahian semacam ini sudah biasa baginya.
Bagi Bintang yang sering dipukuli bapaknya, serangan anak SMA sudah tidak terasa.
Dan bagi Rifan yang hidup dengan tekanan batin dari pamannya, kekuatan manusia bukan lagi apa-apa.
Sedangkan bagi Dika. Ah, aku lupa menceritakan pada kalian, siapa sebenarnya Dika.
Dika adalah siluman dengan penciuman yang tajam. Dahulu dia seorang raja yang dikutuk oleh jutaan rakyatnya, karena tidak bisa mempertahankan seorang Patih yang berjasa bagi Majapahit.
Nama kecilnya, Raden Tetep. Nama abisekanya, Sri Rajasanagara. Dia juga sering dipuja-puja dengan julukan sang Hyang Wekasing Suka. Dia lah sang Hayam Wuruk.
Raja yang kematiannya tidak direlakan oleh jutaan jiwa yang menuntut keadilan. Yang memiliki dosa. Dan dosa itu, membuatnya tak bisa mati seperti orang-orang pada umumnya.
Hayam Wuruk dinyatakan wafat di usia yang ke 55 tahun. Namun ia dikutuk. Ia tak diizinkan mati begitu saja. Karena setelah kematian, rohnya berkelana mencari bayi yang ditakdirkan meninggal setelah kelahiran. Ia memasuki raga bayi tersebut, dan hidup kembali sebagai manusia.
Namun meski ia kembali tumbuh dari anak-anak menuju dewasa, Hayam Wuruk tidak akan lupa dengan masa lalunya. Ia akan menyimpan memori selama ia menjadi raja, juga sebagai keturunan manusia.
~~~°°°~~~
"Hati-hati di jalan!" seru perawat wanita usai mempersilakan tiga orang pasiennya keluar dari ruangan dokter.
Itu adalah satu-satunya klinik yang masih buka di malam selarut ini. Beruntungnya tiga pemuda itu, datang lebih awal sebelum klinik ditutup.
"Ah, rahangku kayak mau copot aja rasanya," keluh Rifan dalam perjalanan menuju tempat parkir.
"Tonjokan anak SMA sekarang emang gak main-main, bro! Untung kaga ada yang patah ni, tulang gua!" celoteh Bintang yang berjalan pincang di sebelahnya.
"Setidaknya gua lega bisa nonjokin muka tu orang satu-satu. Udah dua tahun nih, kita nahan diri!" seru Aji dengan sebuah gips di tangan kanannya.
Bintang terkekeh sambil geleng-geleng kepala.
Sementara itu, Rifan tampak memerhatikan kondisi Dika dari atas ke bawah. "Lo gak papa, Dik? Kenapa gak pernah mau diobatin di klinik?"
Dika mengangkat bahu. "Gak parah, kok."
"Gak parah apanya? Tadi gua liat lawan lo mukul pake tongkat besi! Kena kepala, lagi!"
"Heh, lu khawatirin diri lu sendiri aja ngapa! Gimana jadinya kalo bokap lo liat lo babak belur gini?"
Mendengar itu, sontak Rifan menepuk jidatnya. "OH IYA!! Gua kan udah janji gak bakal berantem!! Mana om gua orangnya cepu, lagi!!"
"Om yang kemarin lagi?" tanya Aji.
"Yaiyalah, om mana lagi yang malem-malem suka minta makan ke rumah!"
Sementara itu di rumah barunya, kaki Mada tersandung dalam perjalanannya menuju dapur. Instingnya mengatakan, bahwa ia sedang dimaki-maki oleh seseorang dari belakang. Entah siapa orang yang sering membuat kakinya kedutan setiap hari.
~~~°°°~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Moon (TAMAT)
FantasiSedikit berbau sejarah, tapi lebih banyak di masa depannya.