Lembar 7

701 85 4
                                    

Jungkook membuka pintu bercat putih itu pelan, sekedar memeriksa apakah hyung nya ada atau tidak.
Dia membawa langkah nya masuk setelah mendengar bunyi gemericik air dari arah kamar mandi.
Hyungnya pasti berada di sana sekarang.

Menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, Jungkook berguling ke sana kemari hingga keadaan tempat tidur itu tidak lagi seperti semula.
Dia sedikit terkikik kecil saat membayangkan hyung nya akan sedikit berdecak karena dia sudah mengacaukan kerapihan kamarnya.

"Pembuat onar kecil.."

Tubuh Jungkook sedikit berjengkit kala mendengar suara dalam dan berat hyung nya. Di susul sosok itu yang kini berdiri di samping tempat tidur dengan hanya mengenakan celana bahan sebatas lutut dan biarkan tubuh bagian atasnya terpampang. Dia juga memegang satu handuk kecil yang di usak pada rambut di kepalanya.

Jungkook terkekeh. Namun setelahnya mempoutkan bibir kesal. Menyadari bagaimana atletisnya tubuh sang hyung, dia merasa iri.

"Niat sekali pamer di depan mataku, hyung. Mentang-mentang punya badan ramping."

"Oh, mengaku jika dirimu gendut?"

"Siapa bilang! Aku langsing tau!"

"Iya. Montok sih lebih tepatnya."

Jungkook berdecak. Mendelik galak pada Yibo yang kini tertawa lepas. Sejenak Jungkook tertegun. Ingat akan ucapan Irene beberapa saat lalu ketika menelpon nya dan kabarkan pada Jungkook jika satu minggu belakangan ini hyung nya itu terlihat sering melamun jika di kantor.
Aura wajahnya juga terlihat lebih suram.
Irene bahkan bertanya jika mungkin mereka berdua tengah bertengkar. Tapi Jungkook bilang tidak dan dia putuskan cari tahu prihal apa yang kini hyung nya rasakan.

Mata bulat Jungkook memindai sang hyung yang kini berjalan menuju meja rias. Duduk di sana berniat mengeringkan rambut.
Serta merta Jungkook melompat turun dan ambil alat pengering rambut dari tempatnya. Membuat Yibo tersenyum tipis dan biarkan tangan gempal adiknya mengusak rambut miliknya.

Jumgkook tatap wajah Yibo dari kaca di depan mereka. Yibo tengah memejam mata saat ini. Hingga akhirnya kala mata itu terbuka, Jungkook tetap bertahan dengan tatapan nya. Membuat Yibo menyerhit kecil lantas mengusap tangan Jungkook lembut.

"Jungkookie?"

"Hm?"

"Ada apa?"

"Apanya yang ada apa, hyungie?"

"Kamu, kenapa tatap hyung seperti itu?"

"Em memangnya tidak boleh?"

"Tidak juga."

Jungkook mengangguk. Segera menyelesaikan acara mengeringkan rambut Yibo lantas menarik sang hyung untuk segera berbaring di ranjang.

"Malam ini, boleh tidak aku tidur di sini?"

"Tentu saja, sayang. Kemari, hyung peluk kamu."

Jungkook memekik senang. Masuk merengsek pada pelukan hangat sang hyung yang sudah lebih dulu berbaring di ranjang.
Nyamankan posisi di mana kepalanya dia simpan di atas dada bidang Yibo dan tangan nya melingkar apik di pinggang yang lebih tua.

Hening beberapa detik dan Jungkook putuskan mulai berbicara.

"Hyungie?"

"Ya, sayang."

"Are you okay?"

"Hm? Kenapa bertanya begitu?"

"Tidak ada. Aku hanya merasa khawatir. Irene noona bilang hyung terlihat berbeda di kantor."

"Ah wanita itu. Pasti bilang yang tidak-tidak padamu."

"Hm. Ayo cerita. Jungkookie akan dengarkan. Setidaknya kalaupun tidak punya solusi, Jungkookie bisa jadi pendengar yang baik untuk hyung."

 ETERNITY (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang