☘️Chapter 10

56 22 0
                                    

Gue membuang nafas kasar sesaat setelah melihat paper bag di tangan gue. Gue sedari tadi sudah berkeliling mencari keberadaan sosok cowok menyebalkan itu tapi tak kunjung di temui.

"Dimana sih tuh cowok nyebelin, udah di bikini kue Pai juga" gumam gue kemudian duduk di kursi terbuat dari kayu yang tersedia di kantin.

Gue mengedarkan pandangan di sekeliling. Mata gue menangkap seseorang yang tidak asing lagi buat gue. Ya dia itu Albi cowok idaman gue.

"Albi!" Panggil gue yang kemudian berjalan kearahnya.

Dia melihat gue bingung "Lu manggil gue?" Tanya dia. Kemudian gue langsung menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Lu tau dimana Arrun?"

"Hari ini, gue nggak liat dia. Kayak nya dia nggak kuliah hari ini"

Gue membuang nafas kasar. Padahal gue udah capek-capek buatin Pai duren buat dia eh dianya gak berangkat. Dia maunya gimana sih?

"Oh iya lu tau dimana rumah nya?" Tanya gue agak enggan. Aslinya males banget kalo harus nganterin kue pesenan nya kerumah dia. Tapi mau gimana lagi.

"Tau. Mau gue anterin? Kebetulan gue lewatin di apartemen dia" ajak nya.

Mata gue berbinar dan suasana hati gue mendadak senang, jantung gue berdetak kencang saat dia mau nganterin gue ke KUA eh maksudnya kerumah Arrun.

Gue cepat-cepat mengangguk an kepala dan menunjukkan senyum terbaik gue.

*******

Di perjalanan sempat terfikir, ingin rasanya gue meluk dia tapi takut dia risih dan menjauh dari gue, alhasil gue hanya memandang punggung dia yang kekar.

"Oh iya, lu temenan sama dia sejak kapan sih?" Tanya gue basa basi.

"Sejak kelas satu SMP. Emang ada apa?"

"Nggak ada apa apa kok"

Albi menghentikan motornya tepat di depan gedung bertingkat sepuluh.

"Apartemen Arrun ada di lantai tiga nomor 96" ujar Albi.

"Oke kalau gitu makasih yah, sudah nganterin gue" ucap gue sambil memperlihatkan senyum terbaik gue.

"Oh iya, ini buat lu" kata gue sambil memberikan paper bag berisi kue pai.

"Eh nggak usah" tolak Albi.

"Udah nggak papa terima aja. Ini kue pai buat gue, dijamin enak deh" rayu gue sambil mengangkat salah satu jempol tangan gue.

"Ya udah gue pergi dulu yah" kata gue sambil melambaikan tangan kemudian pergi meninggalkan Alibi.

Sebelum gue masuk ke gedung, gue membuka tas gue dan mengambil paper bag berisi kue pai. Untuk saja gue bawa dua buat jaga-jaga.

*****

Setelah gue naik kelantai tiga gue mencari kamar bernomor 96.

"Mana sih kamar nya, kok gak ketemu-ketemu" gumam gue sambil terus melihat setiap nomor yang ada di pintu kamar. Mata gue melihat pintu kamar bernomor 92. Bentar lagi pasti nomor 96.

Setelah menemukan kamar bernomor 96 kemudian gue mengetuk pintu kamar beberapa kali.

Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka. Arrun tampak terkejut melihat gue "Loh ngapain lu bisa sampai kesini?" Sambil menggaruk kepalanya bingung.

Gue meringis kuda "Nih gue bawain lu Pai duren" sambil mengangkat paper bag yang gue pegang.

Gue melihat tangan dia di perban sebelum kiri.

"Loh kenapa tangan lu?" Sambil mencoba memegang tangan dia tapi belum sempat gue pengen dia menepis tangan gue.

"Apaan sih!? Sini pai nya" ketus dia sambil mengulurkan tangannya meminta kue Pai duren ke gue.

Gue pun memberikan kue tersebut dengan agak kesal "Nih!"

"Makasih, dah sana pergi" usir dia sambil menggerakkan kepalanya supaya gue cepat pergi.

Asli ini orang nyebelin banget. Masa iya gue sudah jauh-jauh datang buat ngasih dia pai duren. Eh setelah dia udah dapet kue nya gue di suruh pergi gitu aja. Diajak masuk dulu kek, kasih minuman buat gue kek, tapi malah langsung di suruh pergi. Dasar cowok super nyabelin yang pernah gue temui.

"Eh kok gue nggak enak gini yah" gumam gue.

"Atau jangan-jangan" kemudian gue langsung baik ke apartemen Arrun.

"Run Arrun" panggil gue sambil mengetuk-ngetuk pintu.

Beberapa detik kemudian dia membuka pintu. "Apa lagi?"

"Izinin gue ke kamar mandi bentar yah" kata gue memelas.

Dia melirik gue tajam sebelum dia mengizinkan gue boleh memakai kamar mandinya. Setelah gue ada di kamar mandi gue segera mengecek dan ternya benar. Gue mencoba mencari barang yang ada di tas gue. Setelah gue mengkorek korek tas gue, tapi barang itu tidak ada.

Sial!

Sebelum gue berangkat kampus gue yakin betul, kalo gue bawa barang itu kok. Entah kenapa tuh barang gak ada di tas gue. Gak mungkin kan ada yang nyolong?.

Gue membuka pintu kamar mandi dan melongokan Kepala gue.

"Run, Arrun!"

"Apa lagi? Kalo sudah sana pergi! Terus kenapa lu kayak orang maling sabun gitu" kata dia saat melihat gue yang cuma melongokan kepala doang.

"Yeh sabun di rumah gue banyak yah!" Kata gue gak terima dituduh mencuri sabun dia.

"Run gue boleh gak, minta tolong sama lu? Please kali ini aja" mohon gue sambil menautkan kedua telapak tangan gue dan memperlihatkan muka memelas gue.

Dia menautkan kedua alisnya "Beliin gue pembalut dong... Please... kali ini aja tolongin gue, yah? Yah? Yah?".

Dia melotot kaget ke gue, saat di suruh buat beli barang itu. Gue tau kok barang itu gak sembarangan barang. Barang itu khusus buat para cewek dan gak semestinya cowok beli barang begituan. Tapi mau gimana lagi ini situasinya mendesak banget buat gue, jadi gue minta dia buat beliin barang itu.

"Nggak!" Kata dia ngegas sambil membuang muka ke gue.

"Ya sudah kalo gak mau beliin, gue akan terus di sini dan gak akan ijinin lu pake kamar mandi!" ancam gue.

Dia melihat gue tajam. Gue hanya memperlihatkan muka memelas.

"Ya sudah gue beliin. Tapi setelah gue beliin lu harus segera pergi dari rumah gue" kata di kemudian berjalan pergi.

"Oh iya belinya yang ada sayapnya yah!" Teriak gue.

____________________________

Wkwkkwk
Gimana tuh rasanya kalo cowok di suruh beli pembalut😁

Jangan lupa buat vote & comment di part ini.

See you next part guys....

BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang