Paradis, Tahun 858
.
.
.
Malam itu sudah larut ketika misi mereka secara resmi dimulai.
Itu adalah misi yang telah cukup lama diberikan kepada mereka. Sejak setahun yang lalu dimana Pasukan Pengintai melakukan pengintaian di pelabuhan dan setelah malam ini mereka akan mengakhirinya.
Laporan terakhir dari tim yang diminta mengawasi pelabuhan memberitahu tentang aktivitas mencurigakan dari sebuah kapal yang baru-baru itu berlabuh di Paradis.
Setelah melalui beberapa penyelidikan mereka mengetahui bahwa kapal tersebut adalah kapal yang datang dari Marley. Mereka berlabuh di Paradis dengan tujuan untuk menjemput para Pejuang yang sebelumnya dikirimkan masuk ke Paradis.
Memang hal yang bagus jika mereka menarik kembali pasukan mereka sebelum terjadi 'kekacauan' di Paradis. Tapi hal itu justru membuat Komandan Pasukan Pengintai, Erwin Smith curiga lantas bertanya-tanya, "kenapa mereka melakukannya sekarang? Apakah karena mereka sudah mencapai hasil yang mereka inginkan? Jika iya, apa itu?"
Sudah menjadi bagian dari tugas Pasukan Pengintai untuk mencari tahu hal-hal yang tidak diketahui.
Mengintai segala yang berpotensi menjadi pemicu rusaknya kedamaian di Paradis.
Menghindari konfrontasi sebisa mungkin agar tidak terjadi peperangan.
Lalu jika peperangan tetap meledak setelah melalui serangkaian usaha, maka Pasukan Pengintai jugalah yang bertugas untuk menumpaskannya sehingga Paradis tetap menjadi negara damai serupa surga "tanpa" konflik dan peperangan.
Oleh karena itulah, Erwin tidak membuang waktu dengan melewatkan kesempatan untuk menangkap sekaligus para penyusup yang telah masuk ke Paradis. Dengan begitu, mereka akan dapat mengatasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi di masa depan.
Dan tim yang diserahi beban atas masa depan Paradis ini adalah pasukan elit, beranggotakan enam orang yakni Jean Kristein yang merupakan ketua tim, Armin Arlert sebagai ahli strategi, dan anggota lainnya yaitu Eren Jaeger, Connie Springer, Sasha Blouse, dan terakhir Mikasa Ackerman.
Mereka telah mengawasi sejak setengah hari yang lalu ketika awak kapal memulai kesibukan mereka di kapal.
Rencana mereka bisa dibilang sedernaha namun cukup gila meski itu dirancang oleh seorang ahli strategi sekelas Armin.
Bagaimana bisa Armin menyuruh mereka untuk menyusup ke dalam kapal lalu membajak kapal tersebut?
Meski itu bukan rencana yang mustahil karena mereka semua adalah anggota dari unit elit yang telah melampaui masa-masa sulit di medan perang sesungguhnya, tapi tetap saja tidak akan mudah bagi mereka yang hanya berenam melawan orang-orang di dalam kapal yang jumlahnya berkali-kali lipat lebih banyak dari mereka jika nanti terjadi pertempuran.
"Jadi siapa yang akan mengemudikan kapalnya nanti?" tanya Mikasa, menanyakan pertanyaan paling krusial jika mereka ingin menjalankan strategi tersebut.
Eren, Jean, Connie, dan Sasha secara spontan ikut menatap Armin sebagai isyarat bahwa mereka juga memiliki pertanyaan yang sama seperti Mikasa.
Ditatap dengan ekspresi tanya seperti itu oleh kelima temannya, Armin menunjukan senyum penuh percaya diri. "Tentu saja aku."
Tolong katakan kalau Armin hanya sedang bercanda!
Kelima orang di sana serentak menatap Armin dengan mulut ternganga. Tanpa perlu dikatakan pun, keraguan tercetak jelas dalam ekspresi mereka.
Lalu dengan nada bercanda juga tawa garing yang terselimuti oleh kekhawatiran serta rasa pasrah Jean mengatakan, "mungkin kita akan mati malam ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who are You (Tamat)
FanficPerang antara Marley dan Paradis telah berakhir empat tahun yang lalu. Kedamaian telah diraih. Atau mungkin begitulah yang ada didalam pikiran kebanyakan orang sekarang ini. Sayangnya, pikiran-pikiran seperti itulah yang menjadikan seseorang dengan...