bagian 13.

645 81 4
                                    

"Jadi, kakak ku yang lebih dulu meninggalkan mu?"

Berlatarkan sebuah Apartemen sederhana yang terlihat luar biasa bersih dan rapi, Taehyung bertanya pelan pada pria dewasa yang duduk tepat di depan nya dengan menggunakan pakaian santai yang terlihat mahal.

Sedikitpun tidak mengalihkan pandang dengan sesekali melirik pada Xiao Nara yang terlihat asyik bermain dengan Jungkook. Pemuda itu membelikan berbagai macam mainan untuk Nara saat pertama kali mengetahui kebenaran rahasia yang di sembunyikan Xiao Zhan.
Membuat Nara luar biasa senang dan mau di ajak pulang bersama Taehyung dan Jungkook tanpa penolakan keras sebab bukan Xiao Zhan yang datang menjenguk.
Juga perjuangan mereka yang harus meyakinkan sang pemilik panti tentang Taehyung yang memang adik kandung Xiao Zhan dan tidak berniat mencelakai Nara sedikitpun.

Di depan nya Yibo menangguk. Sorot pilu nan sendu itu sedetik terlihat melirik pada pintu kamar Xiao Zhan. Pemuda manis yang masih menolak untuk sadar bahkan hingga hari kini mulai menjelang sore.
Yibo sudah berbicara banyak tentang masalalu nya bersama Xiao Zhan pada Taehyung. Juga Taehyung yang menjelaskan apa maksud dari sang kakak yang tiba-tiba saja menghilang waktu itu. Mereka di timpa musibah besar-besaran yang langsung membuat Yibo terlihat murka namun juga terisak lirih di sana.

Dia merasa tidak ada apa-apanya saat sang tercinta mengalami banyak kesulitan di dalam hidupnya. Bahkan kala mengandung buah hatinya sendiri pun, Xiao Zhan enggan menemuinya dan meminta pertanggung jawaban.

"Maafkan aku karena pernah berburuk sangka, Hyung. Kukira kau sengaja meninggalkan kakak ku setelah tau jika dia tengah mengandung."
Ucap Taehyung. Menatap penuh penyesalan pada Yibo yang tersenyum lantas menggeleng.

"Tidak apa, Tae. Aku mengerti posisimu."

Yibo lantas bangkit dari posisi duduknya. Berjalan melewati Taehyung lantas mengusak rambutnya sekilas. Lalu meneruskan langkah menuju Jungkook. Tatapan nya begitu hangat kala melihat sang adik yang terlihat begitu pintar membuat Nara nyaman di dekatnya.
Hatinya bergemuruh. Gadis kecil itu adalah putrinya. Darah dagingnya. Perjuangan Xiao Zhan dalam wujud nyata menjaga titipan nya.

Yibo terus melangkah hingga sampai di depan Nara dan duduk di sebelah gadis itu. Nara mendongak sekilas dan berikan senyuman manis yang mengembang begitu saja. Membuat air mata Yibo tidak bisa lagi di tahan dan tumpah di pipinya. Yang menghasilkan keterkejutan dari si gadis kecil hingga bola matanya membulat lucu.

"Paman tampan tenapa menangis ung?"

Jari-jari mungilnya merambat menyentuh pipi Yibo. Menatap khawatir pada pria dewasa itu hingga membuat Yibo tanpa sadar menarik tubuh mungilnya dalam pelukan.
Mengecup berkali-kali pucuk kepalanya seraya masih setia terisak hebat di sana.

"Apa ada yang menyakiti paman tampan? Bilang padaku. Bial nanti aku kasih pelajalan."

Mulut mungilnya terlihat bersungut-sungut. Tanpa sadar membuat Yibo terkekeh dengan sudut hatinya yang terasa menghangat.

"Jangan menangis paman tampan. Nanti jadi jelek. Aku tidak suka."

Yibo sukses tertawa kecil dan merapatkan pelukan nya pada tubuh mungil itu. Merasakan detak jantungnya yang ikut bersatu dengan detak jantung sang putri.
Terdengar indah. Iramanya begitu apik dan teratur. Berpacu dengan rasa yang sulit di gambarkan di dalam hati Yibo.

Lalu menarik diri dan menghapus jejak air mata yang masih berada di pipinya. Membuat Nara tertawa karena bisa melihat jelas wajah berantakan paman tampan tersebut.

"Xiao Nara-ah?"

Yibo memanggil lirih. Penuh suka cita yang dibiarkan melayang bersama asa kerinduan yang semakin bertambah kuat. Telak membuat Yibo merasa luar biasa tercekik sebab oksigen untuk paru-parunya berkurang sangat drastis.

 ETERNITY (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang