BAB 88: ENDING

5.4K 582 42
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Rumah Arjuna sudah ramai sejak sore. Hari ini, Arjuna dan Aruna menggelar akikahan kedua putra kembar mereka. Banyak tamu yang hadir, dari mulai tetangga perumahan bahkan beberapa datang langsung dari Jakarta. Semua orang menyambut hangat kedatangan si kembar yang menggemaskan itu.

Setelah proses pemotongan rambut, Arjuna membawa si kembar kembali untuk di tidurkan di dekat bundanya. Sedangan acara di lanjutkan dengan pengajian.

Abi dan Utari tidak pulang setelah kelahiran di kembar, terutama Utari yang bersikeras untuk tinggal dan membantu besannya merawat kedua cucunya. Karena dia tau jika Aruna belum belum bisa merawat kedua putranya sendirian.

"Mereka ini wajahnya persis sekali sama Bang Juna. Waktu kecil begini juga wajahnya tidak menyimpang sedikitpun." Ucap Utari yang tengah duduk mengamati wajah kedua cucunya itu. Tiba-tiba ingatannya kembali pada kejadian puluhan tahun silam ketika putranya baru lahir. Persis sekali seperti itu. Dia seolah melihat wajah bayi Arjuna saat baru lahir dulu.

Aruna dan Sarni yang duduk di dekat Utari pun tersenyum. Meski mereka tidak mengetahui seperti apa wajah bayi Arjuna tapi mendengar penuturan Utari mereka seperti sudah bisa membayangkannya.

"Memang mereka semirip apa sama Bang Juna Bun?" tanya Aruna pada Utari.

"Mirip sekali dengan ini. Sama malahan, lihat saja wajah mereka. Sudah bisa lihat Bang Juna waktu bayi."

"Syukur deh Bun kalau mirip betulan. Malah kalau tidak mirip nanti Bang Juna ngamuk lagi," Ucap Aruna sambil terkekeh pelan.

Utari dan Sarni pun ikut tertawa mendengar ucapan ngawur Aruna.

"Lihat ini kulitnya putih bersih, bibirnya merah bunda gemas sendiri kalau lihat wajah mereka. Ingin bunda gigit rasanya. Ini kalau yang tidak tau pasti ngiranya perempuan," ucap Utari lagi.

Aruna hanya mengangguk setuju, kedua bayinya memang lahir dengan anugrah wajah yang tidak main-main tampannya. Mungkin ini buah dari usaha Arjuna mencekoki dirinya buah-buahan dan makanan bervitamin setiap harinya. Jika memang benar, betapa bersyukurnya Aruna.

"Sudah pasti kalau besar nanti, Oma akan pusing karena kalian jadi rebutan ya Le?" ucap Utari pada Arman dan Arhan. Entah mengerti atau tidak, tapi kedua bayi itu seolah merespon ucapan sang Oma.

***
Arjuna masuk kekamarnya melihat Aruna yang sudah tidur dengan kedua putra mereka diatas ranjang.

Selesai acara tadi Arjuna memang meminta Aruna untuk tidur lebih dulu karena dia masih ngobrol bersama ayah dan mertuanya di luar sekalian membereskan sisa-sisa acara.

Arjuna mengangkat kedua bayinya dengan perlahan. Memindahkan mereka berdua keboks bayi. Kalau tidak, dimana Arjuna akan tidur nantinya.

Aruna membuka matanya karena merasa ranjang di sebelahnya bergerak. Dan dia melihat Arjuna yang memindahkan putra-putra mereka.

Setelah memindahkan kedua putranya, Arjuna tidak lekas kembali keranjang justru sejak tadi Arjuna sibuk menatap wajah kedua putranya yang sudah dia letakkan di boks bayi masing-masing. Arjuna tidak bisa menahan senyum apalagi ketika melihat dua makhluk mungil itu menggelitkan tubuhnya. Menandakan jika keduanya bernyata. Sampai detik ini, masih antara percaya dan tidak percaya Arjuna sudah memiliki dua jagoan yang masyaallah tampannya.

Saat tengah mengagumi dua mahakaryanya itu, tiba-tiba Arjuna merasakan sebuah tangan melingkar diperutnya. Dia langsung ingat, bukan hanya dua bayi mungil itu urusannya. Tapi masih ada bayi besarnya yang entah kenapa sejak memiliki anak manjanya justru naik dengan pesat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA ARJUNA (DELETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang