bagian 8

629 76 2
                                    

Yibo menutup sambungan telepon saat Jungkook sudah terdengar melangkah turun menuju lantai bawah dan berjalan kearah nya yang tengah menunggu di meja makan.

"Selamat pagi, Hyung."

"Pagi, sayang."

Jungkook mendapatkan usapan lembut ke kepalanya setelah mengecup pipi Yibo dan segera mengambil tempat duduk di salah satu kursi makan di depan Yibo.

Mulai melahap sarapan yang sudah di siapkan begitu apik oleh Maid yang bertugas di bagian memasak dan dapur.

Acara sarapan pagi berlangsung hening. Salah satu etika yang sudah lama di terapkan oleh keluarga mereka untuk tidak bersuara sedikitpun ketika sedang makan.

Hingga beberapa saat kemudian, baik Jungkook maupun Yibo sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah juga kantor.
Mereka berjalan beriringan dengan Jungkook yang bergelayut manja di lengan sang Hyung.
Melangkah menuju mobil yang sudah di siapkan begitu mengkilap oleh sang supir yang menyambut dengan senyum ramah.

"Hyung mau antar aku hari ini? Bawa mobil sendiri juga?"

Yibo mengangguk dan tersenyum tipis. Memberi gestur berkata jika sang supir tidak perlu mengantar mereka hari ini lewat tatapan matanya.
Tentu saja sang supir mengiyakan dan mempersilahkan Yibo masuk ke dalam mobil tepat di depan kemudi juga Jungkook yang duduk di sebelahnya.

Setelahnya, mobil tersebut melaju pelan meninggalkan pekarangan Mansion dan keluar melewati gerbang lalu mulai menapak di jalan raya kota Seoul yang masih terlihat lengang.

Hari ini tepat seminggu setelah acara Yibo bercerita pada sang adik. Juga usaha dirinya yang terus mencari tahu prihal apa dan bagaimana keadaan pemuda yang kini dia incar.

Xiao Zhan.

Simanis yang sudah lima tahun lamanya meninggalkan dia tanpa kejelasan yang pasti.
Nyaris membuat Yibo sinting dan menggila. Mencari tanpa henti hingga akhirnya takdir membawa sang terkasih lewat urusan sang adik.

Sejenak Yibo melirik kecil pada Jungkook yang kini mengarahkan wajahnya pada kaca mobil di bagian kiri. Memandang keluar jalanan.

Lantas sebelah tangan nya melayang dan di daratkan di atas tangan sang adik yang tersimpan diatas paha.
Sontak membuat Jungkook sedikit berjengkit kaget.
Yibo berikan senyum tipis sembari usap lembut punggung tangan adik nya menggunakan ibu jari.

"Ada apa, hyung?"

Jungkook balas genggam tangan Yibo tak kalah lembut.

"Bagaimana dengan Taehyung?"

Sejenak Jungkook diam," entah. Tapi akhir-akhir ini dia tidak lagi menggangguku. Dia terlihat murung dan seperti tengah memiliki urusan berat." Sambungnya. Mata Jungkook seakan menerawang kala bercerita pada Yibo.

"Begitu..."

"Kenapa? Hyung mau bicara dengan nya?"

"Tidak. Tidak usah. Hyung cukup tahu soal dia dari kamu saja."

Jungkook mengangguk. Dan Yibo kembali pusatkan atensinya pada jalanan di depan walau tautan tangan mereka belum juga terlepas.

Mobil yang dikendarai keduanya sudah sampai di gerbang sekolah dan Jungkook segera turun sesudah pamit dan berikan satu kecupan lembut di pipi hyungnya.

"Nanti hyung jemput."

Jungkook tersenyum lebar dan acungkan kedua jempol tangan nya kearah Yibo. Dia lalu berjalan masuk kedalam halaman sekolah dan menghilang dari pandangan pemuda itu.

Yibo menarik nafas panjang. Menetralkan hatinya yang jujur saja tidak karuan.
Dia menjalankan mobil dan melaju menuju sebuah tempat di mana sang mantan berada. Tentu saja salah seorang bawahan nya sudah melapor prihal dimana Xiao Zhan tinggal.

Yibo ingin melihatnya.
Ingin memastikan keadaan nya.
Dia rindu, tapi tidak ingin gegabah.

Memacu mobilnya menuju tempat yang di tuju, Yibo merasa jadi bocah belasan tahun yang punya detak jantung tidak normal saat akan bertemu dengan gebetan nya.

Dia berdecak jengkel.
Jantungnya tidak berhenti bergemuruh ribut. Epek alami yang selalu dia dapatkan jika akan bertemu dengan Xiao Zhan.
Selalu begitu. Tidak pernah berubah sedikitpun.

Tanpa terasa, dia kini sudah sampai pada tempat yang di tuju. Dia berhenti di depan sebuah bangunan apartemen sederhana yang terlihat jauh dari kata mewah. Namun tetap saja terlihat bersih dan terawat.

Yibo putuskan menunggu. Dari laporan bawahan nya, Xiao Zhan biasa keluar Apartemen pada siang hari untuk bekerja di salah satu toko terdekat. Jadi dia putuskan menunggu saja. Tidak mau ambil tindakan berlebihan yang justru akan membuatnya semakin susah bertemu dengan Xiao Zhan nantinya.

Selang beberapa menit, benar saja, sosok itu terlihat berjalan keluar dari Apartemen nya dengan pakaian santai yang melekat di tubuh rampingnya. Terlihat sederhana namun tetap mempesona.

Sejenak Yibo tertegun. Sosok itu terlihat berkali lipat lebih menawan dari terakhir kali mereka bertemu.

Namun, fokusnya seakan pecah kala melihat jika ada orang lain yang mengekor di belakang Xiao Zhan. Pemuda lain nya yang terlihat tidak asing di pandangan Yibo. Namun dia sedikit kesulitan mengetahui kala melihat pemuda itu kenakan masker untuk tutupi wajahnya.

Pemuda itu terlihat meraih Xiao Zhan dalam pelukan nya. Mencium pipinya mesra walau respon Xiao Zhan sendiri terlihat acuh dan tidak perduli.

Yibo merasa hatinya berdenyut.
Dia tertawa hambar.

Memangnya apa yang harus dia harapkan sebenarnya.
Mereka sudah berpisah lama dan sudah pasti juga sosok seindah Xiao Zhan akan memiliki pasangan.
Bagaimana bisa dia tetap berharap sementara pemuda itu sendiri terlihat sudah tidak perduli padanya.

Tanpa sadar Yibo meremat setir mobilnya kuat. Entah kapan, air mata meleleh di pipinya. Sakit itu kembali, sakit akan sosok manis itu yang meninggalkan nya begitu saja tanpa alasan yang jelas.

Yibo pikir dia sudah sembuh.

Tapi ternyata hatinya kian rapuh dan berantakan.

Dia sudah berusaha melupakan. Berusaha terlihat baik-baik saja dan hanya fokus pada Jungkook untuk dia besarkan dan didik setelah orang tua mereka meninggal karena kecelakaan tunggal.

Namun Yibo tetaplah seorang yang pernah patah hati. Pernah merasa terluka. Susah sekali melupakan bahkan ketika kini kenyataan menghantamnya telak.

Xiao Zhan sudah jadi milik orang lain.

Sedangkan dirinya masih sibuk mengurusi masa lalu yang entah sampai kapan akan membekas di hatinya.

Matanya menatap nanar kala Xiao Zhan masuk kesalah satu mobil yang terparkir apik di sana. Melihat mobil itu yang perlahan menjauh dan menghilang dalam pandangan.

Sekali lagi dia kecewa.

Dan sepertinya, ini saatnya dia harus berhenti.

Berhenti berharap dan memulai membuka hati untuk yang lain nya.

..................

 ETERNITY (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang