Cintaku Ter-lockdown Di Kamu

2 0 0
                                    


"Cewek jorok banget, sih, kamu!" bentakku pada Angela yang sedang mengaduk cokelat panas di mugnya. Mata bulat itu menatapku lekat. Namun, kemudian dia justru tersenyum seolah tanpa dosa. Ah, kenapa juga lesung pipi itu malah mencairkan amarahku.

"Ya kan belum aku beresin. Maaf," ucapnya sembari menyeruput cokelat panas. Aku mendengkus sebal. Selalu saja begitu setiap pagi. Bangun tidur bukannya membereskan kamar, malah dia meninggalkan tempat tidur yang seperti kapal pecah.

"Lagian kamu sok bersih banget."

Aku mendelik. Dari awal sudah kukatakan bahwa aku benci hal-hal yang kotor dan berantakkan.

"Kamu tahu? Tempat yang jorok dan kotor akan jadi sarang kecowa. Tuh, di belakang kamu!"

"Aakk!" Angela refleks bangkit berdiri dan berlari mendekatiku. Tangannya meraih pingganku, hendak memeluk. Namun, dengan cepat aku menghindar.

"Mau apa?"

"Meluk kamu. Hehe," ucapnya yang langsung memeluk pinggangku. Tubuh mungilnya seolah hilang tertutup tubuh kekarku. Aroma wangi dari rambutnya yang tepat di leherku, membuatku berdebar.

Kutatap dia yang terpejam dalam pelukanku. Kulit putihnya yang cenderung pucat sangat kontras dengan kulitku yang kecokelatan.

"Dah, aku mau telpon orang resto!" Sempat kulihat wajahnya yang merengut karena kutepis badannya.

"Bagaimana?" tanyaku pada Bian, asistenku di Palembang.

"Masih lockdown. Nggak tahu sampai kapan," jawabnya dari seberang sana.

Ya, sudah hampir dua minggu restoku tutup akibat lockdown. Dampak dari wabah Corona memang membuat pemerintah daerah bertindak posesif.

"Kita jalan-jalan, yuk!" Angela tiba-tiba memeluk leherku dari belakang. Deru napasnya nyaris membuat kewarasanku hilang. Belum lagi jemari lentik yang memainkan rambut gondrongku.

"Kan lagi lockdown," jawabku cuek. Kuturunkan tangannya dan bangkit menuju dapur.

"Kita jalan-jalan dalam rumah aja!" Dia sudah bergelayut di lenganku.

Sampai di dapur aku terkejut bukan kepalang. Tepatnya kesal. Bagaimana tidak, peralatan dapur yang biasa kutata rapi kini berantakkan dengan bumbu dapur yang berserakan.

"Kau—"

"Aku kan suka masak. Lupa?"

"Tapi—"

Angela sudah mengambil nasi goreng di meja dan menyodorkannya padaku. Niat untuk duduk segera kuurungkan ketika melihat kursi yang kotor karena tetesan kecap dan saus. Entah bagaimana ini bisa terjadi.

"Ak!" Aku ragu membuka mulut menerima suapannya.

Buurr

Nasi goreng dengan rasa yang tak mampu kuucapkan itu keluar lagi.

"Bisa masak nggak, sih?" bentakku. Raut wajahnya mendadak murung. Dia tertunduk.

"Aku kan cuma mau jadi istri yang baik buat kamu, hiks ...." Dua jalur bening mengalir lancar hingga ke dagu. Ehm, kebiasannya ketika aku sedikit membentak. Dasar cengeng!

Kurengkuh tubuhnya dalam pelukan. Dadaku yang tanpa baju langsung basah oleh air matanya. Angela memelukku erat.

"Kamu tahu hal apa yang paling kusukai di dunia ini?" tanyanya mendongakkan wajah.

"Apa?" Kutatap wajah menggemaskan itu lekat. Rambut sepinggangnya dikucir dengan asal. Membuat sisa rambutnya sedikit berantakkan. Wanita yang kukenal karena membuat baju pengantin adikku itu memang cantik, sih.

"Berada di pelukanmu," ucapnya pelan. Tentu sambil tersenyum yang membuat lesung pipinya keluar. Aih, mana tahan!

Baiklah, mungkin memang lockdown ini bisa kami gunakan untuk saling mengenal sebagai pasangan dan tentu saja untuk bulan madu pernikahan kami dua minggu yang lalu. Cinta bisa tumbuh kapan saja bukan? Ya, semoga perjodohan ini memang jodoh.
....
END

Magic WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang