Truth or dare

63 36 13
                                    

Part 22.

Holaa jengkel lovers! Apa kabar?
Sehat kan?

Alhamdulillah cerita ini berjalan dengan lancar akibat dukungan dari kalian ಥ‿ಥ

Aku bener-bener mau ngucapin terimakasih banyak, buat kalian semua yang udah mau menyita waktunya dengan membaca cerita absurd aku!

Ada info terkini. Aku rencananya mau bikin suatu cerita ber series! Udah pada gak sabar ya mau baca jengkel?

Oke-oke mungkin aku kebanyakan membacot karena aku lagi happy!!

Vote dulu baru baca.

💢

|TRUTH OR DARE|

Ketiga remaja kini sedang terduduk di salah satu tangga dekat kelas mereka, sembari menunggu bel masuk kelas.

"Bosen! Main yuk!" Ajak seorang gadis. Ajeng.

Lelaki yang sedang bermain game di ponsel miliknya itu pun menoleh, merasa tertarik dengan ajakan gadis tersebut.

"Main apa?" Ujarnya dan menaruh ponselnya di dalam kantung celananya.

Gadis itu tampak berpikir, "ToD mau?" Tanyanya dan menatap kedua lelaki di hadapannya.

Ya, jika kalian mengira awalnya Ajeng sedang bermain dengan Naura dan Sela itu adalah salah besar. Di karenakan kedua curut tersebut entah secara kebetulan atau direncanakan tidak masuk hari ini. Dan alhasil Ajeng yang memang tidak mempunyai teman di kelas selain kedua sahabatnya itu, membuatnya harus menghampiri kedua temannya di kelas sebelah. Farel dan Gemo.

Sebenarnya ia tidak terlalu mengenal Gemo, tapi dikarenakan Farel yang selalu mengajak lelaki bertubuh besar satu itu, membuat Ajeng dekat dengannya. Jangan lupakan, bahwa Gemo adalah orang yang mudah bergaul.

Gemo merasa tertarik, "boleh-boleh! Kita muternya make apa?" Tanyanya dengan menatap kedua manusia di depannya secara bergantian.

L

elaki yang sedari tadi menyimak akhirnya membuka suara, "hompimpa?" Sarannya.

"Nah boleh."

"Oke, boleh juga."

Setelah ketiganya setuju, mereka mulai menyatukan tangan. Eitss tapi hanya Ajeng yang tangannya di ambang tidak sampai menyentuh tangan yang berada di bawahnya. Diam sesaat, kemudian mereka saling melepaskan telapak tangan mereka.

Dan warna yang berbeda sendiri adalah Farel.

Kini situasi mencekamkan dimulai.

"Truth or dare?" Tanya Ajeng.

Lelaki itu tampak berfikir sebelum mengucapkan jawabannya, "truth ajalah!"

Tapi sebelum yang lain memberikan pertanyaan, Farel dengan segera menatap tajam mereka, "jangan tanya soal perasaan!"

Gemo mendesah, "ayh! Curang banget."

Lelaki itu menghendikkan bahunya acuh, ia sudah tahu pasti yang ada di otak Gemo hanyalah itu. Kurang ajar sekali temannya ini.

"Yayaya! Lo kalau dikasih pilihan mau kayak siapa?" Tanya Ajeng.

"Kayak abang lo," Sahutnya meski dengan kening yang mengerut sedikit. Plis Farel keliatan kayak kakek-kakek kalau gini.

Ajeng mendelik, "kenapa abang gue? Ngapa gak bapak lo?"

"Gak ada sih," Cetus nya, "bapak gue soalnya humornya terlalu receh gue ga suka!"

"Lah bisa gitu bocah."

"Dah-dah pertanyaan lo abis, sekarang lo Gem!"

"Ck! Bingung gue gegara pertanyaan sakral gue lo kecualikan!" Kesalnya.

Gemo tampak berpikir sejenak alisnya bertaut memikirkan sesuatu yang mungkin akan membahayakan Farel.

Gemo menjentikkan jarinya, "nih mudah kok jawabannya," Ujar lelaki tersebut, "lo... Kentut berapa kali hari ini?" Tanya Gemo ngawur.

Mendengar pertanyaan konyol tersebut, Farel melebarkan matanya. Yang benar saja? Masa ia harus menghitung berapa kali ia kentut?

"Gak tau!" Jawabnya ketus.

"Oke. Berarti lo sering kentut!" Singkat, padat, jelas namun menusuk, itulah tanggapan yang Farel rasakan ketika lelaki tersebut berbicara.

"Next, next!!" Perintah Ajeng jengah.

"Iya-iya, berisik banget!"

Kemudian ketiganya kembali melakukan hompimpa kembali dan kali ini yang berbeda warna sendiri adalah Gemo.

"Mantap!" Seru Farel girang, "truth or dare?" Sambung nya.

Gemo memutar bola matanya jengah, "dare aja."

"Sesuai yang diharapkan."

Tampak lelaki selain Gemo itu sedang menimba-nimba tantangan apa yang harus ia beri kepada teman laknat nya itu.

Saat ide itu muncul di pikirannya, senyum menyeramkan terukir di bibir Farel. Gemo yang melihat itu menjadi was-was sendiri dengan apa yang sedang Farel pikirkan. Sungguh menyesal ia telah memilih dare.

"Gampang kok Gem," Ujarnya menahan tawa, "lo cium tiang bendera sana!" Perintah Farel seraya terkekeh.

Sebagai lelaki sejati tentu saja itu melukai harga dirinya, tapi yang namanya lelaki sejati tidak akan mengingkari janjinya. Maka dari itu ia berjalan ke arah tiang, tapi sebelum itu ia berhenti lalu menengok.

"Jeng, dare lo?" Tanya Gemo.

"Gue..," Ia menatap Farel sebentar lalu tersenyum miring, "tantangan dari gue lo make up in Farel di tengah lapangan."

Hal itu membuat Farel terbelalak. What the hell? Ini tantangan untuk Gemo, tapi kenapa ia yang harus kena malunya?

Tentu saja ucapan gadis tersebut membawa pengaruh besar untuk Gemo. Ia tersenyum lebar dan menatap puas ke arah Farel. Kapan lagi coba, ia mendapati nasib buruk dan nasib baik dalam satu waktu?

Dengan senyum yang masih mengembang, ia dengan segera berjalan ke arah tiang bendera dan menciumnya. Jangan tanyakan apakah murid lain melihatnya atau tidak, tentu jawabannya iya. Tapi, karena Gemo mendapatkan nasib baik dari Ajeng, maka perasaan malunya itu hilang saat itu juga.

Setelah selesai melakukan tantangannya, Gemo kembali ke tempat sebelumnya dan menatap Farel dengan kerlingan.

"Ayo baby sini bermain-main sama om, om akan membuat kamu semakin tamvan!" Goda Gemo nakal.

Hal itu membuat Farel bergidik ngeri, dan berlari sekencang-kencangnya, kemanapun asal ia tak bertemu dengan lelaki berbadan besar itu.

"Bundaa! Tolong Farel! Ada om om yang godain Farel!!"

"Sini Fareel!"

"Gak! Pergi lo! Ya ampuuun! Bismillahirrahmannirrahiim Allahumma bismika ahya wa amut!" Ujarnya asal. Ia hanya menyebutkan doa yang kini berada di pikirannya, dan doa itu adalah doa tidur.

"Ya Allah! Maafin hamba yang udah nyolong duit bunda sepuluh ribu tadi pagiii!"













💢

Bunda Maryam: "oh jadi kamu yang ambil duit bunda?! Pantesan di dompet ilang!"
Farel: "huaa maaf bundaa! Farel khilaaaf!

Hahaha Farel kita nistakan lagi guys.

Dah dah cape mau bobo.

Upnya besok lagi yaaa!

Vote dulu.

Spam komen next yaaa!!

JENG(K)ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang