Twenty Nine | Confusion

163 25 18
                                    

Paradis, Tahun 858

.

.

.

Armin sudah memiliki firasat kurang mengenakan sejak dirinya menyadari betapa tenangnya ombak di laut pada malam ini.

Ketenangan sebelum badai.

Angin laut yang tenang itu bagai menjadi sebuah pertanda bahwa sebentar lagi akan ada badai yang menerjang mereka.

Dan benar saja.

Perlahan firasat itu berubah menjadi kenyataan pahit yang mau tak mau mereka telan.

Memang benar, mereka bisa menyusup masuk ke dalam kapal tanpa hambatan. Semua berjalan mulus bahkan Armin pun hampir tak mempercayainya.

Namun secara bertahap sejak mereka berada di dalam kapal dan kapal mulai berangkat, hal-hal aneh mulai terjadi.

Pertama, Sasha dan Mikasa menghilang tanpa kabar. Mereka tidak kembali pada waktu yang telah ditentukan.

Yah, kalau mereka sekedar terlambat itu bisa dimaklumi. Tapi bahkan setelah ditunggu beberapa waktu pun mereka sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda akan kembali.

Mungkin jika yang tidak kembali itu hanya Sasha, maka itu adalah satu hal.

Tapi bagaimana dengan Mikasa?

Apakah wajar bagi seorang prajurit terbaik di angkatan 104 untuk terlambat tanpa kabar seperti itu?

Rasanya tidak begitu, pasti ada sesuatu yang menghalangi sehingga Mikasa tidak kembali tempat waktu.

Lalu sekarang, ketika misi utama mulai dijalankan sesuai rencana, Connie beserta Eren turut menghilang tiba-tiba padahal sebelumnya mereka dalam satu rombongan bersama Armin dan Jean.

Armin baru menyadari ketidakhadiran dua orang tersebut ketika dia merasa tidak ada langkah kaki yang mengikutinya lagi di belakang.

Kemana perginya mereka?

Apakah mereka tertangkap musuh?

Kalau begitu apa artinya keberadaan mereka di kapal ini telah diketahui?

Tapi jika memang mereka telah ketahuan, mengapa mereka hanya menangkap Eren dan Connie saja?

Bukankah akan lebih baik kalau mereka meringkus Armin dan yang lainnya sekaligus?

"Naaa, Armin. Sekarang kita harus bagaimana? Apakah kita harus mencari mereka dulu atau tetap pada rencana?"

Jean nampaknya sama tidak menyadari hilangnya dua orang tersebut seperti Armin dan bertanya pendapat Armin tentang apa yang sebaiknya mereka lakukan.

Jean adalah pemimpin kelompok ini. Namun pendapat Armin tak kalah penting.

Armin merupakan kadet tercerdas di angkatan 104 dan merupakan prajurit yang kecerdasannya mungkin setara dengan Komandan Pasukan Pengintai saat ini. Karena itu Jean ingin mendengar pendapat Armin terlebih dahulu.

Armin berpikir sejenak.

Pada kondisi ini, Armin berpikir dengan anggapan bahwa musuh telah mengetahui keberadaan mereka.

Jika demikian, maka mungkin saja musuh dengan sengaja memancing mereka dengan cara memisahkan masing-masing dari mereka, menangkap mereka satu persatu atau menjadikan mereka sandera, dan yang terburuk adalah membunuh mereka.

Lalu kalau sudah begitu, maka misi yang diembankan kepada mereka pun terancam gagal. Dan jika misi ini gagal, maka seluruh Paradis yang menjadi taruhannya.

Who are You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang