Epilog | In the Gravity

309 24 6
                                    

Marley, Tahun 858

.

.

.

Suara klakson kapal berbunyi satu kali memberi tanda kepada orang-orang yang ada di dalam kapal dan sekitar pelabuhan bahwa kapal yang baru datang itu sebentar lagi akan bersandar di pelabuhan.

Beberapa anak kapal terlihat sibuk berlalu lalang memeriksa ini dan itu. Sedangkan penumpang kapal yang hanya ada tiga orang telah selesai mengemasi barang-barang mereka dan hanya menunggu waktu untuk turun dari kapal.

Mikasa, salah satu dari tiga penumpang kapal berdiri di belakang pagar salah satu sisi kapal sambil memandang ke atas langit.

Langit yang sama, tapi sangat berbeda.

Langit yang dipandanginya harusnya tak ada bedanya dengan langit yang biasa dilihatnya di Paradis. Tapi ketika dia memandangi langit Liberio, dia merasakan perasaan yang begitu berbeda dari saat dia berada di Paradis. Apa ini karena tanah tempat dia melihat langit sudah berubah atau juga karena keyakinan yang selama ini dipegangnya telah berubah sehingga langit tempat Mikasa berpijak sekarang pun terasa berubah?

Entahlah.

Yang pasti adalah salah satu sisi dalam dirinya ikut berubah saat dia mengetahui siapa Levi sebenarnya.

Jangkar kapal baru saja diturunkan. Beberapa saat berselang, jembatan penghubung antara kapal dengan daratan sudah terhubung. Penumpang kapal dapat turun melalui jembatan penghubung tersebut.

Levi menghampiri Mikasa yang berdiri sendirian di sisi kapal dan ikut berdiri di sisinya.

Mengikuti arah pandangan Mikasa, Levi turut memperhatikan langit biru yang bersih tanpa awan hari itu.

Mikasa melirik ke arah Levi untuk sesaat. Mulai sekarang dia harus membiasakan diri untuk melihat Levi dengan seragam krem dan ban lengan berwarna merah di lengan kirinya. Karena seragam dan ban lengan itulah yang menunjukan identitas asli Levi sebagai pejuang Marley.

"Kita sudah tiba di Marley sekarang," ucap Levi dengan intonasi lambat. "Isabell sudah turun lebih dulu untuk menyampaikan kedatangan kita. Kita akan beristirahat di penginapan terlebih dahulu dan nanti malam kita akan menemui para petinggi Marley."

"Baiklah," sahut Mikasa singkat.

"Ayo kita turun dari kapal sekarang." Levi berjalan lebih dulu, disusul oleh Mikasa yang berjalan mengekorinya. Mereka berjalan beriringan, tidak berdampingan.

Saat masih dalam perjalanan menuju Marley, Mikasa dan Levi berbicara empat mata. Mereka berbicara dari hati ke hati dan mengungkapkan perasaan masing-masing. Di akhir pembicaraan mereka berdua sepakat untuk merahasiakan hubungan yang mereka miliki dari Marley. Karena jika para petinggi Marley mengetahuinya, mereka akan menjadikan hal itu sebagai kelemahan bagi keduanya. Walau bagaimanapun, Mikasa dan Levi harus saling menjaga meski dengan cara merahasiakan hubungan mereka berdua.

Meski harus membohongi dunia dan merahasiakan cinta mereka.

Karena itulah cara untuk melindungi satu sama lain dari cara kerja dunia yang kejam ini.

Mikasa menarik napasnya sekali baru kemudian perlahan melewati jembatan kecil penghubung antara kapal dan daratan. Ketika kedua kakinya sudah berpijak di atas tanah beralaskan bata di pelabuhan, Levi mengulas senyum tipis di bibirnya.

"Selamat datang di Marley, Mikasa."

💜💜💜 The End of Season 1 💜💜💜

Ranisa's Notes:

Hai, setelah setahun akhirnya kita bertemu juga dengan ending dari Who are You.

Bagaimana endingnya? Mungkin tidak memuaskan ya, ngegantung banget, wkwk. Honetsly aku juga berpikir begitu. Tapi emang begini ending yang kurencanakan sejak awal aku menulis Who are You. Harus ending yang menggantung.

Lah, kenapa harus ending yang gantung? Karena aku mau bikin lanjutannya lagi. Cerita season 2 nya yang nanti akan berjudul Who am I.

Gimana tuh ceritanya Who am I? Gatau juga, masih belum ada ngebikin big line nya aku. Cuman yang pasti buat ngelanjutin bagian cerita ini yang endingnya masih ngegantung ini, wkwk. Untuk kapan di publish lanjutan ceritanya, aku masih gak tahu bisa kapan. Saat ini aku masih sangat, sangat, sangat sibuk memikirkan skripsi-an yang bikin mati rasa. Stress banget dah pokoknya. Terus juga aku mau nulis I Wanna be With Your arc 2 juga, biar bisa segera update di wattpad. Kalian mampir ya.

Gak ada euforia berlebihan sih buat aku karena telah menyelesaikan cerita ini. Rasanya yah biasa aja gitu. Lebih ke bersyukur karena bisa menuntaskan bagian pertama cerita ini. Kalau kalian gimana nih perasaannya setelah membaca ending?

Kesal?

Marah?

Terharu?

Bahagia?

Atau yang lainnya?

Oh ya, hampir kelupaan. Makasih banyak buat yang sudah menemani perjalanan cerita ini. I'm nothing without you all. Aku sungguh bukan apa-apa tanpa kalian yang sudah membersamaiku dalam cerita ini.

Aku sangat mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian, yang meski digantung lama, yang pada akhirnya dikasih ending gantung juga, tapi tetap stay dengan cerita ini. Gak tahu deh kalau gak ada kalian, mungkin aku akan kabur dari cerita ini seperti cerita-ceritaku yang lainnya.

Maaf gak bisa memberikan ending yang memuaskan buat kalian. Maaf juga sudah meninggalkan cerita ini begitu lama. Maaf kalau mengecewakan kalian.

Semoga kalian gak bosan baca cerita-ceritaku.

See you when I see u.

Ranisa <3

Published: 11 Januari 2023

Who are You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang