Paradis, Tahun 857
.
.
.Sekarang bukan lagi satu lawan empat melainkan satu orang melawan lima orang sekaligus.
Orang yang baru datang tadi adalah pria yang sama yang membuat Mikasa dan teman-temannya terjebak di rumah prostitusi tadi.
Lalu jika dilihat dari situasi sekarang ini sepertinya dia jugalah yang mengatur siasat agar Mikasa mengejar Annie hingga dirinya pun terjebak di sudut gang kecil Kota Bawah Tanah seperti ini.
Mereka bekerjasama dengan sangat baik.
"Jadi sekarang bagaimana, Ojou-san. Apakah kau bisa memahami situasimu sekarang?"
Tanpa perlu diberi pertanyaan seperti itu pun Mikasa sudah mengerti.
Mungkin Mikasa tidak tahu bagaimana kemampuan dari Porco juga pria tua itu.
Tapi Mikasa yang satu akademi militer dengan Annie, Reiner, dan Bertolt sangat tahu bahwa mereka bertiga punya kemampuan yang mumpuni sehingga akan sangat menyulitkan jika Mikasa harus melawan mereka semua sendirian.
Apa langkah yang seharusnya ia ambil?
Melawan banyak prajurit veteran sementara dirinya hanya sendirian?
Bahkan walau ia yang notabene nya pernah bertindak sembrono dengan masuk ke sarang musuh sendirian di kala perang, Mikasa tak bisa berlaku ceroboh terhadap lawan yang telah mengetahui dengan jelas bagaimana kekuatan serta kelemahannya.
Mikasa perlu lebih berhati-hati dalam bertindak.
"Apa sebenarnya tujuan kalian?"
Dan ia pun memilih untuk mengulur waktu dengan bertanya, mencari tahu tujuan yang mereka ingin capai.
Pria itu, Kenny tertawa sebelum ia melemparkan pertanyaan dengan nada sarkastis.
"Kau sungguh tak tahu, Ojou-san?"
"Aku takkan bertanya jika sudah tahu." Mikasa membalas sinis.
"Baiklah-baiklah. Aku kira para bocah bodoh ini telah memberitahumu sebelumnya." Kenny melirik ke arah Porco dan yang lainnya saat menyebut 'bocah bodoh'.
Dapat Mikasa lihat dengan jelas Porco yang langsung menggertakkan giginya. Kentara sekali kalau dia tak senang dia disatukotakkan dengan Reiner dan dikatakan bodoh.
Tapi itu bukan urusan Kenny. Dia kemudian meneruskan dengan nada bicaranya yang santai.
"Tujuan kami hannya dua. Mendapatkanmu ke sisi kami atau membunuhmu. Apakah sekarang kau sudah mengerti?"
Tidak.
Mikasa tidak mengerti.
Bahkan tidak ingin mengerti kalau bisa.
"Mengapa harus aku? Apakah tidak bisa orang lain?"
Tapi mungkin sebaiknya dia mengetahui alasan dibaliknya.
"Kalau itu tentu saja karena kau seorang Ackerman. Kau tidak akan pernah bisa lari dari takdirmu selama darah itu mengalir dalam tubuhmu. Sudahlah, jangan terlalu banyak bertanya. Kau akan mengerti jika kau ikut kami. Atau kau lebih suka jika aku membunuhmu disini, huh?"
Ackerman? Karena aku seorang Ackerman?
Mikasa tidak terlalu mengetahui tentang Ackerman dan apa yang spesial dari keturunan Ackerman.
Para Ackerman yang tertinggal di dalam Dinding telah lama menjadi sasaran boikot penduduk Paradis hingga tersudut ke dekat dinding.
Karena pemboikotan itu, tidak banyak lagi orang yang menyandang nama Ackerman sekarang. Bahkan sejauh yang Mikasa tahu, setelah ayahnya meninggal, mungkin hanya dirinya lah satu-satunya Ackerman yang tersisa di dalam dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who are You (Tamat)
FanficPerang antara Marley dan Paradis telah berakhir empat tahun yang lalu. Kedamaian telah diraih. Atau mungkin begitulah yang ada didalam pikiran kebanyakan orang sekarang ini. Sayangnya, pikiran-pikiran seperti itulah yang menjadikan seseorang dengan...