Bayang Gerhana

1 0 0
                                    


"Maksudnya apa, sih? Aku takut!" rengek Bintang menunjuk laptop di depan kami. Sebuah video berdurasi 20 menit 20 detik baru saja selesai kami tonton.

"Yang di video itu bohong, 'kan?" Gadis berambut keriting itu menatapku tajam, meminta jawaban.

"Aku juga nggak tahu. Coba kita hubungi Bulan," jawabku sembari membuka ponsel dan segera mencari nomor Bulan. Salah satu anggota Shine Squat itu tidak ikut bersama kami, menghabiskan malam minggu seperti biasanya.

Aku terus mencoba menghubungi sederet angka itu, tapi nihil. Telepon tersambung, tapi tidak ada yang menjawab.

Galaksi  meraih laptop dan memutuskan untuk kembali memutar ulang video yang baru saja kami tonton.

"Kalian percaya? Ini tuh pasti prank dia. Kayak nggak tahu aja dia ratu prank," ungkap Galaksi. Aku dan Bintang saling tatap. Apakah mungkin?

Kami lantas kembali menatap layar. Video yang berisi adegan mengerikan itu cukup membuat kami takut. Video yang dikirim oleh Bulan ke grup chat whatsap Shine Squat.

Dalam video itu menunjukkan Bulan yang tengah ketakutan di kamarnya. Tiba-tiba muncul sosok bergaun putih dari jendela. Dengan cepat sosok itu menerkam Bulan yang belum sempat menghindar. Teriakan ketakutan Bulan terdengar sangat jelas. Satu kalimat yang membuat kami bergidik adalah, 'Ampun, Gerhana!'

Video penyiksaan itu berakhir dengan Bulan yang terkapar di ranjang bersimbah darah.

"Aku akan mendatangi kalian!"
Itulah kalimat terakhir sebelum video berakhir. Suara serak dan parau itu jelas terdengar.

Kami terkejut ketika tiba-tiba ponselku berdering. Bulan menghubungi.

"Ha-halo?" sapaku tergagap. Bintang dan Galaksi menatapku, menunggu apa yang terjadi.

Tidak ada jawaban.

"Aku akan datang!"

Refleks kulempar ponsel karena terkejut. Suara yang sama dengan suara di video itu.

Belum terjawab rasa penasaran Bintang dan Galaksi, kami kembali dikejutkan dengan dering ponsel Galaksi. Sama, Bulan menghubungi. Tanpa ragu, Galaksi meraih ponsel dan menempelkan di pipinya.

"Halo? Bulan?"

Kulihat kening Galaksi berkerut dengan mata menyipit. Bintang gemetar memeluk lenganku.

"Nggak lucu! Prank lu basi!" Galaksi mematikan ponsel dan meletakkannya di meja. Dia terlihat kesal.

"Si-siapa?" Bintang penasaran.

Belum sempat di jawab, kini ponsel Bintang yang berdering. Gadis itu langsung menjerit takut dan menangis.

Galaksi mengambil ponsel Bintang.
"Hoi, awas kau, ya! Kau pikir kami bodoh, hah? Nggak lucu!" teriak Galaksi. Hanya terdengar suara kresek-kresek dari seberang sana. Loudspeaker ponsel membuat aku dan Bintang dengan jelas mendengarkan.

"Aku akan datang, hihihi ...."

"Sial!" Galaksi membanting ponsel.

"Itu beneran arwah Gerhana, 'kan? Iya, 'kan? Aku takut!"

"Bukan! Itu hanya orang iseng. Orang mati nggak mungkin hidup lagi!" ucapku menenangkan Bintang. Gadis itu ketakutan.

"Aku mau menyerahkan diri saja. Aku nggak mau mati kayak Bulan!"

"Bodoh! Dia bunuh diri dan nggak ada sangkut pautnya dengan kita," bentak Galaksi.

"Tapi dia bunuh diri karena video yang kita sebar. Kamu lupa?" Aku ikut angkat bicara.

Magic WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang