SELAMAT MEMBACA
***
Sejak tadi Aruna tengah uring-uringan sambil terus menatap layar ponselnya. Membaca percakapan di grub kelas ataupun postingan di sosial media milik teman-temannys hanya berisi seputar kuliah. Banyak temannya yang sudah menetukan tujuan kuliah mereka bahkan tidak sedikit yang sudah mendaftar. Sedangkan dirinya, belum memiliki tujuan yang pasti. Dimana dan jurusan apa yang ingin dia masuki. Dia merasa bingung, takut salah mengambil jurusan yang akan dia sesali nantinya.
Aruna jadi kepikiran, kira-kira jurusan kuliah apa yang cocok dengan dirinya. Dan yang pasti tidak akan dia sesali nantinya. Awalnya Aruna memang sudah memiliki gambaran tentang apa yang ingin dia ambil. Teknik sipil atau arsitektur, tapi sekarang justru dia merasa ragu. Banyak orang yang mengatakan kuliah Teknik itu berat, jujur saja Aruna merasa cemas dan takut tidak mampu nantinya. Jujur saja dia merasa ragu dengan dirinya sendiri.
Di saat yang lain sudah menyiapkan diri dengan kampus dan jurusan impiannya, Aruna justru di landa setres dan kebingungan dengan dirinya sendiri.
"Kenapa kamu?" Arjuna yang baru pulang dari rumah sakit melihat Aruna yang sepertinya sedang bingung. Sejak tadi, gadis itu terus menatap layar ponselnya. Berkali-kali Arjuna perhatikan Aruna membuang nafasnya dengan kasar.
"Lihat Bang," Aruna memperlihatkan layar ponselnya di mana ada postingan temannya tengah memperlihatkan bukti pendaftaran masuk ke universitas.
Arjuna belum faham, apa maksudnya ini.
"Kenapa memangnya?" tanya Arjuna. Dia duduk di hadapan Aruna. Mengambil satu buku tebal yang tengah terbuka di atas meja dan membacanya sekilas.
"Teman-teman sudah daftar kuliah," ucap Aruna dengan lesunya.
"Ya terus kenapa?" Arjuna justru menanggapinya dengan santai.
"Teman-temaku sudah banyak yang daftar kuliah. Aku belum," ucap Aruna lirih.
Arjuna faham sekarang, jadi ternyata Aruna tengah di landa kecemasan dan kekhawatiran perihal sekolahnya.
"Ya biar saja mereka daftar. Negeri belum pendaftaran kan, baru swasta kan yang buka. Memangnya kamu mau daftar swasta juga?"
"Memangnya yakin keterima kalau cuma daftar negeri. Saingannya banyak Bang, takut gagal."
Aruna mengutarakan ketidakpercayaan dirinya. Jujur saja dia tidak percaya diri, dia bukan siswa yang pintar tapi juga tidak bisa di katakan bodoh. Namun jika harus bersaing dengan tes masuk perguruan tinggi negeri yang sudah bukan rahasia lagi jika saingan dan kesulitannya yang tinggi itu Aruna merasa benar-benar cemas.
"Makanya kalau sudah tau banyak saingannya, kamu belajarnya yang lebih giat. Jangan malas-malasan. Sudah tau saingan masuk kuliah berat, malah kamunya sibuk keluyuran main tidak jelas." Ucap Arjun dengan ketusnya.
Mendengar jawaban Arjuna yang menjengkelkan, Aruna langsung merasa menyesal karena sudah bercerita pada Arjuna. Dia lupa, jika Arjuna bukan manusia yang di anugerahi lidah untuk berucap lembut oleh tuhan. Arjuna adalah Arjuna, selalu berkata ketus padanya.
"Memang tidak ada gunanya, curhat sama Abang." Gerutu Aruna.
"Kamu itu sebenarnya mau sekolah apa setelah ini?" Arjuna bertanya dengan pelan. Mulai melunakan sifatnya pada Aruna.
Aruna yang mendengar pertanyaan Arjuna hanya bisa menggeleng tak berdaya.
"Bingung..." keluh Aruna.
Mendengar jawaban Aruna, ingin sekali rasanya Arjuna langsung memukul kepala gadis itu agar mendapatkan sedikit pencerahan. Setidaknya ada jawaban lain yang keluar dari mulutnya selain kata bingung.