"Yang Mulia Putra Mahkota memasuki ruangan!"
Seluruh hadirin berdiri serempak begitu pemberitahuan menggema. Kemudian, seorang laki-laki berpakaian formal dengan nuansa biru berjalan penuh wibawa ke tempat sidang. Di belakangnya berjajar empat orang pengawal khusus mengenakan seragam putih.
Amadia menahan napas selama tiga detik ketika disuguhi pemandangan wajah rupawan sang pewaris. Aura yang terasa sungguh berbeda. Tidak ada pria yang mesum atau menyebalkan. Sosok itu menjadi tampak berkharisma dan berwibawa.
Benarkah dia adalah rubah merah yang suka menghilang dan laki-laki yang suka menciumku dengan seenaknya itu?
Deheman singkat dari sisi kanan membuat Amadia mengerjap cepat, lalu menoleh.
Ia nyaris melotot begitu mengetahui bahwa si penjaga yang melakukannya.
"Beri hormat pada Putra Mahkota," bisiknya, penuh penekanan.
Ini sangat merepotkan!
Amadia menurut begitu saja. Tanpa diketahui orang itu, dia memutar bola mata sebal saat menunduk. Huh! Dasar!
Lalu, ketika ia mengangkat kepalanya kembali, sosok tinggi tegap telah berada tepat di depan wajahnya, membuat ia refleks berseru latah karena kaget.
"Eh, ayam ayam!"
"Ayam?"
"Hei, tidakkah kalian mendengar Lady Fidel baru saja mengatakan Putra Mahkota kita ayam?"
"Ya! Bagaimana mungkin wajah tanpa cela milik Yang Mulia disamakan dengan seekor ayam!"
Bisik-bisik di sekitar Amadia membuat wanita satu anak itu memejamkan mata. Hatinya tak berhenti merutuk diri sendiri. Sekarang, tatapan para gadis yang termasuk dalam penggemar sang putra mahkota garis keras sedang memandanginya begitu tajam hingga punggungnya mungkin akan berlubang.
Dasar kumpulan para fanatik!
Tidak ingin lebih terjerumus ke dalam masalah, Amadia tidak punya pilihan selain merunduk penuh hormat, meminta maaf pada sang calon pemegang tahta dengan penuh ketulusan.
Putra Mahkota sendiri tidak mengatakan apa pun. Hal tersebut membuat Amadia ingin sekali berdecak keras, tidak terima diabaikan setelah laki-laki itu memanfaatkan tubuhnya sesuka hati.
Huh! Istri apanya! Dia bahkan sangat tidak berperasaan!
Wanita itu kembali mengumpat dalam hati. Ia bahkan tidak dapat menyembunyikan sorot tajamnya pada sosok terhormat yang mulai berjalan menduduki kursi penyelidikan.
"Lady Fidel, mohon menjaga sikap Anda. Bersikaplah kooperatif agar sidang bisa berjalan dengan lancar." Penjaga yang telah Amadia cap sebagai orang menyebalkan sekian kali setelah ibu tiri, saudara tiri, dan putra mahkota itu lagi-lagi melayangkan peringatan.
Amadia ingin sekali membantah. Dia sama sekali tidak takut pada orang bertubuh besar yang berdiri di sampingnya itu. Namun, saat matanya hinggap ke arah Arelia yang duduk di bangku penonton seberang, ia dapat merasakan kecemasan anak gadisnya itu.
Ah, ini menyebalkan. Tapi, aku harus menahan diri dan tetap bersikap baik agar aku bisa segera memeluk Arelia.
Maka, ia pun lekas melayangkan senyum semanis mungkin sebagai permohonan maaf pada sang penjaga.
"Baik, Tuan Penjaga. Maaf atas tindakan tidak sop--"
"Pemeriksaan akan segera dimulai! Dimohon Terduga Tersangka tidak berbicara lagi!"
Pemotongan ucapan yang mendadak dilakukan oleh sang putra mahkota sontak membuat semua hadirin terdiam. Aura yang dikeluarkan laki-laki itu sama sekali tidak menyenangkan. Para pengawal khusus yang berdiri di kiri kanannya bahkan sampai menunduk dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villainess Wants Happy Ending (Completed)
FantezieAmadia Dulce Fidel merupakan bangsawan dari keluarga Fidel. Tepatnya, putri pertama Grand Duke Baltasar Andres Fidel. Dia diasingkan oleh keluarganya sendiri karena dianggap melakukan hal yang memalukan. Hamil di luar nikah. Karena hal tersebut, Ama...