Part 24.
Selamat baca!
💢
|ME TIME|
"Papah, yuhuu!"
Pria yang sedang bersantai di ruang keluarga sembari memakan cemilan dan televisi yang menyala, menoleh mendengar teriakan cempreng itu.
Alisnya berkerut, "sejak kapan gue punya gorila di rumah?" Gumam pria itu.
Menghapus pikiran aneh, seolah tak mendengar apapun, pria itu melakukan aktivitas mengemilnya kembali.
"Papah! Kok gak nyauuut!" Gerutu seorang gadis yang telah berada di samping sang ayah.
"Loh Ajeng? Papah kira tadi gorila."
"Ck, papah, Jahat banget! Suara merdu seperti penyanyi papan jebol gini di bilang cempreng!"
Sang ayah--Bima--mendelik, "lah papan jebol, bukan papannya aja Jeng yang jebol tapi panggungnya juga roboh!" Canda Bima dan tertawa.
Ajeng yang mendengarnya turut tertawa karena hal itu memang benar-benar nyata.
Gadis itu mendudukkan diri di samping Bima, dan memeluknya, "papaah, minta duit doong!"
Bima menghela nafas, "sudah papah duga," Sahutnya. Ajeng terkekeh mendengar pernyataan sang ayah.
"Hehee, mintaaa yaa papah. Seratus ribu! Eh engga seratus lima puluh ribu," Cengirnya.
"Banyak amat. Jajan apa kamu?"
"Engga tau. Pokoknya Jejeng mau me time!"
"Me time?"
Ajeng mengangguk, "iyaa, waktu sendirian. Pokoknya gak boleh ditemenin siapa pun!"
"Gak."
"Loh kenapa pah?"
Bima mengusap surai anaknya lembut, "kamu perempuan, mau sendirian. Emang mau kemana?"
Gadis itu merengut, "yaaah boleh ya paah? Jejeng paling jauh ke cafe swiper paaah! Pliiis?" Ujarnya dengan mengeluarkan jurus andalannya, puppy eyes.
Matanya memejam seolah tengah menimbang-nimbang sesuatu. Bima tersenyum lembut dan menghela nafasnya berat, "yaudah tapi inget pesan papah."
Mendengar itu, Ajeng langsung memposisikan diri, "ya? Ya? Apa pah?" Tanyanya semangat.
"Jaga diri baik-baik. Pulang jangan terlalu sore! Jangan mau kalau ada orang gak dikenal ngajak kamu pulang, ingeet?" Ujar Bima posesif.
Gadis itu mengangkat tangannya berhormat, "siaap komandan, laksanakan!"
Senyum hangat terpatir di bibir sang ayah, lalu ia mencubit pipi anak gadisnya gemas.
"Yaudah sana! Ayah mau me time juga," Ujar Bima.
Ajeng terkekeh mendengar sang ayah yang menirukan suaranya saat mengucapkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENG(K)EL
Short StoryKisah cerpen Ajeng dan Farel. Biasanya, jika kita bertetangga maka kita akan merasa dekat dan berhubungan baik. Maka itu tidak terjadi untuk kedua orang ini. Layaknya sesosok musuh yang dipertemukan, pasti ada saja kelakuan aneh mereka yang meribu...