☘️ Chapter 13

53 18 2
                                    

"Run, cepet panggilkan Ayah" suruh Tante Ross yang sedang menata makanan di meja makan sedangkan gue menata piring.

"Kenapa harus Arrun sih?" Gerutu nya yang masih asyik memainkan game di hp nya.

"Lah terus siapa lagi kalo bukan kamu? Masa iya Bunda nyuruh Wilda buat panggil Ayah, ya gak mungkin lah. Cepet!" Perintah Bunda Ross.

Gue melihat Arrun membuang nafas berat kemudian pergi. Kayaknya hubungan Arrun sama Ayah nya tidak begitu baik.

"Gimana kabar Wilda selama ini baik kan?" Tanya Bunda Ross sambil menyunggingkan senyum.

"Baik Tan" Jawab gue.

"Bunda kan sudah bilang, jangan panggil Tante, panggil aja Bunda biar lebih enak" terangnya.

Gue tersenyum kikuk. "Iya Bun" kata gue agak ragu.

Eh tapi kok gue baru nyadar. Tadi Bunda Ross nanyain kabar gue selama ini. Kayak udah gak ketemu lama aja sama gue.

"Mata kamu cantik" kata Bunda sambil memegang pipi gue dan menatap dalam mata gue. Tapi gue melihat tatapan itu kayak ada sesuatu yang ia rindukan. Ah mungkin perasaan gue aja kali yah.

"Sama seperti orangnya cantik!" Lanjutnya sambil tersenyum lebar.

"Ah Bunda bisa aja" kata gue sambil tersenyum malu.

"Ehem"

Gue menengok kearah dehaman itu. Gue melihat Arrun berjalan kearah meja makan dan di susul oleh seorang laki-laki yang terlihat sangat karismatik.

Mereka kemudian duduk. Ayahnya Arrun kemudian melihat gue dengan tatapan heran seorang meminta penjelasan tentang keberadaan gue yang ada di sini bersama mereka.

"Oh iya, dia Wilda teman Arrun" terang Arrun.

Pak Hermawan menatap gue kayak tidak suka sama kehadiran gue disini. Gue menyunggingkan senyum. Asli gue gak suka sama situasi seperti ini. Kalo tadi tahu situasi nya bakal kayak gini mending gue pulang deh.

"Mari makan" kata Bunda mencoba mencairkan suasana.

Kami kemudian makan malam dengan hening sebelum Pak Hermawan angkat bicara. "Sudah dua semester nilai kamu selalu turun. Ayah gak mau tahu, kalo semester ini nilai kamu masih saja turun Ayah akan cabut semua fasilitas yang ayah berikan termasuk motor dan apartemen" tegasnya.

"Dan tinggalkan semua kegiatan yang tidak berguna termasuk band dan teman kamu itu." Lanjutnya.

Arrun membuang nafas kasar dan menaruh sendok dan garpu yang sedang ia pegang tiba-tiba hingga terdengar suara bising.

Arrun tersenyum miring kemudian berkata. "Kalo masalah nilai, Arrun bisa usahain. Tapi maaf kalo itu Arrun gak bisa" terangnya.

"Kamu selalu membantah perkataan Ayah yah? Gak kayak kakak kamu yang selalu nurut sama Ayah!"

"Terus aja, bangga banggain anak kesayangan Ayah itu. Arrun hanyalah anak yang tak pernah dianggap di keluarga ini" katanya kemudian bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.

Hermawan hanya menatap marah kepergian Arrun, tersirat jelas di matanya itu.

"Arrun!" Teriak Bunda Ross mencoba menghentikan Arrun pergi. Tapi usahanya itu tidak membuahkan hasil.

"Biarkan saja dia pergi! Anak tidak berguna!" Kata Hermawan yang masih menatap kepergian Arrun.

"Ayah!" Sentak bunda Ross saat mendengar perkataannya itu.

Gue melihat suasana yang memanas dan semakin runyam. Gue angkat bicara "Maaf Om, Tante, Wilda pamit dulu" kata gue kemudian pergi menyusul Arrun.

Setelah gue sudah berada di luar rumah, gue mendengar mesin mobil yang menyala. Gue langsung berlari menghampiri mobil nya.

BEAUTIFUL EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang