Part terpanjang! 1500-an lebih😲. Selamat menikmati.
* * *
"Shura! Ke sini kau! Semua pekerja juga berkumpul!"
Teriakan Amadia yang menggelegar membuat seisi mansion berhamburan keluar. Mereka kemudian berjajar di depan sang tuan rumah sambil menunduk dalam. Tidak ada yang berani melawan kekuasaan sang villainess karena masih sayang nasib pekerjaan mereka.
Amadia memindai seluruh bawahannya dengan teliti. Selain Iona, Shura, serta si Ular Stas, ia belum mengenal lagi orang-orang itu. Yang membuatnya tersadar, tidak ada satu laki-laki pun di sini. Kenyataan yang buruk sekali.
"Ke mana Shura?" tanya Amadia, menusuk.
Tidak ada yang berani menjawab. Mereka merasakan aura tak menyenangkan dari sang majikan. Entah apa yang dilakukan pelayan bernama Shura. Yang jelas, mereka sibuk menggerutu karena sudah dihadapkan dalam posisi sulit oleh si Shura-Shura itu.
"Tidak ada yang mau menjawab? Fungsi mulut kalian untuk apa, hah!"
Tubuh-tubuh mereka tampak tersentak. Amadia menatap datar. Tidak bersalah sama sekali meski hal itu disebabkan oleh bentakannya.
Wanita itu berdiri angkuh. Gaun hitam yang dikenakannya memberi kesan elegan sekaligus berbahaya. Ia mengetuk-ngetukkan jari terbalut sarung tangan pada paha, menunggu targetnya datang.
Beberapa saat kemudian, Iona maju dengan kedua tangan saling bertaut. Amadia tersenyum samar. Dalam hati, ia memberikan pujian atas keberanian gadis itu meski bahunya terlihat gemetar.
"Mau apa?" tanya Amadia angkuh. Ia melipat tangan di depan dada, menatap lekat pada Iona.
"Sa-saya ingin memberi tahu kalau Shura ada di--"
"Nona Amadia!"
Suara di belakang sana menyebabkan si pemilik nama tersenyum miring. Dengan isyarat mata, ia meminta Iona lekas kembali ke tempat. Sang pelayan menurut meski raut bingung tercipta di wajahnya.
Pemeran utama telah datang. Mari kita mulai pertunjukan ini! Pikiran licik Amadia mulai berjalan. Dia tak sabar melihat anak buah Elisa itu tak berkutik lagi.
"Nona Amadia, kenapa semuanya berkumpul di sini? Apakah mereka melakukan kesalahan? Jika iya, biar aku saja yang menghukum orang-orang ini," cerocos sosok itu setelah berada di depan Amadia.
Yang menjadi lawan bicara Stas berusaha mengatur ekspresi kesal bercampur sedih sebaik mungkin.
Baru kemudian, wanita itu menyahut, "Aku kehilangan kalung berlian langka. Pengrajin di Desa Balanchine yang membuatnya khusus saat aku pergi ke pasar bersama anak itu. Jadi, aku memeriksa mereka untuk menanyakannya. Tetapi, Shura dan anak itu belum juga datang."
Nah, sekarang, apa yang akan kau lakukan, Stas?
Dari balik bulu mata lentiknya, Amadia berusaha mengintip air muka Stas.
Sementara itu, para pekerja yang berjajar tampak tegang. Mereka yang sempat menyalahkan Shura, kini berubah mengasihinya sebab tahu sebentar lagi gadis itu akan mendapatkan masalah besar.
"Benarkah, Nona?" Pandangan Stas berkeliling, memeriksa wajah di hadapannya satu per satu. "Ah, iya, dia tak ada. Sungguh tidak tahu sopan santun sekali anak baru itu. Bukankah perilakunya sama dengan dia?" komentar si pelayan lebih lanjut.
Amadia menggigit bibir dalam bawahnya, menahan emosi yang hendak mencuat. Tidak tahu sopan santun? Ingatkan ia membelikan kaca besar untuk si pelayan yang lebih tidak tahu sopan santun ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villainess Wants Happy Ending (Completed)
FantasiAmadia Dulce Fidel merupakan bangsawan dari keluarga Fidel. Tepatnya, putri pertama Grand Duke Baltasar Andres Fidel. Dia diasingkan oleh keluarganya sendiri karena dianggap melakukan hal yang memalukan. Hamil di luar nikah. Karena hal tersebut, Ama...