Paradis, Tahun 858
.
.
."Langsung saja, Levi, apa kau berminat bergabung dengan Pasukan pengintai?"
Adalah pertanyaan sekaligus ajakan yang diajukan langsung oleh Komandan Pasukan Pengintai di depan para anggota-anggota berbakat dari Pasukan Pengintai kepada seorang pria yang hanya dikenal melalui namanya saja.
Semua orang yang ketika itu berada di tempat takjub mendengarnya.
Jika komandan sendiri yang memberinya tawaran untuk bergabung, maka tak ada yang perlu meragukan kemampuannya lagi.
Dia pasti adalah orang yang hebat.
Merasa kalau semua tatapan semua orang yang mengarah kepadanya, Levi berdecak kesal.
Meski badannya lebih pendek dibandingkan Erwin yang memiliki perawakan tubuh besar serta tegap sehingga Levi harus mendongakkan kepalanya untuk dapat menatap matanya, hal itu tidak mengurangi keangkuhan di dalam diri Levi.
Levi mengerucutkan bibir dan berkata, "tidak!" sebagia jawaban untuk tawaran Erwin. "Kau sudah mendengar jawabanku. Urusan kita selesai. Aku pergi," lanjutnya langsung berbalik dan pergi meninggalkan ruangan.
Semuanya termangu dengan sikap acuh tak acuh yang Levi tunjukan dihadapan mereka.
Dan meski Mikasa mengetahui kalau Levi memiliki sikap kasar serta blak-blakan semacam itu, Mikasa tak mengira ia akan menunjukan perilaku seperti itu langsung di depan Mikasa. Bukan berarti Mikasa membenci sikap Levi yang seperti itu.
Hanya saja ....
Dalam hatinya Mikasa berpikir, "ternyata aku masih belum mengenalnya."
Pertemuan usai tak lama setelah itu.
Ketika Mikasa kembali dari markas Pasukan Pengintai, Mikasa menemukan Levi yang ternyata masih berada di sana. Di depan gerbang markas Pasukan Pengintai tempatnya pertama kali menunggu. Levi berdiri di samping gerbang dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Kau masih di sini?" tanya Mikasa sedikit terpana. Dia menatap Levi dengan tatapan tak biasa.
Levi mengulas senyum. "Aku sudah berjanji akan menunggumu sampai selesai, bukan? Kemarilah, kita pulang bersama."
Dia kembali lagi.
Baru saja tadi Mikasa menemukan sisi lain dari Levi yang tak pernah ia tunjukan di depannya.
Lalu sekarang Levi telah kembali kepada sikapnya yang biasa terhadap Mikasa.
Sikap yang menujukan kebaikan hatinya, keramahannya, dan perhatiannya yang hanya diberikannya kepada Mikasa.
Yang seolah-olah menunjukan kalau Levi hanyalah mengisitimewakan Mikasa dibandingkan yang lainnya.
💜💜💜
Jika.
Jika saja pada waktu itu Mikasa memikirkannya lebih banyak lagi.
Memikirkan kebaikan tanpa alasan yang hanya Levi tunjukan kepadanya.
Jika saja pada masa itu Mikasa lebih mempertanyakannya, mungkinkah hal yang sedang terjadi sekarang tidak akan terjadi?
Dengan segera Mikasa menemukan sebuah speedboat di haluan kapal. Tuas kendali untuk menurunkan speedboat ke permukaan laut pun tidak terkunci sehingga dapat Mikasa gunakan tanpa halangan.
Mikasa langsung melompat turun ketika speedboat telah menyentuh air laut.
Menggunakan kunci yang Farlan berikan padanya, Mikasa mengendarai speedboat tersebut dengan kecepatan tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who are You (Tamat)
FanfictionPerang antara Marley dan Paradis telah berakhir empat tahun yang lalu. Kedamaian telah diraih. Atau mungkin begitulah yang ada didalam pikiran kebanyakan orang sekarang ini. Sayangnya, pikiran-pikiran seperti itulah yang menjadikan seseorang dengan...