☘️ Chapter 31

14 2 0
                                    

Arrun mengaduk kopi secara berlahan, Setelah dirasa gulanya sudah mencampur ia mengangkat cangkir kopi itu kemudian menghirup sesaat sebelum ia menyeruput nya.

Arrun membawa kopinya keruangan tengah untuk menikmatinya seraya menonton televisi, tapi langkahnya terhenti saat tidak sengaja melihat foto dirinya dengan Alina. Ia mengambil foto itu kemudian mengelus kaca di bingkai foto itu sesaat sebelum ia melihat mata Alina yang membuatnya teringat kepada Wilda.

Apakah dirinya terlalu jahat kepadanya yang telah memanfaatkannya selama ini? Seharusnya ia akhiri hubungan dengannya sejak awal dan mencegah perasaannya terus tumbuh untuk dirinya. Dan sekarang ia telah menyakiti perasaan Wilda terlalu dalam karena keegoisannya dan karena mata itu yang membuatnya tidak bisa berpaling darinya selama ini.

Arrun memejamkan matanya sesaat sebelum ia kembali melihat foto itu. Andai saja Alina masih hidup pasti ia tidak akan mempermainkan perasaan Wilda selama ini.

"Gue kangen sama lu Al" seraya tersenyum samar kemudian menaruh foto itu ke posisi semula.

Arrun mengambil ponselnya yang bergetar di saku celananya kemudian menarik tombol berwarna hijau keatas dan mendekatkan di telinganya. "Ada apa Bun?"

"Jangan lupa nanti malam loh"

"Iya, Arrun gak lupa kok Bun"

"Baguslah, jangan lupa berpakaian sedikit rapi biar aura gantengnya kelihatan"

Arrun mengerutkan keningnya saat mendengar perkataan bunda yang sedikit aneh kalian ini. "Emang bunda gak tau, kalo anak bunda satu ini sudah ganteng dari lahir" terang Arrun kemudian terkekeh setelahnya.

"Ya Taulah kan bunda yang ngelahirin kamu. Setidaknya kamu berpenampilan sedikit rapi saat ketemu ayah kamu"

"Ya sudah sekarang bunda lagi sibuk. Bunda tutup dulu telponnya." Terang bunda kemudian langsung memutuskan panggilan secara sepihak. Arrun hanya memandangi ponselnya sedikit heran saat mendengar perkataan bunda yang sedikit aneh.

*********

Arrun melangkah mendekat ke arah bundanya yang sekarang sibuk menata makanan di meja makan. "Bun, kita mau ngadain syukuran apa gimana, kok makanan banyak banget kek buat satu RT" terang Arrun yang melihat lauk makanan di meja.

"Ini sih masih kurang, dibelakang masih ada lagi. Oh ya tolong ambilkan makan yang masih ada di dapur." Terang bunda yang masih sibuk menata sedemikian rupa makan makanan itu tanpa melirik sedikit pun.

Arrun melangkah kakinya kearah dapur dan melihat bi-Inah sedang menaruh semua ayam di piring. "Sini bi biar Arrun bawakan kedepan" terangnya seraya meraih piring itu dari tangan bi Inah.

"Tunggu den" Arrun kemudian menghentikan langkahnya kemudian berbalik badan.

"Sekalian bawakan ini" seraya memberikan mangkuk berisi ikan asam pedas kesukaannya. Arrun ikut tersenyum saat melihat bi Inah tersenyum lebar. "Bi Inah tau aja kesukaan Arrun. Arrun bawa yah"

"Hati hati" seraya menepuk pelan punggung Arrun.

Arrun kemudian membawanya dengan hati hati kemudian menaruh di pinggir meja makan. "Ini Bun" bunda langsung mengambil piring itu kemudian menatanya di dekat makanan yang lain.

"Bun Arrun makanan dulu yah?" Katanya seraya mencoba mengambil sup ikan asam pedas di depannya. "Taruh!" kata bunda dengan penuh penekanan seraya melirik Arrun tajam.

"Sedikit aja"

"Bentar lagi tamunya datang" terang bunda seraya mengambil mangkuk berisi ikan asam pedas dan menaruhnya di tengah di antara makanan makanan yang lain.

BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang