Twenty Three | After

243 65 53
                                    

Paradis, Tahun 857

.
.
.

Kelopak mata Mikasa terbuka serempak.

Dia baru saja terbangun dari tidurnya dan langsung merasakan berat serta kaku di sekujur tubuhnya.

Secara perlahan cahaya yang tertangkap oleh indra penglihatannya menunjukan pemandangan cukup sering dilihatnya namun tidak seharusnya menjadi bagian dari pagi harinya seperti sekarang ini.

Ini bukan kamarnya. Jelas bukan. Mikasa dengan cepat menyadari itu.

Lalu di kamar siapa dia? Mikasa menyusuri ingatannya, mencoba mencari tahu mengapa ia bisa berada di tempat ini sekarang.

Dan kalau dia tidak salah mengingat maka ....

Mikasa pun dengan cepat mengubah posisinya yang semula masih terlentang menjadi duduk.

Memori di dalam kepalanya bergulir cepat, memutar ulang kilas balik kejadian tadi malam yang Mikasa lakukan.

Wajah Mikasa merah padam, terlebih ketika dia mendapati kalau dirinya dalam kondisi tidak berpakaian. Mikasa pun segera menarik selimut untuk menutupi permukaan tubuhnya yang polos itu.

"Aku pasti sudah gila," tuduh Mikasa pada dirinya sendiri.

Bagaimana bisa?

Mikasa mengacak rambutnya gusar.

Tak pernah sekalipun dalam bayangannya bahwa ia akan menghabiskan satu malam yang seperti itu bersama dengan Levi.

Belum habis kekacauan di kepala Mikasa, pintu kamar terbuka dan seseorang yang datang dari balik pintu.

Siapa lagi yang datang di saat seperti ini kalau bukan Levi?

Aroma Mint menyeruak memenuhi kamar.

Dia baru selesai mandi. Hal itu terbukti jelas dari tetes air yang merabas jatuh dari ujung rambut hitamnya.

Ketika itu Levi masih belum mengetahui kalau Mikasa sudah bangun.

Makanya Levi dengan santainya masuk dengan bertelanjang dada ke dalam kamar tanpa memperhatikan ke arah ranjang. Tangannya sendiri sibuk mengusap-usapkan handuk ke rambutnya hingga sedikit menghalangi pandangannya untuk menoleh ke arah Mikasa yang shock melihat bagian atas tubuh Levi terekspos sempurna di depannya.

Ayolah, meski tadi malam Mikasa 'telah' melihat seluruh tubuhnya, saat itu dia melihatnya dalam keadaan setengah sadar dan dipengaruhi oleh obat-obatan.

Dan antara melihatnya dalam keadaan setengah sadar dengan keadaan sepenuhnya sadar adalah dua hal yang sepenuhnya berbeda!

Jadi bagaimana mungkin Mikasa tidak 'terpesona' saat melihatnya?

Mikasa bahkan tidak bisa mengalihkan pandangan dari tubuh atletis yang terpampang jelas dalam ranah penglihatannya tersebut.

Merasakan seperti ada pandangan mata yang mengarah padanya, Levi membalik badannya.

Berlainan dengan Mikasa yang bisa dibilang dalam keadaan terkejut karena dia langsung menyembunyikan wajahnya di balik selimut, Levi justru langsung mengulas senyum seperti dia telah lama menanti Mikasa.

"Selamat pagi," sapanya dengan nada riang yang agak tidak sesuai dengan suara berat khasnya.

Mikasa tidak langsung membalas sapaan Levi. Dengan malu-malu Mikasa mencuri lirik dan masih menemukan Levi yang setia menatap ke arahnya.

"Ah ... ya, selamat pa ... gi," jawabnya grogi.

Dia tidak bisa menatap Levi. Matanya bergerak-gerak dari kanan ke kiri menghindari pertemuan langsung dengan manik mata Levi.

Who are You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang