Ada kejadian yang nyaris membuat Jade mengamuk hebat di istana sebelum pernikahan terjadi. Amadia, selaku calon mempelai perempuan, datang mengunjunginya dan mengabarkan bahwa dia ingin membatalkan pernikahan.
Atmosfer sekitar tentu saja langsung berubah kelam. Para penjaga yang berada di dekat Jade merasakan hawa dingin dan kegelisahan yang teramat sangat.
Jade itu lebih sering menampilkan senyum. Namun, sekali dia marah, maka dia akan menjadi sosok yang paling mengerikan.
"Bagaimana kau bisa mengatakan hal itu dengan sangat gampang? Pernikahan kita tinggal sebentar lagi, Dee."
Amadia menunduk. Meski nada bicara Jade tidak meninggi, tekanan yang dirasakannya tetap terasa. Laki-laki ini sungguh memiliki aura luar biasa!
"Maaf, Yang Mul--"
"Jangan panggil aku seperti itu!" sela Jade. Wajahnya merah dan napasnya tak beraturan.
Amadia tersentak. Dia tidak menyangka Jade akan benar-benar marah. Ketakutannya tadi berubah menjadi emosi.
"Aku memikirkan Arelia. Lalu, aku sama sekali tidak berniat main-main dengan kata pernikahan. Jangan lupa, Jade, bukankah kau yang menyeretku ke istana dan mengabarkan ingin menikah pada Baginda Kaisar tanpa berdiskusi denganku terlebih dahulu?" Amadia membalas telak. Wanita itu bahkan sudah meninggalkan kesopanannya di depan sang pewaris kaisar.
Kini, giliran Jade yang gelagapan. Sebelum membalas, dia mengirimkan sinyal lewat sorot mata agar para penjaga meninggalkan taman istana.
"Maaf, Dee. Kukira, dengan menikahimu secepat mungkin, aku bisa menembus kesalahan di masa lalu." Laki-laki yang biasa memperlihatkan kekuasaannya itu kini seperti anak kecil yang sedang dinasehati ibunya.
"Menebus kesalahan?" Amadia berdesah. "Apa maksud menembus kesalahan itu adalah berencana mengadakan pernikahan tanpa sepengetahuanku?"
Balasan sarkas dari wanita yang dikasihinya makin membuat Jade panik.
"Dee, bukan seperti i--"
"Sudahlah, Yang Mulia." Amadia mengembalikan sikap formalnya. Dia lantas berdiri dari kursi yang sejak tadi diduduki. "Saya rasa, cukup di sini perbincangan kita. Saya telah selesai."
"Amadia?" Jade ikut berdiri. Raut cemas tertampil jelas di wajah rupawan itu.
"Kau tidak akan bisa pergi dari sini. Tempat ini milikku. Tidak ada yang bisa keluar tanpa seizin dari pemiliknya."
Sontak, perkataan Jade membuat Amadia yang sudah berjalan beberapa langkah membalikkan tubuh lagi. Wajahnya mengkerut-kerut, menyorot kesal ke arah sang laki-laki.
"Kau menyebalkan sekali!" seru wanita itu.
Kekesalan Amadia justru menjadi hiburan tersendiri bagi Jade. Segaris senyum jahil timbul di bibirnya. Dia mengangkat bahu singkat, lantas membalas, "Itu benar sekali, Sayang. Aku memang menyebalkan. Oh, dan jangan lupa satu lagi, aku mencintaimu."
Baiklah, bagaimanapun, laki-laki itu akan tetap menang. Amadia hanya bisa memalingkan muka, berusaha menyembunyikan pipinya yang mendadak merona.
___
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum. Malam, teman-teman. Selamat datang di bulan Maulid atau Oktober, yaa.
Aku mau kasih tau, nih, cerita Amadia bakal aku lanjut lagi. Ini versi after married. Tapi, bukanya di lapak lain. Lagi coba KaryaKarsa. Semoga aja ada yang nyangkut dan rezekinya ada di sana. Aamiin. Mohon dukungannya, ya, teman-teman.
Ini link-nya, atau kalian bisa search nama akun @Ladeeqa.
https://karyakarsa.com/Ladeeqa/villainess-already-happy-ending
Terima kasih! 🌟🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Villainess Wants Happy Ending (Completed)
FantasyAmadia Dulce Fidel merupakan bangsawan dari keluarga Fidel. Tepatnya, putri pertama Grand Duke Baltasar Andres Fidel. Dia diasingkan oleh keluarganya sendiri karena dianggap melakukan hal yang memalukan. Hamil di luar nikah. Karena hal tersebut, Ama...