☘️ Chapter 12

57 20 3
                                    


Pov Wilda

Gue menundukkan kepala, air matan meluncur bebas di pipi gue. Tidak mampu berkata. Gue terus membayangkan mimpi yang barusan gue alami. Gue nggak mau mimpi itu terjadi menjadi nyata.

Oke gue yakin mimpi ini cuma mimpi biasa, dan nggak akan jadi nyata. Tapi kalau benar terjadi gimana dong?

"Aaaa..." Teriak gue dalam hati kemudian menggelengkan kepala. Mending gue pulang aja sekarang. Tangan gue mengusap bekas air mata yang ada di pipi gue.

"Gue pulang dulu" kata gue tanpa melihat Arrun yang ada di depan gue, kemudian berjalan menuju pintu. Tapi sebelum gue membuka pintu, tangan gue di cekal "Tunggu, gue anterin pulang" kata dia.

Gue menatap matanya Sebelum gue melihat tangan dia yang di perban. "Nggak usah jadi jagoan deh lu. Tangan lagi di perban juga" tukas gue kemudian keluar dari apartemen dia.

Gue menunggu angkutan di tepi jalan tapi satupun angkot nggak ada yang lewat.
Tidak lama kemudian ada mobil berhenti di depan gue.
"Mau ikut gak?" Tanya Arrun sesaat setelah membuka kaca mobilnya.

Gue menatap dia sesaat sebelum gue masuk kedalam mobilnya.

Arun melirik gue tajam "Ngapain lu duduk di situ? Emang gue supir lu apa?!" Kata dia ngegas saat gue duduk di kursi belakang.

Gue mencebikan bibir gue yang seksih kemudian beralih duduk di kursi samping kemudian. "Bilang aja kalo mau deket-deket sama gue" tukas gue.

"Yeh ngapain juga gue pengen deket sama cewek jelek kayak lu" kata dia sambil melihat gue dari atas sampai bawah kemudian tersenyum miring.

"Ckk, ah sudahlah gue gak mau ribut kali ini" kata gue sambil menyilang kan tangan didepan dada, enggan ribut sama tuh cowok nyebelin. Suasana hati gue lagi nggak enak dan lagi nggak selera buat ribut.

Diperjalanan kita hanya saling diam sebelum dia membuka pembicaraan.
"Eh..." Gue melirik dia.

"Gue mau mampir bentar kerumah" lanjutnya.

"Lah katanya mau nganterin gue gimana sih?"

"Ada barang yang gue mau ambil. Tapi kalo lu mau pulang sendiri ya udah sana" kata dia sambil menunjuk pintu mobil dengan dagunya.

Gue melirik dia tajam. Kalo gue lagi mood udah gue jambak tuh rambut, ngeselin banget sih nih orang. Gue kemudian menatap kearah depan lagi. Dia kemudian belok dan masuk gerbang sebuah rumah yang megah melewati taman bunga yang tertata rapi dan tampak indah. Kemudian dia memarkirkan mobilnya di sebelah mobil sport mewah yang pasti sangat mahal harganya. Asli ini cowok nyebelin keluarganya kaya banget.

"Gak usah segitunya kalo liat kali" kata dia saat melihat gue melongo melihat taman bunga yang megah.

"Oh iya, lu kan gak pernah masuk kerumah orang kaya yh?" lanjutnya sambil tersenyum miring.

"Yeh siapa bilang" kata gue kesal. Setidaknya gue udah pernah masuk dan tinggal di rumah yang megah yah. Ya walaupun rumah Lisa gak semegah rumah orang tua Arrun.

"Sudah lah. Lu tunggu di sini aja. Kalo lu ikut masuk nanti gak mau pulang lagi" ujarnya yang kemudian keluar dari mobil.

Dih sombong amat tuh orang. Yang kayak tuh orang tuanya bukan lu kali. Tapi kok gue jadi kebelet gini yah. Gue tahan aja lah nanti gue ke kamar mandi pas dirumah aja. Tapi semakin di tahanan ko semakin kebelet yah?. Gue memutuskan keluar dari mobil dan berlari mengejar Arun sebelum dia masuk ke dalam rumah. Dan untungnya dia masih di depan pintu tapi dia tidak sendiri ada seorang cowok tampan yang umurnya lebih tua darinya dan mungkin dia kakaknya. Mereka sedang membicarakan sesuatu. Gue menghampiri mereka dan seketika itu pembicaraan mereka berhenti, saat cowok yang ada di hadapan Arrun melihat kedatangan gue. Arrun mengikuti arah pandang nya.

"Sudah gue bilang jangan keluar dari mobil!" Gerutu Arrun ke gue.

"Lu harus ingat. Kalo gue akan rebut semuanya" kata cowok itu sambil tersenyum miring dan menatap Arrun dan gue secara bergantian sebelum ia pergi.

"Dia kakak lu? Ganteng juga" Tanya gue penasaran.

"Siapa suruh keluar dari mobil?"

Gue meringis "Gue mau numpang ke kamar mandi yah? Soalnya gue udah kebelet banget nih"

"Ck. Makanya kalo kemana-mana bawa WC umum jadi gak numpang-numpang terus di rumah orang" ketus dia yang kemudian masuk kedalam rumah.

Ckk nih orang waras kagak sih? Mana ada orang yang Keman mana bawa WC. Kemudian gue mengekor di belakang dia.

"Lu lurus aja nanti belok kiri" kata dia sambil menunjuk kearah kamar mandi menggunakan tangan nya.

Gue bergegas dan mengikuti arahan dari Arrun. Dimana sih WC nya? Gak ketemu temu dah. Gue melihat seorang wanita paruh baya yang sedang memasak di dapur, kayaknya namanya Arrun sedang masak deh, gue pun menghampiri nya.

"Permisi Tan, WC dimana yah?" Tanya gue agak ragu.

Wanita paruh baya itu melihat gue bingung dan berkata "Lurus nanti belok kiri yang pintunya warna biru"

"Makasih yah tan" kata gue yang kemudian melencing pergi mengikuti arah dari Ibu tadi.

Gue tersenyum lebar setelah keluar dari kamar mandi

Gue menghampiri wanita paruh baya itu yang udah gue tebak dia adalah Ibunya Arrun.

"Maaf Tante, kalo aku masuk tanpa seizin Tante. Tapi benarkah Tante ibunya Arrun" ucap Gue dengan sopan.

Wanita paruh baya itu menengok ke belakang kemudian tersenyum. "Nama kamu siapa? Kamu pasti pacarnya Arrun kan?" Tanyanya yang masih fokus menggoreng ikan di penggorengan.

"Nama saya Wil-"

"Dia Wilda Afni Amalia, Bun. Dan dia bukan pacar Arrun" kata Arrun memotong perkataan gue. Gue melirik dia sebal. Eh tunggu deh kenapa dia bisa tau nama panjang gue? Aah gue kan salah satu orang yang terkenal di kampus, jadi mereka pada tahu nama panjang gue.

Tapi gue melihat Ibunya Arrun sedang menatap gue. "Wilda..." Gumamnya kayak ada yang sedang ia ingat-ingat.

"Oh Wilda" katanya kemudian memeluk gue erat. Tapi gue merasakan pelukan ini bukan pelukan menyambut calon mantu, pelukan hangat ini pelukan kasih sayang dan kerinduan sekaligus gue bisa merasakan itu.

"Udah deh Bun, gak usah lebay gitu" jelas Arrun.

"Bunda gak lebay, tapi apa salahnya kalo menyambut calon mantu dengan hangat"

Gue auto melongo begitu pun juga Arrun. "Siapa juga yang bakal nikah sama dia" kata dia sambil menarik gue dengan posisi alis terangkat satu.

Saat gue melihat reaksi dia, gue langsung melotot ke dia. Siapa juga yang mau jadi istri lu. Nanti malah sering makan ati karena perkataan dan sikap dia yang nyebelin.

"Kalo kamu gak mau, ya sudah Wilda sama Rangga saja yah?" Sambil menepuk bahu gue. Gue pun mencium bau aneh kayak ada bau gosong gitu deh.

"Tan ikannya gosong" kata gue sambil menunjuk ke penggorengan. Tante Ross kemudian matikan kompor.

___________________________

Cast buat part ini

Alrangga Rahardian

Jangan lupa tinggalkan jejak yah guys

See you next part

BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang