☘️ Chapter 8

59 25 1
                                    

Gue melihat di sekeliling yang tampak sepi. Angin berhembus kencang menusuk kulit. Gue coba menadah air hujan yang jatuh ditangan gue.

"Kenapa gak berhenti berhenti sih ujannya" gumam gue sambil menyipratkan air hujan yang sudah tertampuh di tangan gue.

Dwaaar

Suara petir yang menyambar disertai kilatan cahaya yang terang membuat gue berteriak kencang karena kaget plus takut gue sama suara itu.

"Nggak usah lebay gitu kali" kata seseorang yang tidak asing lagi di telinga gue. Gue coba menengok ke sumber suara. Didapati Arrun yang sedang duduk di kursi yang nggak jauh dari gue berada, sambil membaca buku komik nya.

Eh buset! kenapa tiba-tiba dia ada disitu dah. Perasaan tadi nggak ada tuh orang.

Ya, gue sekarang masih di kampus. Setelah kelas gue berakhir gue coba tidur sebentar di kelas dikarenakan gue sudah ngantuk berat. Mau gak mau gue tidur dah di kelas, eh tapi malah keblabasan gue tidur. Mati? Ya kagak lah.

"Gue nggak lebay yah! Gue tadi cuma kaget" kata gue sambil melipat tangan di dada.

Dia tersenyum miring yang masih fokus dengan buku komik nya.

Et dah dia senyum gitu ngremehin gue atau gimana tuh. kemudian pandangan nya beralih ke gue.

"Penakut" Kat dia singkat dan kembali fokus pada buku komik nya.

"Siapa juga yang takut" kata gue sok.

Dwaaar

Suara petir menyambar sesuatu entah apa itu, membuat gue berteriak takut dan berlari kearah dia yang sedang duduk dan kemudian gue duduk disampingnya. Arrun tersenyum dan seolah menahan tawa melihat tingkah gue.

"Katanya nggak takut" kata dia dengan nada yang menyindir.

Sekakmat! gue langsung kicep.

Eh tunggu deh, gue gak salah lihat kan tadi dia tersenyum? Bukan tersenyum miring yang sering dia tunjukkan. Tapi senyum dia kali ini beda.

"Eh tunggu deh. Gue baru liat lu bisa tersenyum seperti itu tadi" dia hanya melirik gue dengan ekspresi datar nya.

"Cieh yang tersenyum gara gara gue" kata gue yang sedikit menggoda dia.

"Pede banget lu"

"Yeh! Lu mah gak bisa diajak bercanda. Nggak asik lu!"

Gue mengambil hp yang ada didalam tas. Dari pada boring nunggu hujan reda mending gue stalker Ig calon suami gue deh. Gue melihat foto yang baru dia upload.

Nih calon suami gue poto di kolong meja yah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nih calon suami gue poto di kolong meja yah?. Tapi gak papa deh mau dia foto di kolong meja apa di kolong jembatan ke dia tetep aja ganteng gak ada yang berubah. Gue kemudian mengetuk dua kali foto hingga muncul bentuk love disana. Ya kayak gue yang selalu love love sama dia hahaha.

Mumpung ada dia di sini gue tanya tanya ah soal Albi, apa yang sering dia lakuin, dia sukanya apa? Dan yang tidak disukai apa.

"Emm, makanan kesukaan Albi itu apa sih kalo boleh tau?" cerocos gue.

"Oh iya tipe cewek yang dia suka seperti apa sih?" Tanya gue lagi.

Dia menutup buku komik nya kemudian melihat kearah gue "Yang penting tipe dia bukan kayak lu!" Ucap Arrun yang kemudian melihat gue dari atas sampai bawah kemudian dia tersenyum meremehkan.

Saat dia melihat gue kayak gitu gue merasa gak terima yah. Emang gue sejelek itu kah dimata semua orang? Sehingga nggak ada orang yang suka sama gue? Apa gue salah kalau terlahir dengan muka pas pasan kayak gini? Gue juga manusia yang butuh kasih sayang kayak yang lain.

Please jangan giniin gue...

Kemudian dia ninggalin gue gitu aja "hei! Mau kemana lu" teriak gue.

"Pulang" kata dia yang masih terus berjalan. Gue melihat hujan yang sudah reda. Terlintas lah ide gila di pikiran gue. Gue lari menyusul Arrun.

"He tungguin ngapa cepet banget jalannya" kata gue agak tersengal kemudian berusaha menyamai langkah nya yang cukup lebar.

Dia hanya melirik gue sekilas kemudian melihat kedepan kembali.

Sesampainya di tempat parkir kampus dia langsung memakai helm nya. Saat dia sedang memakai helm gue langsung naik ke jok belakang motor nya. Mau dia sewot sewot dah bodoamat gue.

Ya, dia melotot ke gue saat melihat gue sudah duduk di motor nya. "Turun!" Kata dia agak membentak.

"Nggak!" Kata gue yang masih duduk di motor dia.

"Gue bilang turun ya turun!!"

"Nggak! Emang gue anak TK apa yang di suruh turun nurut nurut aja"

Dia memutar bola matanya sebal. "Awas aja kalo nanti gue kena tilang gara gara lu" kata dia yang kemudian menaiki motor nya dan melajukan motor matic nya.

"Oh iya bang, anterin gue ke jalan bugenvil nomor 84 yah" kata gue sambil menepuk pundak nya dua kali. Ya, gue perlakuin dia seperti tukang ojek pengkolan yang sedang nganterin penumpang nya. Saat gue melihat kaca spion gue liat muka dia yang kesal karena gue perlakuin dia seperti tukang ojek.

Eh tunggu deh ini kan bukan jalan yang menuju rumah gue? Dia mau bawa gue kemana nih?  Atau jangan-jangan dia mau culik gue?

"Eh eh mau kemana? Ini bukan jalan kerumah gue yah!" Kata gue sambil menepuk nepuk pundak dia.

"Atau lu mau culik gue yah?!" Tuduh gue.

"Siapa juga yang mau culik cewek jelek kayak lu" kata dia yang masih fokus menyetir.

Jleb seketika itu hati gue terasa kayak di tusuk pisau sakit. Ya gue akui kalau gue emang jelek tapi gak usah jelek-jelek in gue terus napa terasa rendah banget gue.

"Gue mau mampir sebentar" kata dia. Bodoamat lu mau sebentar kek lama kek bodo, yang penting setelah ini gue  mau balik sendiri.

Kemudian kita berhenti di depan toko roti. Dia langsung masuk ke dalam toko dan gue masih ada di luar.
Kok gue jadi pengen makan kue yah? Gue pun masuk kedalam dan melihat lihat kue kue cantik dan pasti enak kalo di makan. Dan mata gue terpanah dengan sepotong rainbow cake dengan toping sterowberi di atasnya.

"Duh gue penge beli ini deh, pasti enak nih" gumam gue sambil tersenyum lebar.

Gue mengambil dompet gue di dalam tas. Gue membuka mulut gue lebar, saat di dapati pecah Lima ribu dua lembar yang ada didalam dompet gue. Eh iya gue kan punya kartu kredit jadi gue bisa beli kue ini deh. Gue coba mengambil kartu kredit yang terselip di dompet gue. Alangkah terkejutnya gue saat melihat gambar kartun di kartu itu. Ya itu kartu buat main permainan di mall.  Ya siapa lagi yang menukar kartu kredit gue sama kartu permainan kalo bukan adek gue.

"Awas aja lu Reihan gue pites lu kalo gue sampe rumah" gerutu gue.

Kemudian gue keluar dari toko kue dengan raut muka gue yang datar. Oh iya berhubun duit gue cuman sepuluh ribu doang jadi gue terpaksa nebeng dah sama Arrun. Ya kan kalo dari sini sampai kerumah gue butuh tiga kali naik angkot dan sedangkan gue cuma punya uang sepuluh ribu. Cukup buat bayar dua angkot doang dan setelah itu gue harus jalan gitu? Ya kali, males gue mending gue nebeng sama Arrun dah daripada gue harus jalan kaki.

Selesai.


Jangan lupa vote & comment yah.
Karena dukungan kalian sangat berarti sekali 😊.

See you next part.

BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang