Bagian 2

5.7K 501 52
                                    

Wang Yibo terbangun tepat jam 7 pagi, ntah setan dari mana ia bisa bangun sepagi ini. Wang Yibo masih mengenakan baju kaos putih, dan celana pendek. Baju itu yang ia kenakan saat tidur tadi malam, dengan langkah yang gontai ia menuruni anak tangga. Anak itu bahkan belum mencuci muka.

"Pagi Ge" sapa Wang Yibo dengan suara seraknya.

"Pagi? Bahkan ayam saja sudah berlarian mencari makan" balas Haikuan sarkas.

"Uh untung aku manusia, jadi tidak perlu ikut berlari di pagi hari" perkataan konyol Yibo sukses membuat Haikuan mendaratkan satu pukulan sayang di kepala Yibo, membuat laki-laki muda itu meringis sakit.

"Bahkan ini masih pagi Ge, tapi kau sudah menganiaya adikmu ini" ujar Yibo dramatis.

"Itu untuk membuat otakmu bangun dari tidurnya"

"Ya ya, terserah Tuan Wang Haikuan saja" Wang Yibo mengatakannya dengan nada mengejeknya.

Namun setelahnya, mata indah Yibo menatap berbinar pada sandwich yang berada di atas piring, dengan semangat ia mengambil sandwich itu, bersiap-siap memakannya dengan lahap, namun belum sempat ia menggigitnya Haikuan sudah lebih dulu mengambil sandwich itu dari tangan Yibo, membuat Wang Yibo hanya menggigit angin.

"Tidak ada makanan sebelum mandi" ujar Haikuan, ia bahkan menjauhkan sandwich itu dari jangkawan Yibo.

"Biarkan Yibo makan dulu Ge" pinta Yibo sedikit merengek.

Haikuan menggelengkan kepalanya tidak setuju. Membuat Wang Yibo berdecih tidak suka, lalu beranjak pergi dari sana dengan menghentakkan kakinya.

"Apa aku salah mendidiknya? Wajah manisnya bertolak belakang dengan kelakukannya" ujar Haikuan sambil memandangi punggung Yibo yang perlahan-lahan mulai menjauh.

Orangtua dari Wang Yibo, dan Haikuan memang sudah meninggal dunia 6 tahun yang lalu akibat kecelakaan pesawat, membuat kedua kakak beradik itu hanya mempunyai satu sama lain.

.
.
.
.
.
.
.
.

Wang Yibo dan Haikuan kini sedang di perjalanan menuju apartemen tempat teman Haikuan tinggal.

"Ge kenapa kau tidak menitipkanku di rumah Jingyi atau Haoxuan saja? Ayo antarkan aku ke sana aja Ge" Wang Yibo masih berusaha membujuk Haikuan, ia masih tidak terima jika harus tinggal di tempat asing.

"Dan menerima komplain atau laporan tentang kelakukanmu setiap menitnya? Oh tidak terimakasih Tuan Wang" ujar Haikuan sedikit kesal jika mengingat hal itu.

Pikiran Haikuan melayang pada kejadian tiga bulan yang lalu, dimana ia yang harus meninggalkan Wang Yibo sendirian di rumah merasa tidak tega, dan akhirnya menyetujui ide Wang Yibo untuk menitipkannya di kediaman Haoxuan sahabat Yibo. Dan tebak apa yang terjadi. Ibu dari Haoxuan terus saja menelponnya setiap menit, membuat kepala Haikuan ingin pecah rasanya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebuh satu jam, akhirnya mereka sampai pada tempat tujuan.

"Ayo turun!" ajak Haikuan pada Yibo.

"Ge Yi-"

"Turun Yibo!" ujar Haikuan penuh dengan penekanan.

"Iss, menyebalkan"

Wang Yibo dan Haikuan melangkahkan kaki memasuki gedung pencakar langit yang sangat terlihat mewah. Mereka berdua akan menuju lantai 10. Tidak ada keraguan  disetiap langkahnya, Haikuan begitu terlihat berwibawa dan menawan. Sedangkan di sebelahnya Wang Yibo tidak kalah dari sang kakak, Ia terlihat sangat tampan dan cantik di saat bersamaan.

Keduanya berhenti tepat di depan sebuah pintu kamar apartemen nomor 169. Tanpa ragu Haikuan langsung menekan bel, tapi beberapa kali ia menekannya pintu di depannya tidak juga terbuka.

Two Crazy PeopleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang