✒ 6. Aileen memang beda √

50 40 5
                                    

🍑 Ketika aku tidak bisa berbuat apa-apa, dan semuanya cepat berlalu 🍑


Nafas Aileen memburu, tatapannya tak teralihkan dari mata tajam Andre yang sekarang juga membalas tatapan Aileen, tatapan yang selama ini tak Aileen dapatkan. Mencoba untuk mencari arti dari tatapan tersebut yang artinya entah marah, kecewa, atau jijik. Aileen tidak bisa mengartikannya.

Ayo pa, Aileen ingin denger papah mau ngomong apa?

Sudah berpuluh-puluh kalimat yang Aileen kumpulkan, siap menjawab serangan dari Andre.

"Maaf, saya gak paham ada masalah apa. Tapi saya mohon, untuk tidak melakukan hal seperti ini di jalanan umum. Tidakkah anda lihat? Antrian kendaraan dibelakang?" pertanyaan tersebut tidak sama sekali Aileen gubris, tatapan penuh damba masih tertuju pada Andre.

Semua pengendara yang menyadari peristiwa tersebut tak segan-segan untuk merekamnya dan segera mengabadikan di media sosial, gosip terbaru anak pengusaha sukses.

Tidak ada pergerakan, wanita tersebut yang sekarang menunduk ketakutan dan Andre yang masih setia menatap Aileen tanpa kata. Menyadari suasana riuh yang berasal dari berbagai kendaraan membuat lelaki yang sedari tadi diam segera menarik Aileen yang kini masih mematung, segera memasukannya kedalam mobil sport merah di sampingnya.

Mengelilingi mobil dari arah depan dan segera membuka pintu pengemudi, senyum mengejek yang lelaki tersebut lemparkan ke arah Andre.

"Alien, lu-" ucapnya menjeda setelah beberapa menit mobil sport merah tersebut meninggalkan tempat kejadian. "Gila gak sih? Gwe yakin beberapa menit kedepan, lu bakal jadi trending topik di abad sekarang," lanjutnya.

Tidak sia-sia ia turun dari bus dan segera menghampiri kejadian tadi, dan ternyata perempuan itu masih saja sama seperti dulu. Biang keladi! Rayand, pikiran Rayand bernostalgia ke masa lalu.

Pandangan Aileen masih setia menatap jendela, ia tidak memperdulikan lelaki yang berada di sampingnya saat ini. Padahal mereka terakhir kali bertemu saat insiden Aileen disekolah, dan terakhir kali mereka kontekan saat Rayand mengirim pesan kalau dia tidak bisa kesekolah saat itu. Setelahnya, mau Rayand atau Aileen sama-sama tidak lagi saling menghubungi. Hampir setahun kurang lebih.

"Kuliah dimana?" tanya Rayand setelah beberapa saat gubrisannya tidak disahuti, Rayand kembali melirik keberadaan Aileen yang sekarang sudah berani menatap mata Rayand. "Gwe ramal, kita satu universitas," tebak Rayand yang sambil menyunggingkan senyumnya.

Melihat raut wajah senang Rayand membuat Aileen segera mengalihkan pandangannya lurus kedepan. "Gwe ramal loe maba ya?" Rayand kembali menebak Aileen dengan ramalan bodohnya lagi.

Setelah beberapa saat pertanyaan dalam bentuk ramalan Rayand tidak digubris Aileen, Aileen kembali menatap Rayand yang sekarang masih duduk di kursi pengemudi.

Bertepatan dengan laju mobil yang kian melambat dan tidak lama kemudian berhenti. "Loe pernah diacuhkan oleh papa loe sendiri?" tanya Aileen seketika. Aktivitas Rayand yang akan menarik sabuk pengaman terhenti, menatap mata merah dengan bibir bergetar milik Aileen. Kali ketiga yang Aileen rasakan dalam hidupnya. Sesak.

"Ray," panggil Aileen dengan nafas hampir tersendat. "Gwe salah? Tamparan mama lebih menyakitkan dari tamparan Cakra, dan sikap acuh papah sangat terasa sesak ray, keduanya terasa sangat perih," jelas Aileen dengan nada penuh getaran, nafasnya saling memburu seperti ia sangat ingin mencurahkan segalanya.

"Gwe hampir berhasil ray, gwe hampir berhasil menahan perasaan ini selama hampir 19 tahun gwe hidup ray." Mata Aileen terpejam mencoba menghilangkan rasa sesak di dadanya. "Tololnya gwe, gwe tumbang untuk kali ini!" Maki Aileen pada dirinya sendiri.

Kosong Ya? (OG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang