Eighteen | No Matter

187 62 12
                                    

Paradis, Tahun 857
.
.
.

Mikasa tidak tahu situasi apa ini.

Dia baru saja kembali dari kamar mandi dan sekarang semuanya sepertinya sudah diluar kendali.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi?

Kenapa dua wanita itu mengarahkan senjata pada teman-temannya?

Bola mata Mikasa melebar.

Musuh.

Jelas, mereka adalah musuh.

Tidak ada penjelasan lain yang lebih mungkin daripada itu.

Jadi apakah ini artinya sejak awal mereka sudah tahu kalau Mikasa dan kawan-kawannya kesini untuk melakukan penyelidikan?

Yah, memang sih, jika dikulik lagi, cukup aneh sebuah rombongan yang memiliki dua orang wanita masuk ke dalam rumah prostitusi seperti ini.

Mungkin harusnya Mikasa dan Sasha membiarkan para laki-laki saja yang menjadi ujung tombak penyelidikan mereka.

“Jangan bergerak!” wanita berambut pirang yang sebelumnya memperkenalkan dirinya sebagai Traute Caven menodongkan pistolnya pada Mikasa.

Di belakang Traute, berdiri Jean, Eren, Armin, dan Connie yang terpencar.

Mereka tidak bisa melakukan apapun. Sebab tatapan mata Traute seolah berkata, "jika kalian bergerak sedikit saja, aku akan langsung membunuh kalian semua."

Mikasa mengangkat kedua tangannya, berlagak tidak ingin memberikan perlawanan. Dia tidak boleh bertindak terburu-buru. Untuk saat ini ia harus mengawasi situasi.

Traute tersenyum menyeringai.

Dengan tangan yang sedang memegang pistolnya, Traute menggiring Mikasa untuk berdiri ke tempat yang ditunjuknya.

Tidak perlu diperintahkan dua kali, Mikasa menurut. Dia berjalan pelan dengan tangan di udara mengikuti arahan Traute.

“Jika kalian melawan aku akan langsung membunuh kalian,” kecam Traute.

💜💜💜

Kira-kira sepuluh menit sebelumnya
.
.
.

“Kalau kau malu, kita bisa pergi ke kamar sebelah.” Traute berkata dengan nada mendayu. Membuat siapapun yang mendengarnya tersipu malu.

Tak terkecuali Jean, yang mengerti betul apa arti dari ajakan Traute tadi.

Jika tak mengingat misi yang sedang dijalaninya, mungkin ia sudah mengiyakan ajakan Traute dan pindah ke kamar lainnya.

Tapi sekarang tidak bisa.

Jean harus mengorek informasi dari Traute dan temannya, tentang Annie bersama teman-temannya bersama. Karena mereka sedang berada di tempat musuh sekarang, akan jadi masalah jika mereka terpencar.

“Bagaimana ya,” sahut Jean malu-malu. “Aku mau-mau saja, tapi teman-temanku sepertinya keberatan kalau kita pergi dari sini, Traute-san,” lanjut Jean mencoba membawa arah obrolan mereka ke arah yang diinginkannya.

Traute tertawa kecil, “ara~ kalau begitu apa mau ku panggilkan temanku yang lain untuk menemani teman-temanmu itu?” ucapnya diakhiri dengan satu kedipan.

Bagus, sepertinya dia terpancing.

“Eh, kalau boleh Traute-san, tolong panggilkan lagi satu temanmu kemari.”

Bukan Jean, tetapi Armin yang menyahut seperti itu membuat semuanya langsung menoleh terkejut pada Armin.

“Ternyata dibalik wajah polosmu itu kau cukup agresif, ya,” komentar Traute yang tak menyangka kalau tawarannya itu diterima oleh pria yang semula dinilainya lugu itu.

Who are You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang