Selamat Membaca
***
Arjuna menghentikan langkahnya saat tiba disebuah mininarket di dekat komples perumahannya. Tadi dia keluar dengan alasan mencari angin. Padahal dia ingin pergi ke supermarket untuk membeli es krim.Arjuna merasa sedikit bersalah pada Aruna, sejak kejadian sore tadi Aruna terlihat sedikit murung dan tidak banyak bicara. Mungkin saja karena aduannya, gadis itu kena omel oleh kedua orang tuanya.
Meski Arjuna tidak senang dengan apa yang Aruna lakukan, tapi melihat gadis itu murung hatinya juga tidak tega. Arjuna langsung masuk kedalam supermarket dan menuju tempat es krim.
Dia asik memilih banyak es krim, dari yang rasa coklat, vanila sampai strawberry. Dia membeli semua rasa, karena tau Aruna sangat menyukai es krim. Tak lupa dia juga membelikan beberapa batang coklat, untuk Armaya yang maniak coklat. Setelah merasa cukup, Arjuna langsung membayar belanjaannya dan pulang. Bahkan dia tidak membeli apapun untuk dirinya selain coklat untuk Armaya dan Es krim untuk Aruna.
Sampai di rumah, dia melihat Aruna dan Armaya yang sedang duduk di teras depan rumah sambil masing-masing menatap ponsel di tangan mereka. Entah apa yang mereka lakukan dengan benda itu, karena terlihat sangat serius. Sampai-sampai tidak sadar kalau dirinya datang.
"He emmm," Arjuna berdehem pelan mengalihkan fokus Aruna dan Armaya.
Melihat Arjuna datang, Armaya langsung tersenyum sumringah apalagi melihat kantong belanjaan yang di bawa Arjuna.
"Bang Juna dari mana?" tanya Armaya pada Arjuna. Matanya langsung melirik beberapa batang coklat di dalam kantong belanjaan yang transparan itu.
"Dari supermarket depan." Jawab Arjuna sambil menunjukkan kantong belanjaannya.
"Beli coklat tidak?"
"Ada ini, ambil aja."
Tanpa di perintah dua kali, Armaya langsung mengambil semua coklat yang di beli oleh Arjuna dan membawanya masuk kedalam rumah. Tidak peduli, jika coklat itu bukan punyanya semua. Arjuna tidak menegurnya, menurut Armaya apa yang dia lakukan sah-sah saja.
Setelah kepergian Armaya, tersisalah Arjuna dan Aruna berdua di teras.
"Kamu marah sama Abang?" tanya Arjuna pada Aruna.
Aruna hanya menggeleng pelan. Mana berani dia marah pada Arjuna. Jika kesal, mungkin saja.
"Ini Abang belikan es krim sebagai permintaan maaf." Arjuna mengeluarkan beberapa bungkus es krim dari kantong belanjaannya.
Aruna hanya menatapnya sekilas, kemudian mengabaikannya. Bersikap pura-pura tidak peduli dengan apa yang Arjuna tawarkan.
Arjuna semakin yakin, gadis di depannya itu tengah merajuk.
"Kalau tidak mau, biar Abang kasih sama Arma." Arjuna ingin memasukkan kembali es krim di atas meja kedalam kantong belanjaan. Namun tangannya langsung di cegah oleh Aruna.
"Kalau sudah di kasih ke orang, mana boleh di ambil lagi."
Setelah mengatakan itu, Aruna membuka satu cup es krim yang di belikan Arjuna. Memakannya dengan lahap. Tidak peduli dengan Arjuna yang menatapnya dengan geli sejak tadi.
"Sejak kapan kamu punya pacar?" tanya Arjuna setelah sekian lama diam.
Aruna kemudian menghentikan makannya, terdiam menatap Arjuna dengan cemas.
"Abang cuma tanya, bukan marah." Ucap Arjuna saat tau ekspresi takut Aruna.
"Siapa tadi namanya?"
"Arif."