lembar dua.

956 102 3
                                    


Sebelumnya, kalo ada yang gak nyaman saya satuin coupple Taekook sama YiZhan di book ini, silahkan angkat kaki.
Tinggalkan book saya.

Sekian, terima kasih.

.

.

.

.


"Kau melakukan nya lagi?"
Taehyung bertanya lirih. Gurat sendu terhias apik di wajah nya yang kini menatap penuh rasa sakit pada sang Kakak. Mereka berdua bersiap pergi tidur dan Taehyung merengek minta di temani karena hujan deras di luar dan petir yang menyambar membuatnya begitu kesusahan sekedar menutup mata.

Jemari panjang dengan urat yang menonjol di sekitar nya itu menyentuh lembut leher jenjang Xiao Zhan yang terdapat beberapa bercak merah nyaris keunguan. Sangat terlihat kontras dengan kulit nya yang putih.

"Apa aku punya pilihan lain, Tae. Kau tau bagaimana kita."
Jawab sang kakak. Pemuda itu menyimpan dagunya di atas surai Taehyung.
Matanya menatap kosong sebelum senyum tipis tergurat apik di ranumnya. Bukan senyuman indah, lebih mirip pada cemooh untuk dirinya sendiri.

"Kubilang aku bisa bekerja kan. Bisa membantu keuangan kita. Dan kau akan berhenti dari pekerjaan itu."

"Tidak. Aku tidak mengijinkan. Kau harus sekolah demi masa depan mu."

"Dan kau terus mengorbankan tubuh mu itu pada pria hidung belang begitu? Jangan bercanda, kak. Tolong berhenti. Aku tidak suka."

Suara Taehyung bergetar. Dia sakit luar biasa. Membayangkan kakak nya, satu-satunya orang yang dia miliki setelah kedua orang tua mereka meninggal itu menjajakan tubuh di klub malam__membuat Taehyung merasa dunianya runtuh__sekali lagi.

"Beri aku kesempatan membantu, kak."

"Tidak Taehyungie, kau belum saatnya merasa lelah karena bekerja sayang.."

"Kakak.. kumohon."

"Kau tau bagaimana kerasnya aku. Jadi berhentilah merengek. Pergi tidur atau aku akan meninggalkan mu tidur sendirian di kamar ini."

Taehyung akhirnya mengangguk memilih lagi untuk mengalah.
Dia sudah lelah berdebat. Lelah membujuk. Karena sosok manis yang terlihat sekuat batu karang namun nyatanya sangat rapuh itu akan kembali menolak dan meminta dia cukup sekolah dan menjadi anak baik.

Taehyung ingin bekerja, ingin sama juga membanting tulang demi kelangsungan hidup mereka.
Tapi, dia selalu tidak kuasa menolak permintaan sang kakak yang berderai air mata agar dia cukup sekolah. Cukup mengukir masa depan yang baik dan biarkan hanya Xiao Zhan yang bekerja.

Maka, malam ini, dengan kegetiran hati yang begitu mendalam, Taehyung gigit bibirnya guna menahan isakan. Dia sadar kakak nya yang kini mendekap nya hangat sudah duluan terlelap. Nafas teratur pemuda yang mendekap nya itu menerpa halus helai rambutnya. Dan Taehyung enggan walau sekedar bergerak. Kakaknya kelelahan, dan dia lagi-lagi berbuat ulah.

Membully seorang siswa yang sudah menarik atensinya di pertemuan pertama.
Siswa yang bahkan Taehyung yakin, sangat berbeda jauh darinya dari segi apapun.
Namun mana peduli. setidaknya, sebelum sosok itu di miliki orang lain, Taehyung masih bisa terus berada di dekatnya, walau hanya sekedar sumpah serapah yang akan selalu telinga nya dengar setiap saat.

Tidak apa.

...........................




"Rupa orang yang membully mu itu seperti apa sih?"
Yibo bertanya setengah ragu.

Dia hanya merasa aneh. Punya nyali sebesar apa anak ingusan itu hingga berani membully Jungkook yang notabene nya adalah salah satu anak seorang donatur paling besar di sekolah.

Apa dia tidak takut apapun?

"Rupanya biasa saja. Lebih tampan aku, kok."

Jungkook meraih sekaleng kue kering sambil nyamankan posisi duduk di sebelah Yibo yang kini tengah bergulat dengan pekerjaan nya.
Sementara Jungkook asyik memaku televisi yang menayangkan kartun pororo dengan binar antusias.

"Kau bilang dia punya kakak?"

"Ya. Katanya begitu. Nanti hyung harus adu bacot di sana, katanya juga begitu."

"Aku tidak suka basa-basi."

"Is! Hyung tidak seru!"

"Kau tau bagaimana hyung kan, Jungkookie?"

"Iya. Pria kurang ekspresi yang mukanya sedatar tembok. Jomblo seumur hidup dan sepertinya sebentar lagi akan menikah dengan kertas pekerjaan nya."

Yibo melotot. Dan Jungkook sudah ngacir lebih dulu ke lantai atas dari pada mendapatkan untaian kata pedas dari hyung nya itu.

Man, walau selalu memperlakukan nya begitu lembut dan penuh kasih sayang, Jungkook tau Yibo adalah sosok pemuda keras yang hanya mengisi seluruh waktunya dengan bekerja. Bahkan Jungkook belum sekalipun melihat sang Hyung membawa seseorang atau dekat dengan seseorang.

"Awas kau kelinci buntal! Ku tahan semua fasilitasmu baru tau rasa!"

Tidak ada jawaban. Hanya kikikan Jungkook yang terdengar samar-samar dari lantai atas. Pasti kamarnya masih terbuka dan Yibo juga tersenyum tipis setelahnya.

Dia tau, adiknya sedang berusaha membuat sikap es batunya sedikit mencair.

..............................

 ETERNITY (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang