Olimpiade sains

33 11 9
                                    

Part 29.

Maaf guys author baru bisa update sekarang ╥﹏╥

Author lupaa kalo hari ini belum up. Dan baru sempet up sekarang
┌(˵༎ຶ ل͟ ༎ຶ˵)┐

Ke asyikan nonton dracin tadiii, okeey udah gak sabar?

Saksikan keasyikan mereka berduaan. Yeayy!

💢

|OLIMPIADE SAINS|

"Makan yang banyak biar gak tegang."

"Iyaa bundaa!"

"Arel hari ini olim bareng Ajeng kan?"

"Heem bun, beberapa minggu ini aja kami belajar bareng."

Maryam mengangguk-anggukan kepalanya, "bunda anter mau?"

Farel menghentikan makannya, dan tersenyum lebar, "mau banget bun!" Lantangnya.

Mendengar semangat dari anaknya, Maryam terkekeh.

"Ayah anter juga mau?"

Makanan di mulutnya hampir saja terjatuh, kala lelaki itu mengangakan mulutnya.

"Yang bener yah?"

Jemy mengangguk, "iya. Kapan lagi coba, ayah bisa anter anak kesayangan ayah bunda?"

Binar wajah makin menghiasi, dengan cepat Farel melahap nasi uduk buatan sang bunda, karena dirinya terlalu semangat.

"Pelan-pelan keselek tau rasa!"

Dan benar saja, entah kata mutiara apa yang di lafalkan sang bunda, tiba-tiba saja nasi yang awal-awalnya mengalir lancar dari kerongkongan menuju lambungnya itu, harus tertahan di kerongkongan untuk saat ini.

Uhuk uhuk

Maryam menepuk punggung sang anak, "kan dah bunda bilang, ngeyel!"

Farel mendengus, sebenernya ibu-ibu itu ada kekuatan sakral ya?

Disisi lain, terdapat tiga orang yang sedang bercengkrama asyik di meja makan, tak jauh berbeda dengan keadaan keluarga Farel.

"Jejeng mamah anter yaaa? Mau liat Jejeng berjuang!" Kekeh sang ibu dengan tangan mengepal di udara memberikan semangat.

Ajeng tertawa melihatnya, "siyaap mah! Jejeng juga seneng kalo mamah ikut!"

Bima mendengar percakapan kedua perempuan yang dicintainya membuatnya menoleh, "papah gak diajak?"

Kedua perempuan itu saling bertatapan,  Tina dengan segera bangkit dan menghampiri sang suami merangkul pundaknya.

"Diajak lah. Mamah males mau nyetir sendiri!"

Bima terkekeh mendengarnya, dan mencubit pipi sang istri gemas.

"Ekhem ekhem, masih ada satu anaknya disini. Belum merantau kayak bang Sandi. Ekhem!"

Malu-malu kucing, Bima dan Tina memandang satu sama lain lalu tersenyum malu.

JENG(K)ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang