Saat siang tadi Bu Cika sudah pulang jadi, Fasya memasak untuk makan siang. Tangan mungil itu lihai di dapur dari memotong sayuran sampai meracik bumbunya, siang ini ia memasak sup ayam sekalian untuk makan malam nanti apalagi raga bilang adiknya akan ke sini, Fasya sungguh tak sabar.
"Emm, udah kenyang. Kak raga udah makan belom yah?." Monolog Fasya lalu menggeleng kepala nya untuk sadar apa yg ia katakan. Apakah ini rindu atau sekedar ucapan biasa.
"Kak raga sangat baik Fasya beruntung bisa bertemunya." Ucap Fasya sambil mencuci piring, setelah mencuci piring ia mengambil handuk di atas dan turun untuk mandi sebentar lagi pasti adik raga akan tiba.
Tok....tok....
Saat ini Fasya sudah selesai mandi dan sedang duduk lesehan di ruang tamu sambil belajar untuk persiapan ujian, tapi tiba-tiba pintu di ketuk ia yakin itu kak Dio dan adik kak raga..
"Iya kak." Fasya membuka pintu dan tampaklah Dio dan seorang gadis yg hampir setinggi Fasya dengan rambut pendek sebahu, bulu mata lentik dan hidung agak mancung, tapi Fasya rasa adik kak raga tak mirip seperti kakaknya di lihat dari matanya gadis itu memiliki manik mata hitam namun pak raga memiliki manik mata hitam keabuan.
"Ayo masuk." Fasya menyuruh mereka masuk lalu menyiapkan minuman.
"Hilya ini Fasya." Dio mengenalkan Riya ke Fasya.
"Ihhh kak dioooo!, Bukan hilya tapi Riya!." Kesal Riya, yah dirinya sungguh tak suka di panggil Riya dengan alasan nama raga lebih bagus di bandingnya. Aneh bukan yah memang aneh Riya selalu saja membuat geleng-geleng kepala semua orang padahal tidak mungkin ia di beri nama depan Mahesa bukan sangat tidak cocok.
"Halo Riya aku Fasya." Sapa Fasya sepertinya Riya orang yg mudah bergaul.
"Halo, kak Fasya pinter manggil Riya ngk kayak kak Dio!." Ucap Riya melirik Dio yg serba salah.
"Terserah loh deh Riya!, Kakak pulang kalian akur biar raga tenang. Ok." Pesan Dio lalu prgi.
"Sana pergi wleee!." Usir Riya.
"Kakak sekolah di mana?, Kelas berapa?, Punya pacar gk?." Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Fasya tau jika Riya adalah gadis cerewet.
"Kakak sekolah di SMA harapan, kakak kelas 12, emm kakak gk punya pacar." Jawab Fasya dengan senang hati.
"Yahh kirain kakak punya pacar." Riya sedikit memelas tapi lalu berubah lagi.
"Kakak kok bisa kenal sama kak raga?." Tanya Riya, gadis yg penuh pertanyaan itu sangatlah bersemangat senyum tipis yg indah selalu muncul di bibir nya.
"Em itu em kebetulan aja." Jawab asal Fasya tidak mungkin ia menceritakan semuanya pada Riya.
"Untung kak raga bilang nanti aku ad temennya jadi, libur aku gk bosenin, hehehe." Gadis ceria itu benar-benar sangat senang bisa bertemu dengan Fasya.
"Oh iya kak ceritain dong pengalaman paling seru kakak?." Ucap Riya lagi.
"Em kakak gk punya cerita seru. Gimana kalau kamu aja, kakak pendengar yg baik loh." Ucap Fasya sedikit sedih terlintas pikirannya pada ayahnya sejak kecil dirinya tak pernah mendapat kasi sayang bahkan untuk liburan saja Fasya tidak pernah.
"Em ya udah deh, bener nih kakak mau dengerin cerita aku?." Tanya Riya dengan menaik turunkan alisnya.
"Iyaaa,hhh." Baru kali ini Fasya bisa tertawa dengan kebas mata nya hampir tertutup akibat tertawa, gadis cantik itu sudah perlahan membaik.
Riya bercerita banyak hal tentang dirinya dan juga tentang seorang laki-laki yg ia sukai di sekolahnya, gadis SMP kelas 1 itu benar-benar bahagia karna ad yg bisa mendengar ceritanya seperti halnya teman tidak seperti raga yg hanya selalu mengancamnya jujur saja ia sedikit menerututi kebodohannya dengan menceritakan raga hal itu.
Menjelang malam hari mereka berdua bergantian untuk mandi, saat Riya mandi Fasya menyempatkan untuk memasak makan malam untuknya dan Riya. Tak butuh waktu lama untuk tangan Fasya menyelesaikan acara masaknya itu.
"Kakak masak?." Tanya Riya yg bru keluar dri kamar mandi sambil mengenakan handuk, Fasya sedikit malu pada diri sendiri kulit Riya begitu mulus sedangkan dirinya di penuhi luka.
"Iya udah kok, kamu ganti baju di atas aja. Kakak mandi dulu." Ucap Fasya lalu mengambil handuk dan pakaiannya yg ia siapkan tadi.
"Loh kakak ganti baju di dalam?." Tanya Riya, pasalnya WC di rumah itu sempit dan tak cocok untuk ganti baju.
"Iya kakak udah biasa kok." Jawab Fasya tersenyum senduh.
Malam pun semakin larut mereka sudah makan malam bersama, suasana rumah yg sepi ini tiba-tiba ramai karna adanya Riya yg membawa cahaya.
"Kak kita maskeran yuk?." Ajak Riya.
"Kakak gk punya masker wajah." Jawab Fasya, wajah Fasya memang sangat natural bahkan ia tak punya produk skincare, ia hanya menggunakan sabun muka dan lipbam.
"Tenang aja Riya ad, tunggu yah!." Riya berlari kecil naik ke lantai dua.
Riya mengintruksikan Fasya untuk bersandar di kursi dan menutup matanya agar rileks.
"Kakak jangan buka mata yah." Riya mulai memasang masker itu di wajah Fasya.
"Kulit wajah kakak bagus banget." Puji Riya, fasya hanya tersenyum.
"Ok udah kakak rileks aja, Riya juga make." Riya merebahkan dirinya di samping Fasya hingga masker mereka mengering.
10 menit maskernypun kering."Kaykanya maskernya udah kering deh Riya?."tanya Fasya.
"Em iya kakak buka mata Teru pelan-pelan bangun." Mereka berdua saling bertatapan dan tertawa lepas.
"Ayo kita foto pke maskeran biar aku up di story' aku kak." Riya memotret dirinya dan Fasya.
Setelah membersihkan maskernya Riya kembali meminta Fasya untuk berswa foto bersamanya.
"Kak ayo foto lagi, sebagai kenang-kenangan." Fasya dengan senang hati, mereka sama-sama tersenyum dengan menawan. Mereka berdua terlihat sangat cantik.
"Oiya Riya kakak boleh nanya gk?."tanya Fasya ia penasaran dengan raga.
"Boleh."
"Kakak kamu orangnya sibuk yah, di kerja apa sih?." Tanya fasyaia sedikit tak enak tapi rasa penasarannya selalu muncul.
"Ow itu iya kak raga selalu sibuk!,kak raga punya perusahaan yg besar kata papa terus kak raga itu dokter jadi, dia harus di rumah sakit terus." Jawab Riya.
"Jadi? Kak raga dokter?." Batin Fasya.
"Kalau boleh tau kak raga dokter apa?." Fasya sempat menatap mata raga sekilas dan Fasya rasa ia pernah melihat mata itu tpi dimana?. Jadi ia sedikit curiga.
"Em Riya gk tau yg jelas kak raga dokter,hehe." Jawab Riya .
"Iya makasih yah,kamu tidur aj gih kakak mau bljr dulu." Kata Fasya, Riya pun mengangguk lalu naik ke kamar meninggalkan Fasya.
Fasya memikirkan semua tentang raga, jadi raga adalah seorang dokter, rasa curiga menerpa dirinya tpi dengan cepat ia tepis, mungkin saja mata raga berbeda dengan dokter itu, lagi pula raga tidak mungkin dokter payudara itu.
Yukkkk gabung baca WP aku yah🥺, seriusan ini ceritanya seru aku jamin deh..
Spamm comen dong..
![](https://img.wattpad.com/cover/314136679-288-k773398.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctors Rules
FanfictionMahesa raga Wardana, di kenal dengan dokter Mahesa namun nama panggilannya adalah raga, berusia 25 tahun. "Pasien 12 atas nama Fasya Aditama!." panggil uni perawat yang bertugas membantu Raga. "Saya suster." Gadis cantik dengan rambut panjang terlih...