•44•

43.8K 2.5K 376
                                    

Jauzan berdiri natap dirinya di cermin dengan wajah merah padam, jangan lupain telinganya juga ikut memerah. Cowok itu menggigit bibirnya kuat-kuat sampai nimbulin sedikit darah dari situ. Sialan. Naren beneran ingin melakukan hal itu? Bukan, bukannya Jauzan menolak tapi ini first time bagi dia jadi Jauzan merasakan beberapa hal aneh dalam dirinya.

Jangan kalian kira Jauzan udah sering pacaran tapi melakukan hal itu, nggak Jauzan sama sekali nggak melakukan itu karena dia cuman mau kalau pacaran aja gak jauh-jauh dari pegangan tangan atau kissing hal terparahnya belum kesentuhan yang lain-lain. Soalnya dia juga kan takut ya kalau ternyata cowok yang dia temui bekas orang lain dan mereka melakukan hal itu? Siapa yang tau.

Balik ke Jauzan yang sibuk dengan pikirannya yang maju-mundur sedari tadi akibat ucapan Naren tadi. Iya tadi waktu Naren bilang seperti itu dia langsung izin ke toilet padahal aslinya dia kabur dulu dari Naren, bodo amat deh kalau Naren sebenarnya sadar kalau Jauzan tuh aslinya gak mau ke kamar mandi.

"Ujan," panggil Naren di depan pintu kamar mandi sambil ngetuk-ngetuk pintu kamar mandi buat Jauzan tersentak kaget terus ngebasuh wajahnya.

Cowok itu natap wajahnya yang kaku banget terus membuang nafasnya. "Bentar," jawabnya. Jauzan dengan pelan-pelan ngebuka pintu kamar mandi dan langsung berhadapan dengan Naren.

"Astaga Jan, muka kamu sampe pucat gitu." Naren mengelap wajah Jauzan dengan tangannya. "I'm just kidding sayang, kenapa sih?" kata Naren ketawa geli waktu tau apa yang terjadi sama Jauzannya. Padahal mah Naren bercandaan doang tapi kalau Ujannya mau ya gak papa.

"Apa dah? Emang aku kenapa?" kesal Jauzan terus jalan ke tempat tidur. Ntah kenapa Jauzan tiba-tiba terserang rasa kesal begitu aja. Apaan coba katanya becanda doang padahal Jauzan udah tremor sedari tadi. Ck dasar Narenjing gak jelas.

Naren ngegaruk lehernya yang gak gatal waktu lihat Jauzan langsung tidur dan ngebalut dirinya di selimut terus membelakangi Naren. Aneh. Kenapa Jauzan kaya ngambek gitu deh mana tadi suaranya kaya kesal gitu, emang Naren ada buat salah ya? Atau karena ucapan dia tadi. Astaga kan Naren cuman becanda tapi gak papa Jauzan malah kelihatan gemes.

"Jan kenapa sih??" tanyanya sambil meluk Jauzan dari belakang tapi pertanyaannya gak direspon sama Jauzan. "Sayang, kenapa?" tanya dia lagi.

"Tidur deh Ren," ketus Jauzan.

Naren membuang nafasnya terus membalik tubuh Jauzan walau sedikit susah karena Jauzan berontak. "Ujan sebenarnya mau apa? Aku bingung sayang kalau kamunya gak ngomong."

"Aku gak mau apa-apa Ren."

"Soal omongan aku tadi, aku minta maaf." Naren ngecup singkat kening Jauzan lembut. "Tapi kalau Jauzan mau lakuin itu, ayo," kata Naren senyum kecil yang berhasil lagi-lagi buat Jauzan salting.

Sialan dah si Naren gampang bener buat diri Jauzan salting kaya gini. Jauzan kan capek ya padahal baru beberapa hari Naren berhasil terus-terusan buat Jauzan salting.

"Ren," panggilnya sambil natap Naren.

"Kenapa sayang?"

"Ayo."

Mata Naren membulat waktu dengar kalimat singkat yang Jauzan keluarkan. "Kamu serius?" tanyanya ke Jauzan yang langsung mengangguk.

 "Kamu serius?" tanyanya ke Jauzan yang langsung mengangguk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OUR STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang