Bagian 26

1.8K 195 16
                                    

Brak!

Wang Yibo menendang pintu apartemen dengan keras, masuk ke dalam dengan tergesa, dan tidak lupa menutup pintunya kembali. Tatapan matanya menyusuri setiap sudut ruangan mencari sosok Xiao Zhan, namun yang ia temukan hanya keheningan. Ia tidak melihat Xiao Zhan di manapun. Yibo kemudian melangkah menuju kamar Xiao Zhan, ia yakin Zhan pasti ada di sana. Wang Yibo ingin menanyakan semua hal pada laki-laki itu, tentang dirinya dan juga Yifei, entah hubungan seperti apa yang sebenarnya pernah terjadi diantara Xiao Zhan, dan juga Yifei. Tangan Yibo terulur memegang kenop pintu namun belum sempat ia memutar kenop pintu tersebut, tiba-tiba saja pintu di depannya terbuka, dan menampilkan sosok Xiao Zhan yang segar sehabis mandi.

Xiao Zhan hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya, dan tidak mengenakan atasan apapun. Cukup lama keduanya terdiam, Yibo yang menatap Xiao Zhan dengan lekat, dan tanpa berkedip sedangkan Xiao Zhan menatap Yibo dengan kebingungan.

"Ada apa?" Tanya Xiao Zhan dengan raut wajah bingung. Ia sedikit terkejut melihat Yibo yang berantakan, karena seingatnya Wang Yibo pergi dengan tatanan rambut yang rapih, dan bajunya pun sama. Tapi lihat sekarang rambutnya yang tadi tertata rapi kini seperti singa, bajunya juga terlihat kusut, dan jangan lupakan luka memar di wajahnya menarik Xiao Zhan untuk menyentuh pipi itu.

"Kau habis berkelahi?" Ujarnya dengan khawatir. Namun Wang Yibo malah dengan kasar menepis tangan Xiao Zhan, yang membuat Zhan semakin menatapnya bingung.

"Bisa kau jelaskan apa yang terjadi antara kau dan Yifei?"

Deg!!

Jantung Xiao Zhan berdetak lebih cepat dari biasanya. Bukan karena jatuh cinta, tapi lebih pada rasa terkejut atas pertanyaan Yibo yang tidak pernah ia duga-duga.

Glek!

Kemudian Xiao Zhan menelan ludah kasar, ia tidak pernah menyangka kata itu terucap dari belah bibir Wang Yibo. Ia tahu situasi saat ini pasti cepat atau lambat akan terjadi, tapi kenapa harus sekarang? Kenapa tidak nanti saja saat semua yang telah ia siapkan selesai.

"Kenapa kau diam?" Yibo kembali membuka suara, satu alisnya terangkat saat melihat keterdiaman Xiao Zhan.

"Tidak ada" ujar Xiao Zhan dengan tersenyum kikuk.

"Kalau begitu bisa kau jelaskan Zhan?"

"Emm yibo...Tunggu aku selesai berpakaian, setelah itu aku akan menjelaskan semuanya"

Wang Yibo mengangguk mengerti, tanpa mengatakan apapun lagi ia berbalik, dan duduk di sofa sedangkan Xiao Zhan kembali ke kamar untuk berpakaian.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Jadi, apa yang ingin kau tahu tentang aku, dan juga kekasihmu, Yibo?" Keduanya duduk di sofa ruang tamu dengan saling berhadapan, tatapan mata Xiao Zhan tidak lepas dari manik hitam Yibo yang juga menatapnya.

"Semuanya. Aku ingin tahu semua hal yang terjadi antara kau, dan Yifei"

Xiao Zhan menghela nafas panjang mendengar ucapan Yibo. Jujur saja ia tidak tahu harus memulai semuanya dari mana, dan juga ia tidak tahu apa Yibo akan percaya dengan ceritanya atau tidak.

"Yifei sahabat ku" ujar Zhan pada akhirnya. Ia akan mulai menceritakan semuanya. "Aku, Yifei, dan juga Lin Yi adalah sahabat. Ya sahabat sebelum semua hancur begitu saja" Zhan tersenyum miris mengingat hal itu, sesuatu yang membuat ia dan juga Yifei sekarang bagaikan musuh bebuyutan.

"Lin Yi?" Ulang Yibo.

Zhan menganggukan kepalanya membenarkan. Ia lalu menyandarkan punggung pada sandaran sofa, memejamkan matanya, dan mulai mengingat semua hal yang terjadi di masa lalu.

"Lin Yi, dan juga Yifei adalah orang pertama yang mengajakku berbicara saat petama kali aku pindah sekolah. Mereka orang yang baik, ceria, dan asik...semakin hari kami semakin dekat, tapi semua hancur" Zhan menjeda ucapannya. Menarik nafas dalam sebelum kembali bercerita.

"Kehancuran itu berawal ketika Yifei mengatakan padaku bahwa ia mencintai Lin Yi sahabat kami"

Flashback on

"Zhan! Aku menyukai Lin Yi"

Uhuk!!

Xiao Zhan yang sedang meminum es jeruknya langsung tersedak. Ia memukul-mukul dadanya sendiri yang terasa sesak, lalu memutar tubuhnya ke samping untuk berhadapan dengan seorang gadis cantik di sebelahnya.

"Kau apa??" Tanya Zhan memastikan kupingnya tidak salah dengar.

"Aku menyukai Lin Yi...ah tidak tidak, sepertinya ini cinta" ujarnya dengan bersemangat.

"Yifei, kau tidak gila kan?"

Plak!!

"Aww" Zhan mengusap-usap pahanya yang di pukul dengan keras oleh tangan lentik sahabatnya. Ia yakin pasti pahanya akan memar.

"Tanganmu ini kecil, tapi kenapa sakit sekali saat memukul?"

"Ngomong-ngomong sejak kapan kau suka dengan Lin Yi?"

Yiefi tersenyum malu-malu saat Zhan menanyakan hal itu. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu menundukan wajahnya yang memerah.

"Saat pertama kali bertemu" cicitnya pelan, yang membuat Zhan tidak dapat mendengar dengan jelas suara gadis cantik itu.

"Apa yang kau katakan? Aku tidak bisa mendengar suaramu"

Yifei mendengus kesal mendengar apa yang Zhan katakan, laki-laki tampan ini memang menyebalkan. Yifei menarik nafas dalam sebelum menatap manik hitam Zhan, dan.

"Aku mencintai Lin Yi sejak pertama kali bertemu" ujarnya dengan tegas, dan tanpa keraguan.

"Lalu kenapa kau tidak mengatakan pada Lin Yi" Zhan kembali bertanya. Namun tangannya tidak henti-hentinya memasukan potongan buah segar ke mulutnya.

Xiao Zhan, dan juga Yifei kini berada di Kantin sekolah. Mengisi perut yang keroncongan, dan menghilangkan rasa kering di tenggorokan. Lin Yi sendiri sedang berada di perpustakaan, laki-laki manis itu memang sangat rajin belajar, terlebih lagi mereka akan menghadapi ujian.

"Aku takut ia tidak menyukai ku" bahu Yifei merosot, ia takut di tolak, takut cintanya bertepuk sebelah tangan, dan berakhir persahabatan mereka menjadi taruhannya.

Yifei melipat tangannya di atas meja, menjadikan tangannya sebagai alas untuk kepalanya sendiri.

"Apa menurutmu aku harus mengatakannya?"

"Tentu saja...jika kau tidak mengatakan secepatnya, aku takut kau akan menyesal karena ia di ambil orang lain"

"Begitukah?" Yifei kembali bertanya. Haruskah ia mengatakan semuanya pada Lin Yi? Tapi jujur saja ia belum siap menerima penolakan.

Zhan menganggukan kepalanya mantap, "kau harus mengungkapkannya saat pulang sekolah nanti, jangan biarkan perasaan mu tidak memiliki kejelasan...apa ingin aku bantu?" Zhan menawarkan dirinya untuk membantu sahabat cantiknya ini, ya setidaknya ia juga akan merasa senang jika kedua sahabatnya ini berakhir bahagia.

Yifei kembali menegakan tubuhnya, tersenyum dengan manis pada Xiao Zhan lalu berkata. "Tidak perlu, aku akan berusaha sendiri"

"Baiklah...kabari aku jika kau berubah pikiran" Zhan balas tersenyum manis pada Yifei.

"Emm...kau akan mendengar kabar bahagia setelah ini"

Zhan terkekeh pelan melihat kepercayaan diri Yifei yang tiba-tiba saja terkumpul. Gadis itu bahkan terus tersenyum bahagia seolah-olah Lin Yi telah menerimanya sebagai kekasih. Zhan tidak pernah menyangka bahwa salah satu dari mereka menyimpan perasaan pada yang lain, tapi mau seperti apapun itu, Zhan hanya bisa mendukung keduanya.







TBC

Hallo semuanya, adakah yang kangen?😂

Two Crazy PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang