Bagian 16

504 59 1
                                    


Di minggu pagi yang cerah, Xiao Zhan memilih memasak dan mengabaikan larangan Yibo untuk tidak menyentuh area dapur. Dia rindu sekali bercengkrama dengan wajan dan alat dapur lain nya. Bersenandung kecil, sepenuhnya abaikan sang suami yang kini berdiri dengan wajah awut-awutan khas bangun tidur di dekat meja makan.

"Pagi, cantik ku."

"Pagi, Yibo."

"Kamu sedang apa, sayang?"

Tubuhnya berjengkit kecil saat sepasang lengan besar itu melingkar apik di pinggang ramping nya.
Di susul sebuah wajah yang di cerukan di leher nya begitu lengket. Sedikit bergidig, Xiao Zhan abaikan sang suami yang kini hirup rakus aroma dari lehernya itu.

"Memasak untuk sarapan kita, memangnya apa lagi?"

"Kan sudah kubilang jangan menyentuh dapur"

"Sesekali saja Yibo. Aku tidak apa-apa melakukan hal ini."

"Tapi jangan keseringan. Tangan mu cukup mengurus aku saja."

"Pikirmu aku memasak ini bukan mengurus mu, begitu?"

"Bukan seperti itu sayang."

"Lalu, yang seperti apa?"

"Cukup hanya di dalam kamar saja."

"Aku juga manusia dan punya rasa bosan, jika saja kau lupa."

"Ck!"

"Apa? Mau menawar lagi padaku?"

Yibo memilih mengalah. Dia tahu jika terus begini dan meladeni ucapan si kesayangan, maka acara sarapan pagi mereka akan lenyap dan berganti dengan percekcokan tiada akhir.

Masih memeluk Xiao Zhan dari arah belakang, tubuh jangkungnya berjalan ke sana kemari mengikuti yang lebih mungil. Membuat Xiao Zhan sesekali berdecih risih karena sulit bergerak. Tapi Yibo mana sudi untuk pindah. Dia malah semakin lengket membuat Xiao Zhan akhirnya mengalah saja.

"Lepaskan aku sebentar. Aku susah bergerak astaga."

Yibo terkekeh kecil.
Langsung lepaskan pelukan dan berdiri diam di samping Xiao Zhan yang kini menata meja makan dengan menu sarapan mereka.

"Bangunkan Nara dan kita sarapan setelahnya."

Yibo mengangguk setuju. Tapi lelaki itu tidak juga beranjak, malah berdiri diam di saja dan tatap Xiao Zhan aneh.

Yang di tatap merasa heran, gerakan nya terhenti di atas meja dan menoleh pada Yibo yang masih setia menatapnya.
"Apa?" Bertanya pelan, Yibo berdecak kecil lantas meraih wajah itu dan bubuhkan satu kecupan juga lumatan lembut di bibir yang lebih muda.

Untaian benang saliva terjalin diantara keduanya dimana Xiao Zhan yang terengah dengan pipi yang memerah.

"Aku menunggu ciuman selamat pagi yang selalu kamu berikan. Sebuah kebiasaan kita yang tidak pernah terlewatkan. Mungkin kamu lupa hingga aku harus menunggu lama dan mengambil nya langsung dari kamu."

Yibo berlalu setelah ucapkan kata berikut begitupun dengan Xiao Zhan yang mengerjap bingung.

Sebuah kebiasaan?
Tapi kenapa dia merasa tidak pernah melakukan nya?

..........................

Acara menghabiskan waktu libur dengan bercengkrama dan bermalas-malasan di atas kasur bersama Xiao Zhan sirna saat telepon dari kantor berdering ribut dan haruskan Yibo segera bergegas tanpa bisa menolak sedikitpun.

Waktu hampir menyentuh pukul lima sore dan kini entah untuk keberapa kali Yibo berdecak jengkel karena harus tinggalkan sang kesayangan di rumah. Dia pasti akan lembur dan kemungkinan pulang subuh nanti.

Xiao Zhan sendiri hanya terkekeh saja. Setia usapkan jemari pada kepala Nara yang kini lelap dalam pangkuan nya.

"Jangan marah-marah terus Yibo"

"Bagaimana aku tidak marah? Waktuku bersamamu dan putri kita tersita habis. Aku sangat kesal."

Bibirnya terus bersungut sembari memakai serampangan setelan jas diatas ranjang.
Xiao Zhan melepaskan hati-hati Nara di tempat tidurnya lantas membantu Yibo untuk bersiap.

"Tidak apa-apa. Itu pekerjaan kantor. Kamu pemiliknya jadi harus bertanggung jawab."

"Iya juga. Tapi kan aku butuh libur."

"Nanti. Kalo sudah waktunya kita bisa pergi berlibur."

Yibo mengangguk. Memeluk mesra sang istri sembari bubuhkan satu kecupan di pipi. Bahagia miliki pasangan yang luar biasa mengerti akan dirinya dan pekerjaan nya.

Setelah selesai, Yibo pamit dan Xiao Zhan mengantar sampai pintu depan. Mendapatkan satu kecupan di kening, Xiao Zhan tersenyum cerah dan lambaikan tangan begitu ceria saat mobil yang ditumpangi Yibo mulai menapaki jalan meninggalkan area Mansion.

Lantas, wajah tegas itu sedikit berubah keruh. Ada sedikit tatapan aneh di matanya yang kini menghunus tepat jalanan padat di depan nya.

"Apa kamu baik-baik saja sayang? Sebab ini adalah kali pertama kamu tidak mengomel panjang lebar kala aku harus meninggalkan momen kebersamaan kita karena alasan pekerjaan. Kamu terlihat biasa saja dan itu tentunya sunggu aneh dalam pandanganku."

Tangan nya meraih ponsel yang tergeletak di kursi samping.
Mendial nomer Taehyung berharap bisa berbagi sedikit cerita.
Beberapa saat kemudian, hanya operator yang menjawab. Dan Yibo baru sadar jika saar ini adiknya juga sang adik ipar pasti masih berada di kampus dengan segudang kegiatan mereka yang tiada akhir.

...........................

 ETERNITY (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang