BAB 72: JALAN-JALAN MALAM

5.6K 702 38
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Aruna sudah kembali kekampus setelah menikmati libur semesternya. Semester baru, pelajaran baru dan pastinya tantangan baru. Aruna membereskan alat tulisnya dengan segera. Kelasnya baru saja selesai. Dosen yang mengajar juga baru keluar. Membuatnya baru bisa bernafas dengan lega. Setelah masuk ke kelas yang cukup mencekam selama 2 SKS membuatnya panas dingin.

"Ayo makan siang," seseorang menepuk pundak Aruna. Saat di toleh ternyata Reni yang menepuk pundaknya. Mengajaknya untuk makan siang.

"Ayo, mau makan apa?" tanya Aruna.

"Ayam geprek atau lotek. Ehh gimana kalau seblak. Tiba-tiba mau makan seblak yang pedas."

Aruna sedikit berfikir, ini kalau sampai ketahuan si dokter galak kalau dia maka seblak pedas sudah pasti kena omelan panjang. Tapi kan kalau ketahuan, kalau tidak ya tidak di omelin. Jadi tolong jangan ada yang ngadu sama Pak Dokter kalau istrinya ini makan seblak.

"Ayo, gassssss..." ucap Aruna pada akhirnya. Dia juga sudah lama tidak makan seblak, sepertinya seblak pedas lumayan enak juga.

***

Aruna pulang dengan wajah lelahnya. Sampai di ruang tengah, dia melihat Arjuna yang sudah duduk dengan santai di atas sofa santai sambil membaca bukunya.

Tanpa mengatakan apapun, Aruna langsung ikut merebahkan tubuhnya yang lelah di atas sofa santai panjang dimana Arjuna sedang bersantai.

Aruna memeluk tubuh Arjuna, dan menghirup aroma sabun dari tubuh suaminya itu. Sepertinya Arjuna baru selesai mandi.

"Abang wangi," guman Aruna lagi. Sambil mengendus aroma tubuh suaminya.

"Kan sudah mandi. Memangnya kamu, baru datang badan kotor banyak debu malam ndusel-ndusel ke Abang."

"Hehehe, Runa capek. Mau istirahat dulu, nanti saja bersih-bersihnya."

Arjuna mengusap lembut kepala istrinya. Wajah lelah Aruna terlihat nyaman dengan perlakuan suaminya. Sebenarnya Arjuna merasa heran dengan sikap Aruna, bukankah dia hanya pulang dari jalan-jalan kenapa seperti orang baru pulang kerja rodi. Apa jalan-jalan semelelahkan itu.

"Dari mana tadi?" tanya Arjuna pada Aruna.

"Dari Mall."

"Happy?"

"Iya."

"Beli apa? Kok tidak bawa apa-apa?" ucap Arjuna lagi ketika melihat istrinya pulang tanpa membawa bungkusan apapun.

"Bukan Runa yang beli. Tapi teman Runa."

"Kenapa kamu tidak ikut beli juga?"

"Malas. Kan waktu itu sudah Abang belikan banyak." Ucap Aruna lagi.

Arjuna yang mendengarnya langsung teringat dengan adegan beli baju berakhir di warung mie ayam waktu itu. Arjuna tidak lagi bicara, dia justru hanya mengusap pelan punggung dan kepala Aruna yang tengah menempel padanya.

"Runa makin gendut ya, kalau Abang perhatikan." Arjuna memijat-mijat lengan atas milik Aruna. Dia juga menepuk pelan kedua pipi Aruna. Melihat wajah chuby istrinya itu.

"Jangan fitnah." Ucap Aruna langsung. Dia kesal mendengar ucapan Arjuna tentang dia yang katanya gendut itu.

"Ini pasti karena selama liburan kurang aktifitas. Kebanyakan tidur sama nyemil. Habis makan tidur, bangun tidur jajan. Bagaimana tidak mengembang badannya."

"Mana ada jangan ngasal ya kalau bicara." Aruna benar-benar tidak terima di katakan gendut oleh suaminya.

"Iya, coba sana nimbang kalau tidak percaya."

CINTA ARJUNA (DELETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang